Beranda / Urban / Ambisi Sang Penguasa / Resepsi Tanpa Gairah

Share

Resepsi Tanpa Gairah

Penulis: niandez
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-27 18:00:48

Dalam senang maupun sulit,

Dalam suka maupun duka,

Dalam sehat maupun sakit,

Kita akan tetap bersama ....

Selamanya.

"Oh, tidak. Ciuman pertama!"

***

Siapa yang tidak senang menjadi pusat perhatian setiap orang? Bahkan seluruh hadirin yang hadir, pandangan mereka sulit berpaling dari pasangan pengantin di atas panggung. Namun, bukannya bahagia, Luis malah merasa tertekan. Jangan buru-buru menyimpulkan senyum yang tergurat pada bibirnya, mungkin tampak manis sesekali, tapi senyuman itu tidak lebih dari formalitas belaka. Tidak ada pengantin cemberut, sekalipun pusing memikirkan biaya pengeluaran habis-habisan.

Lengannya membentuk sudut 90 derajat bersama dengan tangan Charlotte terpatri di sana. Luis merasa keberatan walau tangan wanita itu ringan. Acara dua jam ini semoga cepat selesai.

"Luis, kenapa kau kaku sekali?" keluh Charlotte. Sepanjang acara suami barunya hanya bisa berdiri tegak tanpa membuat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ambisi Sang Penguasa   Selamat Datang

    Ranjang king size serta kasur empuk dan selimut tebal, pendingin ruangan bekerja sempurna. Namun, tidak dengan kinerja alam bawah sadar Luis. Usai menjalani kegiatan padat kemarin meski tubuhnya tidak terlalu lelah, ia tidak bisa tidur semalaman. Hanya beberapa jam saja tidurnya pulas, selebihnya pikiran kusut memenuhi benak.Bangun dengan alami pagi-pagi, Luis membuka mata di sebelah perempuan tidak terduga. Tidak terduga sebelumnya, kalau sekarang tentu masuk akal. Charlotte berpejam di sebelahnya, berbaring tepat menghadap sang suami. Malam pertama dilalui dengan indah, istirahat sepanjang malam."Selamat pagi," gumam Charlotte, kelopak matanya masih tertutup. "Kita pulang hari ini?""Iya. Buat apa menginap di hotel lama-lama. Rumahku kan dekat."Charlotte membuka mata lebar-lebar. "Aku? Maksudnya kita?"Luis benci mengakui ini, ia tak berniat membawa turut serta Charlotte pulang. Kalau wanita itu ditinggal atau pulang ke rumah keluarg

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Ambisi Sang Penguasa   Siasat Mengelabui

    Kendaraan milik Luis berhenti mulus di depan lahan proyek pembangunan hotel. Seketika setelah keluar ia menengadah pada bangunan tinggi. Luis menjumpai pengawas proyek, bersalaman, dan sedikit berbasa-basi. Setelah itu, Luis ditemani menyusuri bakal imperium bisnisnya yang digadang-gadang sejak lama."Sudah berapa persen proses pembangunan berjalan?" Seingat Luis waktu menghitung jumlah lantai dari luar baru berdiri dua belas lantai, itu pun sebagian besar baru kerangka saja. Masih kurang tiga belas lantai seperti yang sudah direncanakan."Sekitar 40 persen. Tenang saja, Tuan, semuanya pasti selesai sesuai tepat waktu sesuai kontrak.""Lakukan pekerjaan dengan maksimal. Awasi bawahanmu dengan benar, jangan sampai mereka menyelewengkan tugas! Banyak dana yang kukeluarkan demi proyek ambisius ini. Jangan ada kesalahan sedikit pun, atau kalian yang akan merugi!""Baik, Tuan!" Pengawas proyek merasa diancam. "Eh ... Tuan, bukankah kemarin Anda baru me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Ambisi Sang Penguasa   Kado Istimewa

