Home / Romansa / Ambisi Tuan CEO / Tawaran Sang CEO

Share

Tawaran Sang CEO

Author: Ochel Fuadi
last update Last Updated: 2023-08-26 11:58:59

Seperti hari biasanya, pagi itu Shira sudah rapi dengan outfit kantor, siap berangkat bekerja. Motor warna biru kebanggaannya akan mengantarkannya ke sebuah perusahaan yang sudah satu tahun Shira mengabdi di sana. Hiruk-pikuk ibu kota pun bagai sebuah simfoni yang mengalun indah menemani  setengah jam perjalanan.

Tiba di lobby, Shira langsung saja menaiki lift. Sesampainya di lantai delapan, seseorang memanggilnya. Dia Della, HRD di perusahaan itu, memberitahukan jikalau Shira harus segera menemui Jonathan di ruangan. 

"Selamat pagi, Pak," sapa Shira.

"Pagi, saya ada janji temu apa saja hari ini?" tanya Jonathan tanpa menoleh. Ia sibuk dengan ponsel pintar di tangan.

"Pak Jonathan ada janji temu dengan Pak Alexo dari Angkasa Group jam sembilan pagi. Lalu, jam satu siang ada kunjungan dari kementrian industri dari pabrik makanan."

"Baiklah, kamu sudah mempersiapkan segalanya?"

"Sudah, Pak."

Sebagai sekretaris, Shira memang harus cekatan dan disiplin. Semuanya harus teratur sedemikian rapi dalam lincah tangan dan kepintarannya. Meskipun luka masih membekas perih karena tragedi kemarin, rasanya kurang profesional jika Shira harus membawa kesedihannya ke kantor. 

"Berarti kita ada waktu satu jam lagi?"

"Betul, Pak."

"Ya sudah, duduk. Saya perlu bicara diluar pekerjaan!" ucap Jonathan mempersilakan Shira agar duduk di hadapannya. 

"Apa yang ingin Pak Jonathan bicarakan?" 

Sekarang Jonathan menyimpan ponselnya dan melihat Shira. Membuat gadis itu sejenak mengheningkan cipta karena tatapannya. Bingung, kiranya hal apa yang akan dibahas di luar pekerjaan oleh lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu.

"Bagaimana dengan pernikahanmu?"

Tak langsung menjawab, entah kenapa pertanyaan itu seperti tusukan tajam yang menghunus ulu hati. "Batal, Pak."

Jonathan menaikkan sebelah alisnya. "Batal? Kenapa?"

"Saya juga tidak tahu, Pak. Tiba-tiba Farel membatalkan dengan alasan belum siap menikah."

"Lalu undangannya? Mmm ... maksud saya apa kamu sudah memberikan pengumuman atau klarifikasi pada semua orang yang kamu undang, memberi tahu kalau pernikahannya batal?"

Shira menggeleng. Jujur dia sendiri bingung dan malu. "Belum, Pak."

"Sebaiknya disegerakan, takutnya orang-orang yang telah kamu undang terlanjur membatalkan jadwal penting di hari pernikahanmu."

Shira merenung, apa yang dikatakan bosnya memang benar. Tetapi ia bingung harus mulai dari mana. Untuk mengatur hatinya yang remuk redam saja rasanya tak mampu, apa lagi jika harus memberi pengumuman besar. Masih Shira ingat bagaimana bahagianya dia  memberikan kabar sakral ke semua staf di kantor, semua temannya dari bangku merah putih sampai kuliah, dan semua orang-orang penting lainnya. 

"Atau ...,"

"Atau apa, Pak?"

"Saya akan menggantikan Farel untuk menikah denganmu."

Shira tercengang mendengar penuturan Jonathan yang tiba-tiba. "Maksud Pak Jonathan?"

"Apa maksud saya kurang jelas?" 

"Mmm ... tidak, Pak," jawab Shira kikuk. Belum mengerti arah pembicaraan lelaki di hadapannya.q

"Pikirkanlah, karena saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya."

