Share

Bab 37

Penulis: Wii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dyandta masuk ke dalam ruang rawat suaminya dengan wajah murung. Ia masih kesal perihal kehadiran Cacha di rumah sakit. Apalagi wanita itu berbicara buruk padanya. Dyandta duduk di sofa dan tetap dalam posisi diam tanpa kata. Airin yang melihat perubahan ekspresi Dyandta pun bergegas mendekati menantunya itu. Airin duduk tepat di samping kanan Dyandta.

Dipegangnya pundak Dyandta dengan pelan sambil berkata, "Ada apa, Nak? Kenapa wajahmu murung begitu? Ada masalah?"

"Bu," Dyandta menatap Airin, "apakah tadi Cacha masuk ke ruangan ini?"

Airin langsung mengernyit. "Cacha? Tidak. Dia tidak ada masuk ke ruangan ini. Kenapa kau membicarakan Cacha?"

"Hhh! Syukurlah," ucap Dyandta lega. "Aku tadi bertemu dengannya sebelum masuk ke ruangan ini, Bu."

"Wanita sialan itu? Apa tujuannya datang ke rumah sakit?" tanya Airin penasaran.

Dyandta menggeleng. "Aku juga tidak tahu, Bu. Tapi aku mempunyai firasat buruk."

"Apa yang kau rasakan, Dyandta? Apa kau takut Cacha akan merebut Damien kembali?"

"Iya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 38

    Cacha terlihat mondar-mandir di ruang tamu sambil memegangi ponselnya. Ini sudah masuk hari kedua setelah George menghubunginya kemarin. Memaksanya untuk membebaskan George dari penjara. Besok adalah waktu yang ditunggu oleh George. Baru saja Cacha mendapat panggilan telepon lagi dari George. Itu sebabnya dia panik saat ini.Kegelisahannya itu semakin bertambah saat George kembali mengancamnya tadi. George akan menyebut namanya dan akan membuatnya merasakan dinginnya lantai penjara. Cacha tidak bisa membayangkan hidupnya akan berada di dalam penjara. Sudah pasti, Albert tidak akan membantunya."Astaga! Bagaimana ini? Ayo berpikir, Cacha. Berpikir," gerutunya.Cacha ingin menghubungi kedua orang tuanya. Tapi nomornya sudah diblokir. Orang tua Cacha juga sudah pindah rumah dan sengaja tidak memberitahukan hal ini pada Cacha. Sampai detik ini, Cacha tidak pernah lagi bertemu dengan kedua orang tuanya."Sial!"Wanita itu duduk di sofa sambil memukul ujung sofa dengan kesal. "Kenapa harus

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 39

    Setelah menunggu beberapa saat, Cacha kembali melihat Bailey masuk ke dalam ruang rawat Damien. Bailey membawa selembar kertas dan pena lalu menyerahkan benda tersebut pada Cacha. Cacha yang menerimanya merasa bingung sambil menatap Bailey."Apa ini?" tanya Cacha sambil menunjuk lembaran kertas itu.Bailey bersidekap lalu menjawab dengan santai, "Surat perjanjian.""Surat perjanjian?""Ya," jawab Bailey. "Jika kau menginginkan uang itu, maka kau harus menandatangani surat ini. Disitu tertulis, kau harus menjauhi keluargaku, terutama Damien dan Dyandta. Jika tidak, kau akan berurusan dengan polisi. Bagaimana?"Cacha mendecak kesal. Ia tidak menduga hal ini sebelumnya. Ternyata Bailey jauh lebih pintar daripada dirinya. Tapi Cacha harus menerima perjanjian itu. Ia tidak punya pilihan lain."Jika kau setuju, tandatangani sekarang dan aku akan memberikan uangnya," lanjut Bailey.Cacha masih menatap surat perjanjian itu. Ia ragu untuk menandatanganinya. Jika surat itu ia tandatangani, otom

