Membawa tatapan waspada kala sepasang kaki melangkah di jalan yang sudah biasa dilalui―apalagi sudah terbiasa hening saat menjelang sore―Jeslyn harus dibuat bergidik ngeri. Sebelumnya dia sudah tidak asing lagi dengan jalanan sepi yang memiliki kawasan rumput tinggi sebelum masuk ke perumahan. Tetapi gara-gara satu puan, dia tidak merasakan hal yang sama lagi.
Pesan Jingga kini masih terbayang-bayang di dalam ingatan. Tadinya, dia ingin mengabaikan namun ketika melihat tatapan serius sang puan dia jadi berpikir ulang. Gadis itu intuisinya terlalu tinggi dan tidak pernah salah, karena menjadi salah satu kemampuannya juga. Oleh karena itu, dia menatap sekitar dengan waswas.
Lo kalau lewat situ hati-hati sama orang yang mau ngebekap mulut lo deh. Begitu pesan Jingga yang seolah-olah tidak pernah mau beranjak dari singgasana. Agaknya, dia sudah terlalu nyaman berada di dalam ingatan sang pemilik kenangan.
Ingin segera membuang jauh pikiran yang malah membua
Esok pagi, Jingga yang berada di kawasan perumahan mewah sedang menyusuri jalan sendirian. Biasanya ada Mentari yang pergi bersama karena satu arah, namun hari ini mereka tidak bersama. Puan itu datang lebih awal makanya mereka pergi lain waktu.Alasan dia harus datang lebih awal adalah karena ada yang ingin diberi tahu kepada Sagara. Didukung pula oleh langkah yang ringan dan tampak melompat-lompat seperti kelinci. Wajahnya juga tampak cerah hari ini, lebih cerah dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sejak berangkat, senyum tergurat jelas di wajahnya yang baru saja menyambut hari. Mungkin ada yang membuat suasana hatinya membaik.Tubuh dan raga sang puan kini sudah berada di depan rumah Sagara. Tanpa pikir panjang pula, dia segera menekan bel agar memanggil sang empunya rumah keluar dari singgasana. Bel ditekan sekali, namun tidak ada jawaban. Oleh karena itu, dia menekan lagi untuk menunggu tanggapan. Bagai mantra ajaib, sang pemilik rumah menjawab. Terdengar pula suara
Semua anggota Fantasy Club dibawa masuk ke dalam rumah mewah milik Sagara setelah diizinkan sang pemilik rumah. Kecuali Jeslyn, mereka terpaku dan menatap takjub dengan isi dalam rumah yang berharga tinggi. Setara juga dengan bagaimana mewahnya rumah ini jika dilihat dari luar. Jika dilihat dari dalam, rumah ini tampak bersinar.Padahal puan berambut pendek itu sudah memberi tahu tentang rumah mewah gurunya, namun mereka tidak terlalu percaya. Baru setelah disuguhkan pemandangan menarik di depan mata, mereka perlahan mengangguk setuju―kalau rumah ini sama dengan rumah Presiden.Diajak ke ruang utama, Sagara mempersilakan mereka duduk di sofa panjang berjumlah dua buah. Sementara Caraka dan Venus duduk bersebelahan. Setelah itu, dia menghilang sebentar dari pandangan karena ingin membawa hal yang dibutuhkan.Tidak lama, suguhan berupa es buah dan camilan terhidang di atas meja. Mereka kompak mengucapkan terima kasih kepada pria itu sebelum meraih gelas. Sagara ke
Tujuh anggota Fantasy Club bersama Venus kini berada di dalam sebuah rumah kosong yang telah ditinggalkan pemiliknya. Tidak ada yang tahu sudah berapa lama tempat ini ditelantarkan. Saat mereka bertanya ke tetangga sebelah, dia mengaku tidak melihat keberadaan pemiliknya sejak seminggu yang lalu.Orion―pemilik rumah ini sekaligus senior mereka―adalah hal yang menjadi atensi dan fokus utama sekarang. Lelaki itu dikabarkan menghilang tanpa alasan jelas, padahal Venus yakin kalau dia akan aman dari kejaran kelompok sindikat kejahatan supranatural. Tetapi dia salah besar. Makanya dia juga menjadi khawatir mengenai keadaan lelaki itu.Mereka telah membongkar semua isi dalam rumah, termasuk membongkar lemari buku. Saat itu, mereka berharap kalau mereka menemukan sebuah petunjuk berarti yang membawa mereka pada keberadaan Orion. Tetapi hasilnya nihil. Pencarian mereka berakhir sia-sia.Mereka juga berada di dalam kamar yang memiliki ranjang single size. Masih
