“Aku suruh kamu pulang!” bentak pria bernama Loki itu.Dari ujung telepon, terdengar suara tangisan seorang anak perempuan. “Mama ... aku mau Mama .... Huhuhu ... aku mau Mama ....”“Diam! Kalau nggak, kupukul kamu! Dasar anak terkutuk!”Wanita itu merasa sangat ketakutan. Air matanya juga tidak berhenti mengalir. “Jangan buat Mia ketakutan. Aku akan pulang sekarang juga. Mia, jangan takut. Mama akan pulang sekarang juga. Mia ....”“Tut ... tut ... tut ...” Loki sudah memutuskan sambungan telepon.Wanita itu buru-buru menyeka air matanya, lalu naik taksi meninggalkan rumah sakit. Setengah jam kemudian, dia tiba di sebuah kompleks perumahan yang kotor dan kuno. Tidak ada taman di kompleks perumahan ini. Sepeda, sepeda listrik, dan becak diparkirkan dengan sembarangan di sekitar.Wanita itu masuk ke sebuah gedung dan naik ke lantai 3. Baru saja dia hendak mengeluarkan kunci untuk membuka pintu, pintunya sudah tiba-tiba dibuka. Seorang pria bertubuh tinggi dan kekar menatapnya dengan mara
Di rumah sakit, Naomi dan Tiara juga sedang menangis. Berhubung sudah terjadi masalah sebesar ini, mereka benar-benar ketakutan.Tiara berkata sambil menangis, “A ... aku ... aku kira aku benar-benar akan mati dan nggak bisa ketemu kalian lagi. Huhuhu ....”Naomi memeluk Tiara dan menghibur dengan suara tercekat, “Sudah berlalu. Semuanya sudah berlalu. Kamu sudah selamat.”Ketiga bocah berdiri di sisi ranjang pasien dengan mata berkaca-kaca.Braden berkata, “Mama Tiara, jangan nangis lagi. Nanti, matamu bengkak lho. Kalau matamu bengkak, kecantikanmu akan terpengaruh.”Rayden mengerutkan keningnya dan menimpali, “Mama Tiara, jangan nangis. Nanti, aku bantu kamu menangkan juara pertama dalam permainan!”Jayden menyeka air mata dan berujar dengan suara tercekat, “Ma ... Mama Tiara, jangan nangis. A ... aku akan masakkan banyak makanan enak buat Mama Tiara. Mama Tiara jangan nangis lagi ya?”Tiara menatap ketiga bocah itu dengan terharu, lalu menjawab, “Putra-putraku berbakti banget ... h
“Kalau dia nggak menyukaimu, mana mungkin ibunya asal bicara? Lagian, bukannya kamu suka cowok ganteng? Shane kan juga ganteng! Ibu rasa Shane cocok sama kamu. Kalian tumbuh besar bersama dan tahu latar belakang masing-masing. Selain itu, habis selesaikan pekerjaan di sini, Shane juga akan kembali kerja di Jawhar. Kelak, dia nggak usah pergi ke sana kemari lagi. Dia bisa selalu temani kamu di Jawhar.”Melihat Tiara menjulingkan matanya, Intan melibatkan Naomi untuk membujuknya. “Naomi, coba jawab. Bukannya Shane dan Tiara sangat serasi?”Naomi hanya tersenyum canggung tanpa menjawab.Shane adalah teman masa kecil Tiara. Mereka tinggal di gedung yang sama dan tumbuh besar bersama. Orang tua Shane juga adalah profesor dan merupakan rekan kerja serta teman baik orang tua Tiara. Kedua keluarga ini memang termasuk cocok.Namun, Tiara selalu mengatakan bahwa Shane adalah mimpi buruknya. Sebab sejak kecil, Shane merupakan murid teladan, sedangkan Tiara adalah murid terbelakang. Setiap ujian,
Andrew mengerutkan keningnya, lalu lanjut berjalan ke depan.Di dalam kamar pasien kosong di lantai yang sama, Caden sedang membahas masalah penculikan dan pengalihan peninggalan budaya kuno dengan Giman.Begitu melihat Andrew, Caden memperkenalkannya kepada Giman. “Paman Giman, namanya Andrew. Dia itu teman baikku yang tumbuh besar bersamaku. Hari ini, dia itu orang pertama yang menerjang masuk ke gudang telantar itu untuk selamatkan Tiara.”Giman bangkit dari kursinya, lalu berkata dengan penuh terima kasih, “Terima kasih. Terima kasih banyak. Kamu sudah selamatkan Tiara dan berjasa bagi Keluarga Bascara. Kami berutang budi padamu. Kelak, kalau kamu butuh bantuan, katakan saja. Kami pasti akan berusaha yang terbaik untuk membantumu.”Andrew tidak pandai bersosialisasi. Setelah menyusun kata-kata untuk beberapa saat, dia akhirnya hanya menjawab, “Emm.”Caden pun terdiam. Meskipun merasa Andrew terlalu pendiam, dia sangat memahami Andrew. Sekarang, Andrew setidaknya memberi respons kar