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 40

    Airin membuka pintu ruang rawat Damien dengan tergesa-gesa. Ia terlambat datang karena terjebak macet di jalan. Setelah melihat Damien bersama Dyandta, barulah Airin bisa bernapas lega."Syukurlah," ucap Airin sambil mengelus dada dan menghampiri menantunya. "Ibu kira Damien sendirian di sini. Tadi Ibu terjebak macet di jalan. Maafkan Ibu ya."Dyandta tersenyum. "Tidak apa-apa, Bu.""Iya, Bu. Tidak perlu meminta maaf," sambung Damien.Airin dipersilahkan duduk oleh Dyandta. Sementara Dyandta mengambil kursi yang lain untuknya. "Ibu, Cacha datang ke sini saat aku sedang mengurus pasien. Damien yang mengatakannya padaku," ucap Dyandta."Benarkah?" Airin terkejut dan menatap Damien. "Apa yang dia lakukan di sini? Dia menyakitimu, Nak?" tanyanya.Damien menggeleng. "Tidak, Bu. Dia datang ke sini untuk meminta uang.""Untuk apa dia meminta uang padamu? Harusnya dia minta pada suami barunya itu. Berani sekali dia mengganggu putraku," gerutu Airin."Aku juga tidak tahu tujuannya apa meminta

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 41

    "Apa? Dari mantan suamimu?"George tampak terkejut mendengar ucapan Cacha. Ia tidak percaya Damien memberikan uang sebanyak itu dengan mudah. "Bagaimana bisa? Apa dia masih mencintaimu?" tanyanya lagi."Dia masih mencintaiku, tapi tidak mau mengakuinya. Dia bahkan sengaja menikahi Dyandta untuk membuatku cemburu. Jika dia mau mengakui, aku bersedia kembali padanya," ucap Cacha dengan santai.George mendecih. "Kau sudah mencampakkannya, tapi masih berharap kembali padanya? Kau sudah tidak waras, Cacha. Aku tidak yakin, Damien masih mencintaimu. Yang aku tahu, dia sangat tergila-gila pada Dyandta. Wajar saja dia menikahi Dyandta.""Dan untuk kembali padanya, itu mustahil. Damien tidak akan mungkin menerimamu kembali. Jadi, jangan terlalu bermimpi. Fokuskan saja hidupmu pada Albert. Dia juga kaya dan punya banyak aset. Bahkan uang seratus milyar bisa kau dapatkan darinya. Kenapa harus meminta pada Damien?" lanjut George.Cacha mendecak kesal. "Apa kau mau aku dipukuli lagi oleh Albert? Al

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 42

    Cacha duduk termenung di halte bis. Ia bingung harus pergi kemana. Apalagi, ia tidak punya uang sama sekali untuk menginap di hotel. Cacha ingin pergi ke rumah sakit dan meminta bantuan pada Damien. Tapi rasanya itu tidak mungkin ia lakukan. Pasti akan timbul masalah baru lagi nantinya. Cacha masih mengingat isi dari surat perjanjian itu."Hhh!" Cacha menghelakan napas panjang. Kali ini ia tidak bisa berpikir dengan baik untuk sekadar mencari solusi terbaik.Saat Cacha masih sibuk memikirkan nasibnya, tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil yang cukup memekakan telinga. Cacha yang sedari tadi melamun pun terkejut dan menoleh ke arah mobil jeep hitam itu. Cacha mengernyitkan dahi.Tampak seorang pria turun dari mobil itu sambil membuka kacamata hitamnya. Pria bertubuh tegap itu berjalan dengan santai, menghampiri Cacha yang masih kebingungan."Kau Cacha, kan?" tanya pria asing itu.Cacha mengangguk ragu. "I-Iya. Siapa kau?""

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 43

    Enam bulan kemudian, Damien tiba di rumah sakit untuk kembali menjalankan terapi agar penyembuhannya semakin berjalan lancar. Saat ini, ia sudah tidak tinggal di Prancis. Ia beserta keluarganya memilih menetap di New York. Sesuai dengan pernyataan Bailey yang ingin membawa Damien pergi ke rumah sakit terbaik agar Damien bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi.Kursi roda yang digunakan Damien tampak bergerak memasuki ruangan Jhonson yang selalu merawatnya dengan baik selama berada di New York. Dokter berusia 45 tahun itu menyambut Damien dan Dyandta dengan senyuman manisnya."Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Curtis," sapa Jhonson."Selamat pagi, Dok," balas Damien dan Dyandta secara bersamaan.Jhonson kembali tersenyum. "Sudah siap menjalani terapi, Tuan Curtis?""Tentu saja saya siap, Dok," jawab Damien dengan semangat yang membara."Baiklah. Ayo, kita ke ruang terapi sekarang."Dyandta menyerahkan Damien pada Jhon