Jonathan menyodorkan sebuah kotak merah berbentuk love. Lagi-lagi Shira tak mengerti kenapa atasannya memberikan benda seperti itu. "Ini apa, Pak?" 

"Bukalah!"

Shira terhenyak saat membuka kotak tersebut, cincin brilian telah terpampang nyata di depan matanya. Harganya pun pasti sangat mahal, bisa mencapai sepuluh kali lipat dari harga motornya.

"Ini untuk siapa, Pak? Apa mau melamar seseorang?" 

"Iya, kamu!"

"Apa ini tidak salah?"

"Dalam berbisnis, saya tidak pernah salah mengambil strategi maupun keputusan. Begitu juga pernikahan, saya yakin kamu orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidup saya. Mungkin selama setahun kamu bekerja di perusahaan ini, saya tidak pernah menunjukan jikalau saya menyukaimu. Tetapi saat tahu kamu dikabarkan gagal menikah, saya harus bergerak cepat agar tidak menunggu lebih lama lagi. Bukan saya tidak menghargai perasaanmu karena baru saja ditinggalkan lelaki tak bertanggung jawab itu, hanya saya tidak mau didahului orang lain."

***

Di meja kerjanya, Shira hanya terpaku pada arah jarum jam. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, tapi rasanya enggan untuk pergi. Dia malu jika keluar dari ruangannya, bertemu dengan Jonathan.

Saat tadi Shira menemani Jonathan melakukan pertemuan dengan Pak Alexo dan dari Kementrian Indistri pun, dia tak fokus. Terus memikirkan perkataan atasannya yang sangat mendadak. 

Shira membuka laci, membawa sebuah kotak merah yang diberikan Jonathan. Kalimatnya pun terngiang kembali.

"Bawalah cincin ini, saya beri waktu kamu sampai sore hari setelah kita meeting nanti. Tetapi jika kamu menolak, dengan berat hati saya akan memberhentikanmu dari perusahaan ini. Bukan saya jahat, saya hanya akan memindahkanmu ke perusahaan cabang. Karena kamu tahu sendiri bukan? Selalu berdekatan dengan orang yang sudah menolak kita itu rasanya sakit?"

Mata terpejam. Rasanya tidak mungkin seorang Jonathan Argaputra, yang memiliki kekayaan selangit karena memiliki ayah yang masuk ke dalam daftar sepuluh orang terkaya di negeri itu, bisa menyukai Shira dari kalangan biasa. 

Shira bingung, sepintas mungkin jika wanita lain yang berada di posisinya akan sangat senang dilamar oleh pemimpin perusahaan berparas oriental. Masih santer terdengar, saat empat tahun lalu Jonathan kembali ke tanah air untuk menggantikan posisi ayahnya yang telah menua, para wanita sosialita berlomba-lomba mendapatkan cinta dari Jonathan Argaputra. 

Namun lelaki itu terlalu dingin. Dia tidak pernah jalan dengan wanita mana pun untuk sekadar menghilangkan penat, dia hanya bersama wanita dalam satu ruang pekerjaan saja.  Tidak heran jika semua orang berpikir jikalau sang atasan adalah seorang gay. 

Sekarang, Shira menepis prasangka semuanya. Atasannya bukanlah seorang gay. Dia hanya berhati-hati dalam mengambil tindakan dan keputusan. Buktinya, Jonathan juga bisa melamar seorang wanita, dan wanita itu adalah Shira sendiri. 

Shira memasukkan cincin itu pada tasnya, dia harus segera pulang. Tak lupa ia mengunci ruangan. Saat keluar, benar saja sebagian karyawan sudah ada yang pulang, sebagian lagi memilih lembur. Tak lupa Shira pamit kepada mereka sebagai basa-basi semata.