Berhubung mengkhawatirkan Maria, Naomi tidak menyelidiki hal ini lebih lanjut.Wanita itu bersembunyi di sudut sambil menggendong anaknya. Dia melihat mobil mewah hitam milik Naomi sekeluarga melaju meninggalkan rumah sakit dengan berlinang air mata.Keesokan harinya, Naomi bangun pagi untuk membuat sarapan. Mereka tinggal di kamar terbaik hotel ini sehingga kamarnya memiliki dapur. Begitu masuk ke dapur, dia langsung melihat sebuah sosok kecil.Jayden yang mengenakan celemek sedang berdiri di atas bangku kecil dan sibuk memasak di dapur. Naomi buru-buru menghampirinya dan bertanya dengan lembut, “Jayden, kok kamu bangun sepagi ini?”“Pagi, Mama! Aku mau buat sarapan buat semua orang dan Mama Tiara. Kemarin, aku sudah janji mau bawakan makanan enak buat Mama Tiara. Mama Tiara paling suka masakanku. Habis makan, suasana hatinya pasti akan membaik.”Mendengar jawaban Jayden, hati Naomi langsung terasa hangat. Dia mencubit pipi Jayden dengan lembut dan memuji, “Jayden paling perhatian. Ay
Baru saja Naomi hendak mengatakan sesuatu, wanita itu tiba-tiba berdiri, menggendong anaknya, dan berlari pergi. Berhubung berlari terlalu tergesa-gesa, dia menabrak bakpao yang dipegang Jayden sehingga bakpao itu jatuh ke lantai.Jayden menatap Naomi dengan bingung. “Mama ...?”Naomi juga merasa aneh. Dia menatap punggung wanita itu untuk sesaat, lalu mengalihkan pandangannya. Dia mengelus kepala Jayden dan berkata, “Jayden jangan takut, ya. Putri Bibi itu mengidap penyakit berat. Bibi merasa sedih, makanya nangis.”Bakpao itu sudah kotor dan tidak bisa dimakan lagi. Naomi pun memungutnya dan membuangnya ke tong sampah. Setelah itu, dia menggandeng tangan Jayden dan berjalan masuk ke rumah sakit.Jayden melirik ke arah wanita itu pergi dan bertanya pada Naomi, “Mama, apa penyakit adik itu nggak bisa disembuhkan?”“Emm, untuk sementara, dia nggak bisa disembuhkan. Tapi, dia bukan adik, melainkan kakak. Dia lebih besar darimu.”“Hah? Tapi, dia kelihatan kecil banget. Dia juga nggak seti
“Kalau begitu, aku akan bawakan makanan enak buat Mama Tiara lagi siang nanti.”“Emm!”Baru selesai sarapan, Tiara dan Jayden malah sudah mulai mendiskusikan tentang makan siang. Naomi dan Intan pun tersenyum dengan tidak berdaya.Berhubung tiba-tiba tidak ada air di kamar mandi kamar pasien, Naomi dan Intan pun memutuskan untuk mencuci piring di kamar mandi luar.Intan berkata, “Tiara bilang, Jayden bukan anak kandungmu. Tapi, Jayden dekat banget sama kamu. Dari sikapnya terhadap Tiara, aku sudah bisa menilainya. Kasih sayangnya terhadap Tiara muncul dari cintanya terhadapmu. Yang namanya anak memang akan dekat sama orang yang membesarkannya terlepas dari punya hubungan darah atau nggak.”Naomi menjawab dengan ekspresi lembut, “Jayden sangat pengertian.”“Cinta itu hubungan timbal balik. Kamu mencintainya, makanya dia juga mencintaimu.”Naomi dan Intan mengobrol sambil berjalan ke kamar mandi. Baru saja mereka mau mencuci piring, wanita aneh itu tiba-tiba muncul lagi. Naomi pun merasa
Naomi harus menemukan wanita aneh itu dan menanyakan semuanya dengan jelas. Kenapa wanita itu tiba-tiba memaksa mereka meninggalkan Kota Lokin?Setelah melewati pintu tangga darurat, Naomi pun berjalan turun untuk mengejar wanita itu. Tadi, dia jelas-jelas melihat wanita itu masuk kemari. Wanita itu pasti berjalan turun melewati tangga. Namun, dia tidak menemukan sosok wanita itu sepanjang jalan.Naomi pun berkeliling di rumah sakit dan mencari ke segala sudut, tetapi tetap tidak menemukan wanita itu. Dia akhirnya mengeluarkan ponsel dan langsung menelepon Caden.“Sayang, cepat bantu aku selidiki seorang wanita.”...Seusai menelepon Caden, Naomi kembali ke ruang pasien Tiara dengan gelisah. Tiara sudah mendengar ceritanya dari Intan dan sedang menghibur Jayden.Begitu melihat Naomi kembali, Tiara buru-buru bertanya, “Gimana? Sudah ketemu orangnya?”Naomi menggeleng. “Aku sudah suruh Caden menyelidikinya.”Tiara mengerutkan keningnya dan berujar, “Kenapa wanita itu aneh banget? Apa kal