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 44

    Dyandta menghela napas lelah sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Seharian ini, banyak sekali pasien yang ia tangani. Sepertinya, ia membutuhkan asisten tambahan untuk meringankan pekerjaannya. Dyandta juga harus bisa membagi waktu untuk mengurus suaminya yang masih membutuhkan perhatian ekstra. Ia tidak mungkin membebankan tugasnya sebagai seorang istri kepada mertuanya.Sesaat kemudian, ada sebuah panggilan telepon yang masuk. Dyandta segera mengambil ponselnya dari dalam saku jas dokternya. Panggilan itu dari Airin. Dyandta menggeser ikon hijau di layar untuk menerima telepon dari Airin."Halo, Bu," sapa Dyandta."Halo, Nak. Kau masih di rumah sakit?"Dyandta menegakkan tubuhnya, lalu menjawab, "Iya, Bu. Ada banyak pasien hari ini. Sepertinya, aku membutuhkan asisten tambahan untuk membantuku di sini. Aku bahkan belum menjemput Damien. Dia pasti marah padaku.""Ah, kau tidak perlu khawatir soal itu, Nak. Damien sudah aman bersama Ibu. Tadi, dia menghubungi Ibu dan meminta Ibu unt

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 45

    Dyandta mengeringkan rambutnya dengan hairdryer sambil duduk di depan meja rias. Ia menatap dirinya di pantulan cermin. Sekilas Dyandta melirik ke arah tempat tidur. Damien tampak tertidur pulas. Bahkan tidak terganggu sedikitpun dengan aktivitas yang dilakukan Dyandta sejak tadi. Terlihat jelas di wajah Damien yang sangat kelelahan karena terapi yang ia lakukan.Hairdryer itu diletakkan Dyandta ke dalam laci meja rias. Setelah itu, ia beranjak ke tempat tidur untuk melihat jelas wajah suaminya. Perlahan, Dyandta mengusap pelan wajah Damien sambil mengukir sebuah senyum. Ia merasa lega karena sudah menikahi pria yang dicintainya itu."Aku sangat mencintaimu, Damien.""Aku juga."Dyandta terkesiap mendengar balasan dari suaminya. Pria itu sudah membuka mata dan tersenyum menatap Dyandta. "Kau sudah bangun sejak tadi?" tanya Dyandta."Tidak. Aku terbangun saat kau menyentuhku," jawab Damien. "Tapi aku berpura-pura tidur. Sampai aku mendengar pernyataan cintamu. Barulah aku membuka mata.

Bab terbaru

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 117

    Satu tahun kemudian, George dan Dyandta melangsungkan pernikahan sederhana di salah satu gereja. Disaksikan oleh keluarga besar George, pegawai Lunar's Cafe, para perawat di rumah sakit Dyandta, serta Cacha yang datang bersama Albert.Sebulan yang lalu, Albert akhirnya menemui Cacha dan mengaku masih mencintai Cacha. Albert mengajak Cacha untuk rujuk kembali dan ajakan itu pun diterima dengan senang hati oleh Cacha. Kabar baik itu langsung disebarkan oleh Cacha. Dan kini, Cacha menghadiri pernikahan dua sahabatnya bersama Albert.Lalu, bagaimana dengan Damien?Sejak diceraikan oleh Dyandta, Damien kembali mengalami depresi. Perusahaannya mengalami kebangkrutan dan proyek besar itu berhasil diambil alih oleh Willy dan kasus Malvis sudah ditutup karena pelakunya sudah tewas dalam kecelakaan tunggal. Damien pun dikirim ke rumah sakit, tempat Dyandta membuka praktek. Bailey dan Airin memang memberikan rumah sakit itu pada Dyandta dan tidak mengambilnya kembali.Selama ini, Dyandta masih m

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 116

    Dyandta terbangun dari tidurnya pukul 02.00 dini hari. Ia melenguh sakit di kepala dan tangannya. Dyandta mencoba menormalkan pandangannya untuk melihat ke sekitar ruangan. Itu bukanlah kamarnya.Wanita itu mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. Hingga ingatan akan kecelakaan itu langsung muncul. Dyandta langsung meraba perutnya."Anakku," gumamnya lirih.Dyandta melihat seseorang sedang tertidur di samping kirinya. Seseorang itu adalah George. Dia menemani Dyandta sejak tadi. Dyandta dipindahkan ke kamar perawatan pada pukul 12.00 dini hari tadi. Dan kini, Dyandta sudah sadar."George," panggil Dyandta lirih.George yang mendengar suara itu pun segera membuka mata dan menatap ke arah Dyandta. Pria itu tersenyum meskipun kesadarannya belum pulih sepenuhnya."Ah, kau sudah sadar. Aku panggilkan Dokter dulu ya," ucap George."Bagaimana dengan anakku?"Pertanyaan Dyandta membuat tubuh George kaku. Ia menatap Dyandta dalam diam. Sedangkan Dyandta menunggu jawaban dari George. "Katakan,