    Luis hampir berhasil menginjakkan kaki di lantai bangunan asing tersebut. Nyaris saja, kalau tidak terhalangi pria besar yang kala lalu juga menghalangi Luis masuk ke bangunan itu."Mau apa lagi?!" tanya pria itu, galak.Luis bergeming, mengernyit, menerawang apa yang sesungguhnya mereka lindungi. Tampak antek-anteknya berjaga di belakang."Kalau tidak ada perlu, tidak usah datang! Ini bukan bar tempat bersantai!" sambungnya."Ya memang bukan. Aku juga punya mata, masih berfungsi normal," balas Luis kemudian ia terkekeh, "mana ada bar seburuk ini? Sebenarnya ini bangunan apa, sih?"Pria di hadapannya tersenyum miring. "Jika kau tidak tahu tempat apa ini, itu artinya kau tidak diundang. Dan, orang asing tidak diizinkan masuk sembarangan."Luis memasang mimik sedang berpikir keras. "Ini markas perkumpulan rahasia? Apa ada hubungannya dengan keluarga Rothschild?!" "Heh, bicara apa kau ini? Tidak ada sekte di sini! Menggang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Ambisi Sang Penguasa   Raja Palsu

    Ruang keluarga terasa hening kendati ada dua manusia di dalamnya. Mereka sibuk pada urusan masing-masing. Luis asyik merokok sambil membaca seri detektif edisi terbaru, sedangkan George fokus pada koran pagi. Merry datang mengantarkan teh hangat untuk George, Luis tidak butuh sesuatu untuk dikonsumsi selain rentetan kalimat pemancing antusiasnya di dalam buku."Anda butuh sesuatu lagi, Tuan?" tanya Merry pada George."Tidak, Merry. Terima kasih. Kalau aku butuh apa-apa kupanggil kau lagi," balas George sambil tersenyum. Majikan ini sangat baik dan ramah.Telinga Luis terasa terganggu oleh keramahtamahan sang ayah. Kalau dia bisa bersikap manis terhadap pembantu, mengapa tidak pada anak kandungnya? Luis mengembuskan napas keras, hatinya panas. Ia membalik halaman buku dengan kasar sambil menggeser bokong mencari sudut terenak, padahal sofa yang didudukinya teramat empuk dan nyaman.George menyadari gelagat tidak biasa dari sang putra, ia menoleh, m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Ambisi Sang Penguasa   Beda Arah

    "Luis, kalau kita punya anak, kau akan marah, tidak?"Punya anak adalah momok menakutkan bagi Luis, dan tampaknya saat ini Charlotte tengah mengidamkan perutnya diisi makhluk bernyawa selama berbulan-bulan. Namun, Luis berdalih alih-alih berkata gamblang bahwa ia tidak berminat memiliki anak."Kenapa tanya seperti itu?""Waktu dapat kado perlengkapan bayi, kau kelihatan tidak senang." Charlotte masih ingat ekspresi kesal Luis tatkala melihat isi kado dengan bungkusan paling besar."Ya, tentu saja, momennya kan tidak tepat. Masa baru habis menikah langsung dikasih barang seperti itu! Kesannya kau hamil duluan." Padahal berhubungan badan saja tidak, pikir Luis.Charlotte bisa menelan penjelasan Luis, tapi tetap saja ia tidak puas. "Tidak terbesit buat ke sana, Lu? Apa ... tidak ada rencana untuk punya anak?""Punya anak itu merepotkan, Charly. Yah, mungkin ketika masih kecil mereka itu lucu dan menggemaskan, tapi kau tidak tahu aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Ambisi Sang Penguasa   Langit Sendu

    "Laporan cuaca hari ini. Siang hingga sore diperkirakan cerah sedikit berawan ...."Lalu turun hujan."Siaran radio tidak bisa dipercaya!" George mematikannya.Si merah menerobos derasnya hujan, beberapa saat lalu langit masih terang benderang. Sungguh anomali yang tidak bisa diprediksi akal sehat manusia. Prakiraan cuaca di siaran radio mungkin bukan isapan jempol semata, langitnya saja yang aneh, sesuka hati menurunkan hujan kapanpun dan di manapun. Hujan-hujan begini biasanya bikin Luis mandek di kamar, apalagi sekarang sudah punya istri, pasti makin betah berlama-lama mendekam di sarangnya. Lantas bagaimana dengan rencana makan bersama di restoran? Niat baik George tidak boleh terhalang sebab sekadad hujan. Ini cuma hujan air dingin, bukan air panas, kok.George berkendara dengan hati-hati, pelan-pelan saja asal selamat. Jalanan basah bisa membuat ban tergelincir, bukan hanya kaki manusia saja yang bisa. Mata awas George menerawang jauh meneob

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Ambisi Sang Penguasa   Bisnis Rahasia