Alangkah terkejutnya Shira saat memasuki lift, di dalamnya ada Jonathan tengah berdiri sangat gagah. Tidak ada senyum di wajah putih bersih itu. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa di pagi tadi. 

Shira menunduk sedikit untuk memberi hormat, dia berdiri di sampingnya. Nafasnya? Jangan ditanya lagi, bergemuruh tak beraturan. Telapak tangannya pun menjadi basah. Begitulah Shira saat perasaannya terhimpit, selalu keluar keringat dingin. 

"Bagaimana jawabannya?" tanya Jonathan tanpa menoleh. 

"Maaf, Pak. Saya harus bicarakan dulu dengan orang tua saya." 

"Baiklah, restu orangtuamu juga sangat penting. Jika kamu menerima niat baik saya, tolong pakai cincin yang saya berikan saat besok kamu ke kantor. Tetapi jika kamu menolak, jangan dipakai. Dan silahkan langsung masuk ke ruang HRD untuk mengundurkan diri. Cincin itu akan tetap jadi milikmu, asalkan kamu tidak menemui saya lagi." 

Related chapters

  • Ambisi Tuan CEO   Menerima Lamaran Baru

    "Begitu ceritanya, Ayah, Ibu,"Angeline dan David saling menatap saat puterinya menceritakan atasannya siap menggantikan Farel. Shira bisa menangkap gurat di wajah mereka, antara bingung, heran, juga senang karena pernikahan tetap berjalan. Namun, mereka juga tak kalah kaget konsekuensi yang harus diterima jika Shira menolak lamarannya. "Kalau Ibu terserah kamu, karena kamu yang akan menjalani biduk rumah tangga. Cuman saran, kamu harus kenali dulu sifat dan sikap Jonathan lebih dalam lagi. Kenal selama setahun yang hanya di kantor saja tidak akan cukup membuka tabir sifat asli masing-masing.""Iya, Bu." Shira mengangguk paham."Kenali lebih dalam lagi gimana, Angeline? Atasannya cuma memberi waktu sampai besok? Kalau Shira menolak itu artinya dia harus keluar dari perusahaan. Ini kalau menolak, artinya kita dapat bencana dua kali lipat. Shira gagal menikah, dia juga dipecat!" protes David.Perkataan ayahnya memang benar. Tetapi jika Shira menerima lamaran Jonathan, dia akan tetap me

    Last Updated : 2023-08-26
  • Ambisi Tuan CEO   Keberhasilan Jonathan

    SingaporeSebuah kertas hasil pemeriksaan yang baru saja di dapat dari rumah sakit, dilempar ke atas tempat tidur. Lelaki itu sengaja datang ke luar negeri untuk melakukan pemeriksaan ulang setelah di Jakarta melakukan tiga kali test di rumah sakit yang berbeda-beda. Dia hanya tidak percaya, sekelas dirinya yang hidup bersih dan tidak pernah berbuat macam-macam, bisa terjangkit penyakit HIV. Padahal tidak pernah berhubungan intim dengan siapapun, apa lagi memakai narkoba dengan jarum suntik yang tidak steril seperti yang dokter katakan ketika di Jakarta. Lelaki itu menunduk, meremas rambutnya dengan menggemeretukan gigi. Sungguh, Penyakitnya telah membuatnya bingung dan akhirnya melakukan kesalahan fatal. Ya, dia baru saja membatalkan pernikahan impian dengan wanita yang sangat diperjuangkannya sejak lama.Namun dia juga sadar diri, jika pernikahan tetap berlanjut, dia tidak mau istrinya nanti tertular HIV juga seperti dirinya. Dan yang pasti, kekasihnya itu akan berpikir macam-mac

    Last Updated : 2023-08-26
  • Ambisi Tuan CEO   Sikap Bullying Saudara Jonathan

    Tibalah hari di mana Shira akan pergi ke suatu tempat bersama Jonathan. Mereka sepakat untuk bertemu di bandara jam delapan pagi. Sesampainya di sana, Shira dijemput oleh seorang wanita suruhan Jonathan untuk mengantarkannya ke ruang tamu VVIP. Tiga orang bodyguard telah mengelilingi Jonathan di ruang khusus yang begitu mewah, yang hanya ada dia di sana tanpa pengunjung bandara lain. Saat ini bosnya tampil stylish dengan memakai kaos T-shirt berwarna biru, dipadu dengan celana jeans dan sepatu sneakers hitam. Jonathan berdiri saat kedatangan Shira yang juga memakai baju santai tapi tetap sopan menawan. "Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Ke luar negeri?""Bapak lagi?"Spontan Shira menutup mulutnya. "Eh, maaf, Pak. Mmm ... maksudnya kita mau ke mana, Nathan?""Ke suatu tempat." Jonathan langsung saja memakai kaca mata hitam dan menggamit lengan Shira menuju pesawat jet pribadinya yang sudah siap, diikuti oleh tiga orang bodyguard di belakangnya yang tajam memantau sekitar. Siapa pu

    Last Updated : 2023-08-27
  • Ambisi Tuan CEO   Shira Jatuh Sakit

    "Eyang? Apa Eyang lihat Shira?" tanya Jonathan saat menuruni anak tangga dari kamarnya yang berada di lantai atas. Sementara Eyang sedang mengobrol dengan Argoputra di ruang keluarga, melanjutkan pembahasan pernikaha Jonathan."Tadi memang sama Eyang, dia di samping rumah dekat kolam, susul sana!" "Baik, Eyang." Jonathan mempercepat langkahnya. Namun tiba-tiba dia berhenti tatkala Shira sudah berganti baju dengan rambut basah kuyup. Dia keluar dari kamar Tsania bersama si empunya kamar."Apa yang terjadi denganmu?" "Tadi Shira terpeleset terus jatuh ke kolam," jawab Tsania seraya mengusap bahu Shira. Memperlihatkan raut kasihan, tetapi lain hal dengan isi hati."Ya sudah, ayo masuk!" Jonathan menggamit lengan Shira masuk ke dalam kamar Tsania. "Mau ngapain, Mas? Mau anu di kamarku?" selidik Tsania.Mata Jonathan melotot tajam. "Anu apa? Apa kamu tidak lihat rambut dia basah? Aku hanya ingin mengeringkan rambutnya!" ucap Jonathan ketus, kemudian berlalu masuk ke kamar. Tsania menge

    Last Updated : 2023-10-01
  • Ambisi Tuan CEO   Dilema

    Tanpa menunggu waktu lama, mobil mewah berwarna hitam itu berhenti di depan rumah sakit setelah sang pengemudi memberikan beberapa klakson pada setiap pengendara yang menurutnya memperlambat laju jalan. Sungguh, Jonathan menjalankan kuda besi itu seperti orang kesetanan. "Suster? Suster? Help me!"Dua orang perawat wanita tergopoh-gopoh membawa bangkar dari dalam. Bergegas Jonathan membawa Shira dari mobil dan menidurkannya di atas bangkar. "Quickly help her, she fainted!"Di dalam ruang IGD, Jonathan yang tidak tahu penyebab Shira bisa pingsan seperti itu, hanya bisa menjawab apa adanya saat seorang suster melakukan observasi. Berkali-kali Jonathan mondar-mandir ke sana ke mari saat dokter melakukan pemeriksaan. Pada saat itu, satu menit terlewati bagaikan satu jam baginya. Sangat lama bagi dia yang tidak sabar menunggu hasil pemeriksaan. "Bagaimana keadaan Shira, Dok?" seloroh Jonathan saat dokter keluar dari ruangan. Dia adalah dokter Alex dari Jakarta yang bertugas di Singapore