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 115

    "....Jasadnya belum ditemukan sampai sekarang."Mendengar pengakuan Malvis, air mata Dyandta langsung menetes. Belum sempat ia meminta maaf pada orang tuanya, Tuhan sudah mengambil mereka darinya. Seketika tangis Dyandta pecah sambil memanggil kedua orang tuanya. Malvis menenangkan sambil mengusap pundak Dyandta."Aku ingin mengajakmu pergi karena aku tahu, kau tidak bahagia dengannya," lanjut Malvis.Dyandta menggeleng perlahan. "Tidak, Malvis. Aku harus menyelesaikan masalahku dengannya. Kau juga begitu. Jangan mencoba untuk lari sebelum masalah selesai.""Tidak!" Malvis menolak dengan tegas. "Aku tidak sudi bertemu dengannya. Dia sudah menghancurkanku. Bahkan secara tidak langsung, dia juga membunuh orang tuamu.""Jangan menuduh sembarangan, Malvis!" bentak Dyandta.Malvis menyalakan mesin mobil lalu melanjutkan perjalanan. Mengabaikan perintah Dyandta untuk berhenti. Sampai akhirnya, mereka saling berebut setir bundar itu. Hingga membuat mobil oleng ke kanan dan ke kiri. Tidak ada

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 114

    "Sekarang, katakan apa yang sedang terjadi? Kenapa kau menangis?"Dyandta masih diam. Belum menjawab pertanyaan George. Ia masih berusaha menguatkan diri untuk menceritakan kejadian buruk itu. Untungnya George sabar menunggu dan berusaha memahami perasaan Dyandta.George menggenggam tangan Dyandta yang berada di atas meja, setelah piring bekas makan itu disingkirkan oleh George."It's okay, jika kau belum siap untuk cerita. Aku akan menunggu. Tenangkan dirimu," ucap George tenang. "Sekarang, ikuti aku. Tarik napas dalam-dalam, lalu buang perlahan."Dyandta langsung mengikuti apa yang disuruh George. "Iya, seperti itu. Bagus sekali. Lakukan terus sampai kau bisa tenang kembali," lanjut George memberi semangat.Wanita itu melakukannya secara berulang, lalu berhenti setelah dirinya merasa lebih tenang. Setelah itu, ia memulai ceritanya dari awal hingga akhir. George menjadi pendengar yang baik, meskipun hatinya sedang dongkol saat tahu Dyandta menangis karena Damien. Tapi George tetap me

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 113

    Seminggu sejak kejadian ruang arsip terbakar, akhirnya polisi mengetahui identitas si pelaku. Pelaku tersebut adalah Malvis. Masih ingat dengan Malvis? Ya. Dia Malvis. Pria yang dikenal oleh Dyandta dan Damien. Pria yang selalu dianggap Dyandta sebagai saudara, justru berniat menghancurkan kehidupan Damien.Sampai saat ini, polisi masih memburu Malvis yang mendadak kabur entah kemana. Polisi sudah mendatangi alamat keluarga Malvis. Tapi Malvis tidak ada di sana.Entah sejak kapan pria itu berada di New York. Bahkan Dyandta sama sekali tidak tahu Malvis berada di kota yang sama dengannya.Damien menggebrak meja dengan kesal. Ia jadi teringat kejadian dulu, sebelum dirinya menikah dengan Dyandta. Karena kedekatan Dyandta dengan Malvis, Damien sempat berprasangka buruk pada Dyandta. Tapi Dyandta berusaha meyakinkannya bahwa Malvis hanya sekadar teman yang sudah dianggap seperti saudara. Damien berusaha menerima alasan itu setelah menikah dengan Dyandta.Tapi nyatanya, pria itu pula yang