Ditinggalkan hanya berdua di rumah mewah ini ternyata merupakan pilihan yang buruk ketika Caraka sadar. Dia terlambat menyadari kalau seharusnya dia ikut anggota Fantasy Club ke rumah Orion daripada ditinggalkan bersama Sagara. Jika diberi pilihan juga, dia akan mengambil opsi terakhir kalau dia mengetahui apa yang akan terjadi lebih awal. Sayangnya hanya Jingga yang tahu.Dia yang duduk santai di ruang utama sambil menonton TV sadar kalau dia tidak akan bisa menikmati waktu kosong selamanya. Selalu saja ada yang mengganggu, misalnya Sagara. Dari tadi, pria itu mondar-mandir di depannya. Hal yang dia lihat hanya Sagara, bukannya layar TV yang lebar. Lelah dengan semua ini, dia mendengkus kesal.Seharusnya waktu kosong itu bisa dinikmati dengan nyaman. Tetapi niat itu hanya tinggal kenangan saja jika ada Sagara. Ingin sekali dia merutuk pria tua itu.Gara-gara kelakuan Sagara yang diibaratkan seperti setrika listrik, dia mengernyit heran dan mengerutkan dahi. Dia
Bagai pintu ke mana saja, Venus yang datang bersama tiga anggota Fantasy Club telah tiba di sekitar kawasan Menteng menggunakan kemampuan Venus. Mereka bisa tiba dalam waktu singkat berkat itu. Tidak perlu repot naik kendaraan dan bisa menghemat waktu pula. Beruntung jika ada lelaki itu bersama mereka.Memimpin jalan, Venus berada di barisan depan sambil melangkahkan kaki di tepi jalan pemukiman. Dia mencoba membaca arah dari sistem navigasi yang ada di ponsel―sesuai dengan alamat yang dikirim Sagara melalui pesan chatting. Sedangkan Irene, Jingga dan Jeslyn mengekor di belakang dengan wajah waspada dan siap sedia bertindak jika dibutuhkan.Seperti yang dikatakan pria itu, memang benar jika kawasan ini merupakan kawasan padat penduduk. Masuk perumahan saja, mereka sudah disambut dengan warga yang lalu-lalang di jalan mengendarai motor dan memadati kawasan dengan beragam aktivitas. Pria itu tidak pernah berdusta.Maka sepanjang jalan, mereka menyapa para
Berkumpul di rumah Sagara, sudah ada beberapa kepala yang duduk di ruang utama. Venus, Jingga, Irene dan Jeslyn adalah orang pertama yang tiba di rumah mewah tersebut. Semua itu berkat kemampuan Venus yang mampu pergi ke suatu tempat dalam waktu singkat.Sementara itu, anggota yang tersisa masih dalam perjalanan. Mereka harus menggunakan bus kota sebagai transportasi darat. Waktu yang ditempuh tidak akan memakan waktu lama pula karena jaraknya tidak terlalu jauh. Dibandingkan rombongan Venus yang harus pergi ke wilayah lain di Jakarta. Sudah biasa pula bagi warga ibukota negara yang dinobatkan menjadi penduduk terpadat.Berbicara dengan Sagara dan Caraka, Venus yang memimpin kunjungan memberitahukan semua yang terjadi beberapa saat lalu. Termasuk juga berita tentang Orion yang dibawa pergi dengan paksa. Dia juga mengabarkan berita Alden yang mengatakan bahwa tempat persembunyian anggota kelompok jahat itu telah kosong.Selang beberapa saat kemudian, terdengar sa
Menjelang sore, anggota Fantasy Club telah berkumpul di jalan pusat daerah Kuningan. Rencana awalnya, mereka ingin berkumpul lebih dahulu sebelum memulai dengan hal yang telah direncanakan sehari sebelumnya.Sebagai orang yang ditunjuk sebagai pemimpin―oleh Sagara―Irene sengaja mengumpulkan mereka di satu tempat. Supaya tidak berpencar terlalu jauh dan mudah diamati dari jauh pula. Dia ingin memberikan satu atau dua patah kata sebelum menjalankan perintah Sagara dan Caraka.Puan berkulit putih itu menarik napas dalam-dalam sebelum membuka mulut dan bersuara. Ada banyak kata yang akan disampaikannya. “Well, gue harap kita semua bisa kembali dengan selamat dan gak ada yang terluka. Gue harap juga kita bisa nyelesain misi yang diminta. Sebelum itu, yuk kita saling semangatin diri sendiri. Satu! Dua! Tiga!”“Fan....”“Fighting!”“Fight….”Sorakan itu berakhir denga
Mengenai keberadaan pria hoodie hitam yang menghilang, sekarang dia berada di gang sempit. Tidak hanya sendiri, namun bersama Rama dan Jeslyn yang dari jauh sudah kelihatan kalau mereka memiliki relasi yang tidak baik. Tentu saja ada alasan tersendiri mengapa dia diperlakukan seperti itu oleh dua anggota Fantasy Club yang sedang menjalani tugas dari Sagara.Rama menahan tangan pria tersebut dan menyudutkannya di depan tembok. Sementara itu, Jeslyn memberikan tatapan intimidasi agar dia takut dan menyerah untuk berdusta. Puan rambut pendek itu sengaja memasang tatapan galak dan seperti ingin memakannya hidup-hidup demi bisa mencapai tujuan utama.Sebaliknya, pria hoodie hitam yang ditahan dari tadi hanya bersikap tenang saja. Dia tidak memberontak, tidak pula berteriak melolong minta dilepaskan. Seolah-olah sudah bersedia jika diberi pilihan untuk menyerahkan nyawa.Jeslyn yang bertugas sebagai pemberi pertanyaan memukul tembok. Akibatnya, lapis