    Penyebab kematian George jelas-jelas karena luka tusuk di perut, pasti pembunuhan. Kendati Luis enggan melakukan autopsi demi membungkam aib keluarga. Apa kata keluarga besan jika tahu ayahnya mati dibunuh? Saat membersihkan jenazah George, Luis lihat sendiri ada beberapa robekan pada perut pria malang yang terbaring kaku di atas matras. Luis meminta pihak-pihak untuk tutup mulut mengenai sebab kematian sang ayah, bilang saja kalau mendiang terkena serangan jantung mendadak.Namun, ia sendiri tidak bisa menjaga mulut dari Enrique. Usai pemakaman, Luis masih mengepal kedua tangan. Siapa pembunuh George, pikirnya. Luis mengajak Enrique menyingkir dari kerumunan pengantar jenazah, menepi di bawah pohon rindang."Apa sebenarnya bisnis kalian?!" Luis terdengar gusar. "Pelakunya bisa jadi dari bisnis rahasia kalian!""Kalau tidak tahu apa bisnis kami, mengapa kau mudah menyimpulkan? Aku yakin bukan dari bisnis kami. Mereka cuma orang-orang lemah dan tidak akan b

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Ambisi Sang Penguasa   Hari Perdana

    "Siapa orang itu?" cecar Charlotte ketika ia dan Luis duduk di dalam mobil. Ia melihat Luis berbicara dengan Enrique di bawah pohon, agak berjarak dari orang-orang di makam George. Charlotte belum pernah melihat pria berbewok tipis yang cukup karismatik, Luis nampak akrab. Jadi, Charli ingin tahu identitas si lawan bicara suaminya.Luis tidak akan bilang jika Enrique adalah rekan bisnis gelap sang ayah. Ia memilih berbohong menyembunyikan siapa Enrique sebenarnya. "Dia orang yang menawarkan diri sebagai sopir pribadiku.""Memangnya perlu?""Kalau bisnis sudah berjalan, mau tidak mau aku perlu bantuan orang lain agar tenagaku lebih efisien."Charlotte tidak membalas lagi setelahnya, cuma melirik Luis sebentar dengan tatapan keraguan. Mengapa Luis dan calon sopirnya berjumpa di pemakaman? Etisnya membahas pekerjaan itu di kantor atau bisa di rumah. Entah mengapa mereka memilih tempat yang janggal.Luis menghentikan mobil di depan gerbang ru

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04

Bab terbaru

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 15

    Luis mengantar Reiner pulang dengan rupa berdarah-darah. Sebagian wajahnya telah bersih diusap tisu basah, namun tetap meninggalkan noda. Cipratan titik merah di kemeja putih seragam sekolah juga masih tersisa, mulai mengering. Luis menepikan mobil di ambang gerbang. "Masuklah. Bersihkan dirimu," perintah Luis."Kau tidak masuk?""Tidak, aku harus pergi ke tempat lain."Tatapan Reiner masih menyisakan trauma. Luis peka, ia menyentuh bahu sang putra."Kau harus melawan ketakutanmu. Jangan biarkan rasa takut menghalangimu," ucapnya bijak."Menghilangkan nyawa tidak termasuk dalam hal yang kau ucapkan. Kau hanya menyuruhku melakukan perbuatan keji dengan dalih melawan rasa takut."Luis menyeringai. "Lakukan saja perintahku. Aku lebih tahu apa yang perlu dan tidak perlu kau lakukan. Kau tidak akan menyesal dengan apa yang kuajarkan selama ini. Suatu hari nanti kau akan menyadarinya."Reiner menatap datar. Entahlah,

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 14

    “Reiner!” Charlotte mencari anak itu hampir ke seluruh rumah, meneriaki namanya berkali-kali namun nihil. “Di mana anak itu?”Charlotte beralih ke halaman rumah, ia melihat tukang kebun memberi isyarat bahwa pria kecil yang dicarinya berada di semak-semak. Tangan Charlotte menyingkap kumpulan ranting dan daun-daun, “Reiner!”“Ibu!” seru bocah itu dengan ceria tatkala sang ibu berhasil menemukannya.“Apa yang kau lakukan di situ, Nak?”“Aku sedang main.”“Main apa?” Charlotte tidak bisa melihat dengan jelas sebab terhalang dedaunan.“Main ini ....” Reiner menunjukkan sesuatu di telapak tangan.Mata Charlotte hampir melompat saat melihat darah menyelimuti telapak tangan anak itu dan sebuah benda di atasnya. Ia tidak yakin, tapi itu terlihat seperti bola mata.“A-apa itu, Sayang?” Charlotte terbata-bata.“Matanya Mickey. Lucu, kan?” ucap Reiner disertai tawa kecil khas anak-anak.“Hah?!” Tubuh Cha

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 13

    Sekujur tubuh Charlotte menegang hebat. Ia bersembunyi di belakang pagar, mengintip dari celah pada pagar itu. Tubuhnya keringat dingin dengan napas tersengal-sengal, Charlotte menatap nyalang sambil menutup mulut tatkala menyaksikan pemandangan luar biasa menakutkan. Suara tembakan baru saja menggema, Charlotte tersentak dan mengeluarkan air mata. Kedua tangannya menutup mulut rapat-rapat agar tidak ada suara yang lolos."Aku harus pergi dari sini!" batinnya.Charlotte merangkak mundur dari lokasi, tetapi sepasang kaki jenjang menghalanginya. Ia mendongak melihat pria dengan sebuah pistol di tangannya. Benda itu kini diarahkan tepat di tengah-tengah dahi Charlotte, ia menangis ketakutan. Yang lebih menakutkan, pemilik senjata api itu adalah orang yang sangat ia cintai melebihi apapun."Ibu sudah melihat terlalu banyak. Sekarang saatnya ... giliranmu!"***Charlotte siuman di tengah ruang rawat inap yang lebih pantas disebut hotel berbint

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 12

    Sudah berhari-hari Reiner tidak pulang, semakin mirip Luis. Kendati begitu, ia tetap berbalas pesan dengan sang ibu yang kekhawatirannya tidak kunjung reda.[Hari ini aku menginap di rumah Ivan. Mau mengerjakan tugas kelompok,] dalih Reiner dalam sebuah pesan yang dikirimkan untuk Charlotte.Saat ini ia sedang berbaring di atas kursi-kursi gimnasium lama—markas gengnya. Pesan itu telah terkirim lima menit lalu, tetapi belum ada tanda pesan telah dibaca.“Tumben selama ini,” batin Reiner, “mungkin dia sedang buat kue.”Tak mau ambil pusing, Reiner melanjutkan niatnya untuk tidur siang sejenak sebab semalam ia dan Niguel main di ruang bermain di rumah teman berkulit eksotis itu sampai pagi. Namun, keinginannya tidak bisa berjalan tenang.“Ahhh!” Baru saja Reiner berpejam, suara teriakan murid pindahan yang jadi mainan gengnya memekik kencang.Ivan dan Niguel sedang bersenang-senang, menaruh sebuah apel merah sebesar genggaman telap

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 11

    “Selamat siang, Tuan Muda!” Sapaan menyambut Reiner tatkala ia berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumah.Ia baru pulang, pukul 11 siang. Beruntung Merry yang menyambut Reiner, bukan ibu apalagi ayahnya.“Di mana ayahku?” Reiner celingak-celinguk dengan perasaan cemas.“Semalam Tuan pergi dan belum pulang sampai sekarang.”Reiner bisa bernapas lega. “Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu.”Untuk sesaat ia merasa aman. Jika Luis tidak ada di rumah, setidaknya satu beban telah berkurang. Namun, belum berhasil menyelesaikan langkah, saat berbalik badan hendak menaiki tangga, seseorang tengah menghadang. Sang malaikat kini berganti rupa menjadi menyeramkan.“Dari mana saja kau? Pukul berapa ini? Kenapa tidak ada kabar? Ibu mencemaskanmu semalaman. Teleponku bahkan tidak diangkat!” Charlotte mengomel dengan tatapan murka.Reiner teramat takut dengan sorot mata tidak biasa dari ibunya. “Aku— eh ... aku—“ Reiner terbata-bata.

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 10

    “Kau habis mandi minyak wangi?” Reiner sontak menjepit hidung. Aroma Niguel sangat menusuk, rasanya ingin muntah.“Ivan, aku ikut denganmu,” pinta Niguel.“Eh—tidak, tidak! Kali ini menumpang dengan yang lain saja!” Ivan menolak, tidak tahan dengan wangi berlebihan itu.Carl telah mengunci pintu dari dalam. Sedangkan Reiner belum berpindah tempat, masih bersandar di sisi mobilnya. Niguel segera menyelinap masuk ke dalam mobil Reiner sebelum si empunya mampu menghentikan.“Astaga! Kenapa aku?!” Reiner menduga perjalanannya tidak akan terasa baik.“Ayo, pergi! Ivan dan Carl sudah meninggalkan kita.” Niguel memberi instruksi tanpa peduli perasaan temannya.Reiner masuk dengan geram. Ya ampun, ia benar-benar harus menyumpal hidung!Reiner berusaha dengan keras untuk konsentrasi menyetir. Aroma ini sungguh mengganggu penciuman dan pikirannya.Beberapa kilometer dan akhirnya sampai. Reiner melihat plang nama tempat it

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 9

    Sabtu—akhirnya tiba. Setelah banyak hal yang terjadi kemarin, juga banyak membuatnya berpikir, hari ini Reiner mendedikasikan diri untuk pemulihan. Menyenangkan diri sepanjang hari, mungkin dengan lego ataupun berlatih taekwondo juga terdengar asyik. Kendati hari libur bukan berarti ia bangun terlambat. Pukul lima tepat alarm alami di alam bawah sadarnya selalu membangunkan Reiner dari tidur—selain dentingan jam besar di kamarnya. Ia tidak pernah merasa keberatan maupun terbebani, sudah terbiasa dilakukan sejak belia jadi Reiner tidak pernah kesulitan untuk bangun pagi.Hari masih fajar namun Reiner telah menginjak rumput-rumput di halaman, berlarian merasakan embun membasahi kaki telanjang. Ia mengatur pernapasan dengan baik, terus berlari hingga matahari mulai menyingsing. Aktivitas berganti setelahnya, memasang sikap sempurna, membungkuk meski tanpa lawan dan mulai menggerakkan badan melakukan gerakan-gerakan bela diri yang dikuasainya. Reiner melawan udara pagi, anggap

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 8

    Restoran Italia bernuansa mewah di tengah kota, berornamen klasik dengan lampu kristal besar menggantung di tengah langit-langit. Atmosfernya tidak jauh berbeda jika disandingkan dengan hunian tempat tinggal Reiner. Mungkin ini menjadi salah satu alasan mengapa Charlotte sangat ingin berkunjung lagi ke tempat ini. Selain gaya bangunan, rasa hidangannya juga patut dipertimbangkan. Ravioli di tengah piring Reiner serta tortelini di atas piring Charlotte begitu kaya akan cita rasa. Juga segelas wine mahal disuguhkan untuk ibunda tercinta, sementara gelas milik Reiner terisi mocktail—bebas alkohol.Reiner senang bisa membuat wanita kesayangannya berekspresi cerah. Ide makan malam yang ia gagas tampaknya berhasil mengubah tema dalam benak sang ibu yang lagi-lagi ditinggal oleh suami-keparat-bekunya sejak kemarin. Reiner justru bersyukur alih-alih bersedih hati, sebab rencana ini bisa terlaksana lancar tanpa gangguan dan pertanyaan. Reiner mengamati wanita empat puluh tahunan yan

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 7

    Empat sekawan tengah berkumpul di markas mereka, masing-masing berbaring di tengah-tengah lapangan basket yang sudah tidak terpakai dengan bantalan tas mengganjal kepala. Gawai menyibukkan tangan dari setiap pemuda, tidak ada pembicaraan untuk sekian lama—sampai Carl mengubah posisi. Ia duduk bersila lantas menarik sesuatu dari dalam tas. Sebuah lintingan yang tampak seperti rokok, tetapi ketika dibakar menimbulkan aroma khas.Indra penciuman Ivan terpancing, aroma ini membuatnya sontak menegakkan posisi. Ia melihat Carl menghisap benda yang diapit jarinya dengan santai, sementara Ivan masih melongo.“Hei, kau bawa barang itu ke sekolah?” sontak Ivan.“Tidak masalah. Tidak ada pemeriksaan juga,” balas Carl santai.Niguel sebenarnya tahu apa yang Ivan dan Carl ributkan. Namun, ia memilih tidak ikut-ikutan seperti Reiner.“Benar juga. Lagipula tidak ada yang berani menyentuh kita.” Bibir Ivan menyimpul lengkungan. “Aku minta satu, ya?”

DMCA.com Protection Status