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 112

    "Tuan."Panggilan Pablo membuat Damien sedikit terkejut. Sejak tadi, Damien memang sedang melamun. Pikirannya terus tertuju pada seseorang yang ciri-cirinya disebutkan oleh Pablo. Sekuat tenaga Damien mengingatnya, namun tak kunjung menemukan titik terang."Apa anda yakin mengenal orang itu?" tanya Pablo.Damien mengangguk. "Saya yakin sekali, Pablo. Tapi saya masih belum bisa mengingat siapa namanya dan kapan terakhir bertemu dengannya.""Ah, pantas saja anda melamun. Ternyata anda sedang memikirkan itu," terka Pablo."Iya. Saya hanya penasaran, apa motifnya sampai membakar ruang arsip perusahaan."Pablo menghela napas panjang, kemudian memberikan opininya, "Saya rasa, dia sedang mencari berkas proyek itu, Tuan. Saya akui, proyek itu memang besar dan kita termasuk orang beruntung yang bisa mendapatkannya. Karena menurut informasi, ada banyak perusahaan yang mencoba menembus dinding pertahanan si pemilik proyek itu. Tapi selalu gagal dan pada akhirnya jatuh ke tangan kita, Tuan.""Hhh

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 111

    Saat memasuki lobi kantor, Damien terkejut melihat beberapa staf dan karyawan berlarian dan saling dorong satu sama lain. Wajah mereka tampak panik dan ada Pablo yang menginstruksi mereka semua untuk segera keluar."Ayo cepat! Semuanya keluar!" perintah Pablo.Damien yang tidak tahu apapun langsung menghampiri Pablo. Wajah Pablo juga tak kalah panik, sama seperti yang lain."Ada apa ini, Pablo?" tanya Damien.Tapi sayang, Pablo tidak menjawab. Mungkin Pablo tidak sadar jika di sebelahnya adalah Damien. Dengan terpaksa, Damien menepuk kuat pundak Pablo hingga membuat Pablo terkejut."Ah, Tuan.""Ada apa ini? Kenapa semua panik?" tanya Damien."Tuan, ruangan arsip terbakar. Tim pemadam akan segera datang," jawab Pablo.Damien terkejut setengah mati. Ruang arsip? Semua berkas penting ada di sana. Seketika Damien teringat dengan berkas proyek besar itu di ruangannya. Ruangan arsip tidak terlalu jauh dari ruangannya. Damien bergegas pergi dan tak menghiraukan panggilan Pablo yang melarangn

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 110

    Pagi hari, tepat pukul 07.00, Damien dan Dyandta pergi menuju rumah sakit untuk menemui dokter kandungan. Mereka akan melakukan pemeriksaan sekaligus konsultasi. Maklum, ini yang pertama bagi mereka. Menjadi calon ayah dan ibu untuk pertama kali cukup membuat mereka sedikit gugup. Ada banyak ketakutan yang muncul, seperti keguguran dan lain sebagainya.Sekitar 30 menit, sampailah mereka di salah satu rumah sakit ternama di New York. Mereka masuk ke lobi dan berjalan menuju poli kandungan setelah mengambil nomor antrian. Karena masih pagi, antrian belum terlalu banyak. Mereka mendapat antrian nomor 4. Mereka tidak akan menunggu terlalu lama.Satu per satu pasien mulai dipanggil untuk bertemu dengan dokter kandungan tersebut. Nama yang tertera di dekat pintu bertuliskan Mariana. Pasien di sana biasa memanggilnya Dokter Ana dan wanita itu begitu dikagumi oleh para ibu-ibu hamil. Menurut mereka pelayanan Dokter Ana sangat baik dan memberi kenyamanan bagi mereka. Apalagi saat persalinan, D

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 109

    Selepas makan malam, Damien, Dyandta, Bailey dan Airin duduk di teras rumah. Saling berbagi cerita dan tertawa bersama. Malam ini, terasa begitu istimewa karena Dyandta tengah berbadan dua. Sesekali Damien menemani Dyandta ke kamar mandi saat mual, namun untungnya tidak terlalu sering. Hanya sesekali saja. Dan besok, Damien akan membawa Dyandta ke dokter kandungan untuk memeriksa usia kandungan istrinya.Damien terus merangkul Dyandta saat duduk di teras. Pandangannya tak lepas dari wanita cantik yang dalam hitungan bulan akan melahirkan buah cinta mereka ke dunia."Dyandta, Ibu senang sekali mendengar kau hamil. Ibu tidak menyangka. Sungguh," ucap Airin. "Padahal Ibu sudah sedikit pesimis saat orang lain menuduh Damien mandul karena waktu itu Cacha tidak kunjung hamil. Bahkan Cacha juga ikut menuduh Damien."Senyum manis terukir di kedua sudut bibir Dyandta. Digenggamnya kedua tangan Airin, lalu berkata dengan bijak, "Ibu, anak adalah titipan Tuhan. Jika Tuhan sudah berniat menitipka

DMCA.com Protection Status