    Last Updated : 2023-10-01
  • Ambisi Tuan CEO   Ketidaksetujuan Berlin

    "Aku tidak tahu, Shira. Tetapi Eyang akan sangat bersedih, apa lagi beliau kelihatannya sayang sama kamu.""Kenapa begitu?" Shira penasaran alasan apa yang membuat Eyang Sucia akan sesedih itu. Rasanya untuk pertemuan pertama, tidak akan ada hal spesial yang terikat secara batin. Pikiran Jonathan menerawang pada beberapa tragedi di belasan tahun silam. Kejadian memilukan pada kala itu mampu meninggalkan luka jangka panjang hingga membekas sampai sekarang. "Eyang Sucia trauma kehilangan, terlepas itu adalah aturan dari orang tuanya Eyang Sukma dan Datuk Datin, Eyang Sucia memperketat aturan turun temurun itu setelah kehilangan ayahnya, Datuk Datin, tiga tahun setelah Eyang Sukma meninggal. Aturan itu semakin diperketat setelah meninggalnya Eyang Kakung-kakekku. Kecelakaan pesawat yang telah menghilangkan banyak nyawa penumpang itu telah menenggelamkan Eyang Kakung ke dasar laut tanpa meninggalkan jasad untuk dipusarakan. Itu adalah tragedi kesedihan terberat yang pernah keluarga ini

    Last Updated : 2023-10-02
  • Ambisi Tuan CEO   Pergi

    Merasa usulannya sia-sia, cara terakhir untuk membatalkan pernikahan putranya adalah dengan meminta perempuan itu untuk meninggalkannya. Toh bicara pada Jonathan juga percuma, Berlin lebih tahu watak putera sulungnya. Maka saat menjelang malam, ketika semua penghuni rumah tertidur pulas, Berlin bergegas menemui Shira."Mami mau ke mana?" tanya Gerald saat ibunya akan masuk ke kamar tamu tempat di mana Shira berada. Berlin yang sudah memegang handel pintu tak langsung masuk, dia beralih ke puteranya yang sepertinya penasaran apa yang akan ibunya lakukan. "Mami mau meminta wanita itu untuk meninggalkan abangmu, Mami tidak sudi memiliki menantu seperti itu, seperti tidak laku pada perempuan berkelas saja!" ketusnya. Setelah mendengar penuturan Berlin, Gerald langsung menyeret lembut ibunya dengan memegang kedua pundaknya dari belakang untuk menjauh dari ruangan tersebut. "Mami tenang dulu, jangan seperti Tsania dan Celine yang gak sabaran," "Maksud kamu apa, Ger? Memangnya Tsania sa

    Last Updated : 2023-10-03
  • Ambisi Tuan CEO   Mencari Keberadaan Shira

    "Aku baru bangun, Bu. Ini masih sangat pagi untuk mengetahui keadaan rumah, jadi aku tidak tahu apa-apa." Berlin menjawab apa adanya. Dia memang tidak tahu, tapi dia yang membuatnya pergi. "Serius Mami tidak tahu di mana Shira?" Jonathan kembali bertanya, merasa tidak puas akan jawaban sang ibu. Pasalnya, Jonathan tahu kalau perempuan yang telah melahirkannya itu awalnya tidak setuju atas keputusannya. Tidak heran jikalau Berlin melakukan sesuatu atas apa yang tidak disenanginya. Jonathan paham betul, wataknya yang ambisius adalah turunan dari sang ibu. "Iya, Honey. Kamu ini bertanya atau menuduh Mami?"Jonathan menggeleng. "Tidak, Mi."Eyang Sucia menghembuskan nafas kasar, karena tahu tidak akan pernah mendapat jawaban dari mulut menantunya sekalipun Berlin telah berbuat sesuatu. "Kita chek CCTV saja."Berlin tidak kaget mendengar ajakan Eyang pada puteranya. Karena CCTV yang menyorot pada saat Berlin menghampiri Shira ke ruang tamu kemarin, tidak akan pernah tampak. Tentu saja B

    Last Updated : 2023-10-06

Latest chapter

  • Ambisi Tuan CEO   Sisi Gelap

    Moana menyalakan rekaman suara yang baru saja didapatkannya. Sontak kedua mata Berlin membulat sempurna, tak terima. "Apa yang kamu inginkan dariku, Moana?" Berlin menggemeretukkan gigi. Merasa kesal ternyata adik iparnya bisa berpikiran sampai merekam pembicaraannya. Dasar licik!"Tidak ada, hanya saja kamu tahu sendiri jika sampai rekaman ini sampai di tangan Mas Argo, oh ... atau sampai ke Eyang? yang lebih lagi, kalau sampai ke tangan Jonathan? Bagaimana? Bukankah kamu sangat menjaga image di depan putramu itu?" "Kamu mau apa? Kamu mau pembangunan puncak Blue Sun Company diatasnamakan Adijaya Property sebagaimana permintaanmu dua minggu yang lalu? jangan mimpi Moana! Aku mengembangkan perusahaanku di atas keringatku sendiri!""Walaupun dengan cara haram?" Moana menyinggung. Dia melipatkan tangan di atas perutnya. Tak ingin kalah angkuh dari kakak iparnya yang sudah tertangkap basah."Apa maksudmu, Moana? Jangan berani bermain-main denganku!" Berlin menunjuk tepat di depan wajah

  • Ambisi Tuan CEO   Pengakuan Berlin

    JakartaJika ada kemungkinan menemukan penghiburan dari tragedi kehilangan seseorang yang amat dicintai, itu adalah harapan yang perlu ada, bahwa barangkali semua yang terjadi adalah yang terbaik. Itu kalimat untuk orang yang tidak mau mencari jalan keluar seperti teman Jonathan sepuluh tahun lalu, saat temannya kehilangan kekasihnya pada tragedi pembunuhan. Jonathan tidak akan menganggap hilangnya Shira adalah yang terbaik, pria seperti dirinya bukan tipikal orang yang mudah pasrah. Meskipun Shira berada di ujung dunia sekalipun, Jonathan akan tetap mengejarnya penuh langkah pengharapan. Walau jasad yang ditemukan, akan didekapnya penuh ketulusan cinta."Glen?""Frans?""Apa menurutmu Shira akan ditemukan?'' tanya Jonathan pada kedua sahabatnya penuh keresahan.Seperti biasa, kedua sahabatnya itu akan langsung melesat ke rumah Jonathan ketika mendengar hal serius yang perlu didiskusikan. Frans dan Glen sudah menganggap rumah pribadi Jonathan sebagai basecamp untuk mereka bertiga."Ya

  • Ambisi Tuan CEO   Penculikan Rumit

    Hari berlalu, seorang pria berbalut jas hitam mengetuk pintu ruang kantor Jonathan. Tanpa menunggu persetujuan, pria itu langsung masuk dan duduk di kursi yang berhadapan dengan sang boss yang dikenal penuh ketegasan. Pria itu bernama Steven. Orang-orang mengetahui hubungan di antara keduanya sebagai relasi bisnis, padahal faktanya dia adalah kaki tangan rahasia Jonathan."Bagaimana? Sudah selesai? Saya harap 24 jam waktu yang saya berikan padamu sejak kemarin, sekarang kamu membawa hal yang tidak sia-sia," imbuh Jonathan datar. Pria itu menaruh ponsel dan map yang dibawanya di atas meja yang menjadi penyekat di antara mereka. Kemudian membuka laman pertama yang menampilkan seorang foto perempuan. "Nona Shira diduga menjadi korban penculikan berencana. Kasus ini bisa sangat rumit dan aneh," pria jangkung itu memulai pembicaraan yang menjadi tujuannya datang ke kantor ini. Sementara Jonathan fokus pada gambar-gambar sang kekasih hati yang ditunjuk-tunjuk oleh pria di depannya. "Bisa

  • Ambisi Tuan CEO   Mencari Keberadaan Shira

    "Aku baru bangun, Bu. Ini masih sangat pagi untuk mengetahui keadaan rumah, jadi aku tidak tahu apa-apa." Berlin menjawab apa adanya. Dia memang tidak tahu, tapi dia yang membuatnya pergi. "Serius Mami tidak tahu di mana Shira?" Jonathan kembali bertanya, merasa tidak puas akan jawaban sang ibu. Pasalnya, Jonathan tahu kalau perempuan yang telah melahirkannya itu awalnya tidak setuju atas keputusannya. Tidak heran jikalau Berlin melakukan sesuatu atas apa yang tidak disenanginya. Jonathan paham betul, wataknya yang ambisius adalah turunan dari sang ibu. "Iya, Honey. Kamu ini bertanya atau menuduh Mami?"Jonathan menggeleng. "Tidak, Mi."Eyang Sucia menghembuskan nafas kasar, karena tahu tidak akan pernah mendapat jawaban dari mulut menantunya sekalipun Berlin telah berbuat sesuatu. "Kita chek CCTV saja."Berlin tidak kaget mendengar ajakan Eyang pada puteranya. Karena CCTV yang menyorot pada saat Berlin menghampiri Shira ke ruang tamu kemarin, tidak akan pernah tampak. Tentu saja B

  • Ambisi Tuan CEO   Pergi

    Merasa usulannya sia-sia, cara terakhir untuk membatalkan pernikahan putranya adalah dengan meminta perempuan itu untuk meninggalkannya. Toh bicara pada Jonathan juga percuma, Berlin lebih tahu watak putera sulungnya. Maka saat menjelang malam, ketika semua penghuni rumah tertidur pulas, Berlin bergegas menemui Shira."Mami mau ke mana?" tanya Gerald saat ibunya akan masuk ke kamar tamu tempat di mana Shira berada. Berlin yang sudah memegang handel pintu tak langsung masuk, dia beralih ke puteranya yang sepertinya penasaran apa yang akan ibunya lakukan. "Mami mau meminta wanita itu untuk meninggalkan abangmu, Mami tidak sudi memiliki menantu seperti itu, seperti tidak laku pada perempuan berkelas saja!" ketusnya. Setelah mendengar penuturan Berlin, Gerald langsung menyeret lembut ibunya dengan memegang kedua pundaknya dari belakang untuk menjauh dari ruangan tersebut. "Mami tenang dulu, jangan seperti Tsania dan Celine yang gak sabaran," "Maksud kamu apa, Ger? Memangnya Tsania sa

  • Ambisi Tuan CEO   Ketidaksetujuan Berlin

    "Aku tidak tahu, Shira. Tetapi Eyang akan sangat bersedih, apa lagi beliau kelihatannya sayang sama kamu.""Kenapa begitu?" Shira penasaran alasan apa yang membuat Eyang Sucia akan sesedih itu. Rasanya untuk pertemuan pertama, tidak akan ada hal spesial yang terikat secara batin. Pikiran Jonathan menerawang pada beberapa tragedi di belasan tahun silam. Kejadian memilukan pada kala itu mampu meninggalkan luka jangka panjang hingga membekas sampai sekarang. "Eyang Sucia trauma kehilangan, terlepas itu adalah aturan dari orang tuanya Eyang Sukma dan Datuk Datin, Eyang Sucia memperketat aturan turun temurun itu setelah kehilangan ayahnya, Datuk Datin, tiga tahun setelah Eyang Sukma meninggal. Aturan itu semakin diperketat setelah meninggalnya Eyang Kakung-kakekku. Kecelakaan pesawat yang telah menghilangkan banyak nyawa penumpang itu telah menenggelamkan Eyang Kakung ke dasar laut tanpa meninggalkan jasad untuk dipusarakan. Itu adalah tragedi kesedihan terberat yang pernah keluarga ini

  • Ambisi Tuan CEO   Dilema

    Tanpa menunggu waktu lama, mobil mewah berwarna hitam itu berhenti di depan rumah sakit setelah sang pengemudi memberikan beberapa klakson pada setiap pengendara yang menurutnya memperlambat laju jalan. Sungguh, Jonathan menjalankan kuda besi itu seperti orang kesetanan. "Suster? Suster? Help me!"Dua orang perawat wanita tergopoh-gopoh membawa bangkar dari dalam. Bergegas Jonathan membawa Shira dari mobil dan menidurkannya di atas bangkar. "Quickly help her, she fainted!"Di dalam ruang IGD, Jonathan yang tidak tahu penyebab Shira bisa pingsan seperti itu, hanya bisa menjawab apa adanya saat seorang suster melakukan observasi. Berkali-kali Jonathan mondar-mandir ke sana ke mari saat dokter melakukan pemeriksaan. Pada saat itu, satu menit terlewati bagaikan satu jam baginya. Sangat lama bagi dia yang tidak sabar menunggu hasil pemeriksaan. "Bagaimana keadaan Shira, Dok?" seloroh Jonathan saat dokter keluar dari ruangan. Dia adalah dokter Alex dari Jakarta yang bertugas di Singapore

  • Ambisi Tuan CEO   Shira Jatuh Sakit

    "Eyang? Apa Eyang lihat Shira?" tanya Jonathan saat menuruni anak tangga dari kamarnya yang berada di lantai atas. Sementara Eyang sedang mengobrol dengan Argoputra di ruang keluarga, melanjutkan pembahasan pernikaha Jonathan."Tadi memang sama Eyang, dia di samping rumah dekat kolam, susul sana!" "Baik, Eyang." Jonathan mempercepat langkahnya. Namun tiba-tiba dia berhenti tatkala Shira sudah berganti baju dengan rambut basah kuyup. Dia keluar dari kamar Tsania bersama si empunya kamar."Apa yang terjadi denganmu?" "Tadi Shira terpeleset terus jatuh ke kolam," jawab Tsania seraya mengusap bahu Shira. Memperlihatkan raut kasihan, tetapi lain hal dengan isi hati."Ya sudah, ayo masuk!" Jonathan menggamit lengan Shira masuk ke dalam kamar Tsania. "Mau ngapain, Mas? Mau anu di kamarku?" selidik Tsania.Mata Jonathan melotot tajam. "Anu apa? Apa kamu tidak lihat rambut dia basah? Aku hanya ingin mengeringkan rambutnya!" ucap Jonathan ketus, kemudian berlalu masuk ke kamar. Tsania menge

  • Ambisi Tuan CEO   Sikap Bullying Saudara Jonathan

    Tibalah hari di mana Shira akan pergi ke suatu tempat bersama Jonathan. Mereka sepakat untuk bertemu di bandara jam delapan pagi. Sesampainya di sana, Shira dijemput oleh seorang wanita suruhan Jonathan untuk mengantarkannya ke ruang tamu VVIP. Tiga orang bodyguard telah mengelilingi Jonathan di ruang khusus yang begitu mewah, yang hanya ada dia di sana tanpa pengunjung bandara lain. Saat ini bosnya tampil stylish dengan memakai kaos T-shirt berwarna biru, dipadu dengan celana jeans dan sepatu sneakers hitam. Jonathan berdiri saat kedatangan Shira yang juga memakai baju santai tapi tetap sopan menawan. "Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Ke luar negeri?""Bapak lagi?"Spontan Shira menutup mulutnya. "Eh, maaf, Pak. Mmm ... maksudnya kita mau ke mana, Nathan?""Ke suatu tempat." Jonathan langsung saja memakai kaca mata hitam dan menggamit lengan Shira menuju pesawat jet pribadinya yang sudah siap, diikuti oleh tiga orang bodyguard di belakangnya yang tajam memantau sekitar. Siapa pu

DMCA.com Protection Status