[ Astaga, apa kalian berdua benar-benar telah jadian? ]Kepala Camila berdengung. Dia tidak membalas pesan, melainkan memalingkan kepala untuk membelalaki Dylan. “Apa kamu gila! Apa aku pulang demi kamu? Aku pulang karena Bibi Lyana dan Paman Kevin! Lagi pula ….”Dylan memotongnya, “Bukannya sama saja pulang demi orang tuaku dengan pulang demiku? Lagi pula, semua itu juga masalahku!”“Apa bisa disamakan?”“Kenapa nggak bisa? Sama saja!”Camila menggertakkan giginya. Kalau bukan karena sedang mengendarai mobil, Camila pasti akan menendangnya!Jika mengatakan Camila pulang demi Lyana dan Kevin, Helen pasti tidak akan berpikir banyak. Dia tahu hubungannya dengan Lyana cukup dekat.Namun sekarang, Camila pulang demi Dylan. Masalah itu akan memicu prasangka orang-orang.Apalagi Dylan juga mengatakan dirinya tidak memiliki selera makan. Hanya karena masalah kecil ini, Camila malah diam-diam pulang. Bukannya semua itu adalah gerak-gerik yang dimiliki sepasang kekasih?Kekasih yang lagi diland
Camila menjulingkan bola matanya. Dia mengendarai mobil sembari menghubungi Naomi.“Naomi, apa kalian sudah sampai di rumah sakit?”“Kami akan segera tiba. Apa kamu sudah lapar?”“Lapar sekali. Tapi kali ini, terjadi sesuatu sama aku dan Dylan. Kalau kamu nggak ada masalah lain, kamu tunggu kami di kamar pasien.”Naomi merasa penasaran. “Kalian mau keluar?”“Emm, kalau nggak ada masalah, seharusnya kita bisa kembali dalam waktu 40 menit.”“Oke, kalau begitu, aku tunggu kamu di kamar pasien.”“Emm, emm.”Ketika melihat Camila memutuskan panggilan, Dylan spontan berkata, “Apa kita bisa pulang dalam waktu 40 menit?”“Bisa.”Dylan melihat navigasi sekilas.“Sekarang masih ada 10 menit baru bisa tiba di kantor catatan sipil. Dari kantor catatan sipil ke rumah sakit sekiranya butuh waktu 30 menit. Apa kamu nggak perlu tatap muka sama Catherine?”Camila membalas, “Ketemuan sama dia juga nggak butuh waktu panjang.”Saat Dylan ingin mengatakan sesuatu, ponsel Camila berdering. Dia menerima pang
[ Kak, siapa yang bikin video ini? Tolong lepaskan Kota Yorta! Ular keberuntungan Kota Yorta nggak boleh disebarluaskan lagi! ][ Kak, dunia Kota Yorta sudah runtuh. Mohon danai yang versi baru. ]Selesai warganet di Kota Yorta menangis, giliran warganet Kota Ciawi yang menangis.[ Kak, mohon selamatkan ular pemakan manusia kami! ]Selesai warganet Kota Ciawi menangis, giliran warganet Kota Gora menangis.[ Kak, mohon selamatkan kami. Kami kebanyakan makan kentang di rumah. Huhuhu. ]Selesai warganet Kota Gora menangis, giliran warganet Kota Howi yang menangis.[ Kak, saudara kami sudah pingsan di toilet karena menangis kebanyakan. Mohon selamatkan mereka. Kami nggak sanggup lihat ular keberuntungan kami lagi. ]Bahkan ada yang sengaja datang untuk berlutut memohon kepada orang berotoritas untuk menstabilkan dunia hiburan.Pihak berotoritas pun melakukan respons.[ Dia nggak berada di dunia hiburan, tapi kedudukannya di dunia hiburan nggak bisa tergoyahkan. ]Dylan bahkan tidak membaca
Camila merasa penasaran. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskannya?”Dylan terdiam beberapa detik baru membalas, “Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba aku bisa mengobrol masalah dia dengan terang-terangan.”Camila pun terdiam.Mereka berdua bertukar pandang selama beberapa saat. Tiba-tiba Dylan berdeham, lalu berkata, “Itu … kamu jangan sembarangan tidur di luar sana. Cara yang aku ajari sepertinya nggak terlalu bagus.”Camila terdiam membisu.Dylan menjelaskan, “Coba kamu lihat aku, aku sudah tidur dengan begitu banyak wanita, tapi aku tetap nggak bisa melepaskannya. Hari ini aku baru merasa bisa melepaskannya. Jadi, cara bermain di luar sana nggak efektif!”Topik pembicaraan ini membuat Camila merasa canggung. Dia pun memaksa dirinya untuk bertanya sekali lagi, “Sebenarnya bagaimana kamu bisa melepaskannya hari ini?”Dylan membalas, “Aku juga nggak tahu, mungkin aku sudah melepaskannya dari beberapa hari lalu. Semuanya terasa aneh, tapi aku yakin bukan karena tidur dengan yang lain. Pokoknya, k
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu