Sekian lama ditinggalkan, kondisi rumah tampak semakin buruk, selain karena hampir roboh, kotoran dedaunan yang berserakan di teras dan atap menambah kesan tidak terawat, belum lagi rumput tumbuh semakin tinggi hingga melampaui mata kaki, beserta tumbuhan hama lainnya.Alex tidak tahu apa yang terjadi selama kepergiannya, namun yang jelas terdapat kekacauan.Terlihat salah satu sosok yang dirindukannya berada di halaman depan rumah, tengah menjemur pakaian."Kau selamat? ini sungguhan dirimu 'kan?" Helena terdiam mematung ketika mendapati Alex berlarian menghampirinya. Begitu sampai, yang lebih muda segera menubrukkan tubuhnya, lantas menangis keras."Bukankah aku sudah berjanji waktu itu? aku akan pulang dengan selamat dan membawakan kemenangan, sekarang aku sudah kembali, Helena."Helena balas mengeratkan pelukan, lalu menangis bersama, "Kau luar biasa, Alex, aku bangga padamu.""Di mana ibu?" Alex menjauhkan diri sejenak."Ibu sakit," balas Helena sendu, walau tak diungkapkan pun,
"Aku tidak mau tahu, gadis kurang ajar itu harus diberi hukuman!" sang Baroness melempar gelas keramik le arah dinding, tak peduli air keruh di dalamnya tercecer kemana-mana, membuat ruang kerja sang Baron tampak kacau karena kotor.Pria itu bersikap lebih tenang, "Kita tidak bisa sembarangan menghukum orang, tenanglah..""Lalu apa?! sudah jelas-jelas Jo pergi ke hutan terlarang demi menyelamatkan perempuan sialan itu!""Tapi Jo pergi atas keputusannya sendiri, kita yang akan balik dituntut apabila mencelakai Alexia, atau parahnya masyarakat justru menyalahkan kita karena menjadi orang tua yang lalai," jelas sang Baron, perkataan dan tindakannya penuh kewaspadaan."Kau tidak bisa dipercaya! akan ku lakukan ini sendirian—gadis itu harus jera!" merasa perkataannya diabaikan, Baroness Rompero pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah marah. Ia punya rencana licik sendiri ketika sang suami tidak dapat mengabulkan keinginannya.•••Pukulan itu menghasilkan lebam yang membekas kebi
"Kita harus kembali secepatnya, aku tak bisa berlama-lama di luar area hutan."Alexia kembali menegak anggurnya, entah sudah gelas yang ke berapa. Bola mata itu telah terlihat layu dan kacau, "Setidaknya setelah kondisi ibuku membaik, atau kau bisa kembali lebih dulu, aku akan menyusul.""Bilang saja kau mau lepas dari pengawasanku," pria itu berdecak.Bibirnya mulai memerah akibat cairan anggur yang ditegak, "Kalaupun aku mencoba kabur, mustahil untuk bertahan apalagi bersembunyi darimu.""Kau benar sekali," balas Chris, memikirkan apakah perkataan Alex merupakan pujian atau sindiran, "Jadi kira-kira sampai kapan aku harus menunggu? satu minggu?"Gadis itu mengangkat bahu."Satu minggu cukup untuk meyakinkan mereka agar kau bisa segera pergi bersamaku.""Kau lebih rumit dari yang ku kira." Alex mendesah malas, gelasnya telah kosong lagi, ia pun menodongngkan ke arah Chris yang masih bugar tanpa berniat menyentuh cairan merah keunguan memabukkan itu, "Tolong tuang anggur lagi untukku"
Chris mengeratkan tubuh Alex yang melingkar di belakangnya begitu sebilah pedang mengacung dari belakang.Tanpa banyak berpikir pun Chris tahu pelaku penyerangan ini, entah bermotif dendam atau apa, yang jelas tujuan mereka adalah membunuh Alexia, bukan dirinya. Sebab gerakan serangan terus mengarah ke belakang.Ia mulai tak sabar terus bermain-main bersama para manusia bodoh itu, sontak saja diturunkannya Alexia ke tanah, bersandar pada sebilah pohon pinus yang telah tumbang. Sementara Chris melepaskan pakaiannya.Dalam hitungan sepersekian detik, tubuh manusia itu mulai berubah membesar, menggelap mengerikan menjadi sosok makhluk buas bermata merah menyala.Dalam satu kali sabetan ekornya yang panjang dan kuat, belasan manusia itu langsung tumbang di tempat, tidak ada satu orang pun yang selamat.•••Semalaman penuh setelah kembali dari bar, pria itu masih setia duduk di tempatnya—di pinggiran kasur sembari memandangi Alexia yang masih sesekali mengigau dalam tidur. Ia berada di dal
Begitu Chris kembali dari kastil milik sang kaisar, masih dengan pakaiannya yang kacau penuh darah dan beberapa robekan kecil, seseorah telah menantinya di depan rumah. Menunjukkan raut yang sudah bisa ia duga sebelumnya—itu berisi kemarahan, kekecewaan, dan keprihatinan.Chris sama sekali tidak menyesal telah melakukan perbuatan keji itu, mau bagaimana lagi? ia bukan orang penyabar, terlebih menyangkut orang-orang yang dianggap berharga. Mereka semua dianggapnya perlu mendapat pelajaran sepadan dari keburukan semacam apa yang telah dilakukan atau diucapkan."Dari mana kau?" Alexia mendekatinya, mendorong dadanya secara kasar seperti biasa ketika frustasi, "Teruslah membuat masalah sampai hidupku semakin hancur dan hanya bisa bergantung padamu! begitu 'kan maumu?!""Aku hanya tidak rela Alexia-ku disebut sebagai penganut sihir sesat." Chris punya cara tersendiri untuk membuat setiap Alexia jatuh dan berakhir hanya bisa bergantung kepadanya, secara tidak sadar pula ia juga membuat Alex
Sebuah gerbong kereta kuda akhirnya tiba di pekarangan rumah besar yang dahulunya milik seorang pegawai istana. Menempuh waktu selama kurang lebih dua jam, dan sampai pada pukul delapan malam hari.Begitu turun, seorang utusan kerajaan telah menyambut dengan ramah. Orang itu ialah Thomas Rewn, pria baya yang ditugaskan secara khusus untuk mengurus semua hal tentang Alexia setelah kemenangannya dari hutan terlarang."Oh, kalian sudah sampai, selamat menempati rumah baru, semoga nyaman," sapanya dengan ramah. Thomas lantas mendekati Alex secara pribadi, "Nona Alexia, bisa kita bicara sebentar?"Alex mengangguk, tidak berpikiran macam-macam ketika Thomas membawanya ke halaman di samping rumah, tak cukup jauh dari beberapa pelayan yang membantu memindahkan barang di gerbong, namun cukup untuk memberi keduanya ruang privasi."Di mana Christopher?"Alex sontak tercengang ketika nama itu disebut, ia secara alami menetralkan raut dan gerak tubuhnya, "Dia sedang menemui temannya.""Siapa?""Ak
Helena merendam separuh tubuh di dalam bak mandi besar dengan air hangat yang dicampur dengan ekstrak bunga, tubuhnya seketika jadi lebih rileks ditambah aroma harum yang menenangkan.Seumur hidup, Helena tak pernah membayangkan bisa menikmati kenyamanan sederhana seperti mandi air mawar seperti ini di rumah besar yang indah dan mewah. Setidaknya, karena Alexia lah ia bisa mendapatkannya—sekesal apapun, Helena berusaha tidak membenci sang adik.Rumah yang mereka tempati ini berada di pusat kota Ameruth, jauh dari tempat ramai seperti alun-alun, istana kekaisaran, ataupun pasar, namun berada di tengah lingkungan para pejabat tinggi negeri. Suasananya sunyi, tidak banyak keributan, sesuatu yang Helena suka untuk menenangkan hati.Bentuk bangunannya pun tak jauh berbeda dari milik pejabat lain, memiliki dua tingkat dan halaman yang luas di depan maupun belakang. Taman bunga serta patung air mancur kecil menghiasi bagian depan, ditambah lentera yang menyala terang tiap malam tiba. Kehidup
Spirit ialah cahaya hantu, keberadaannya bisa berpindah dimana saja dan menjadi siapa saja, baik itu sosok manusia pria, wanita, anak-anak, bahkan binatang hingga tumbuhan. Spirit juga tidak pernah berbuat jahat, kecuali jika ia merasa diganggu. Namun salah satu keburukannya adalah menyimpan seluruh fakta yang diketahui, lalu menyebarkan sesuka hati disertai bumbu-bumbu kebohongan yang memicu pertikaian.Selain itu, faktanya Spirit ialah penguasa hutan terlarang yang kedua. Keberadaannya dapat terhitung berharga di tempat itu, jika Chris menguasai afeksi dan suasana, maka Spirit adalah penyimpan fakta dibalik terjadinya semua itu. Wujud aslinya bukan manusia, hanya berbentuk api biru yang berpindah-pindah tempat.Sejak dahulu hingga kini, Spirit dan Chris tidak pernah bisa bersatu, mereka saling membenci. Spirit tahu seluruh fakta dibalik terbentuknya hutan terlarang, dan itu semua berkaitan dengan keburukan-keburukan Chris di masa lalu, ia akan menebarkan informasi diseetai bumbu kebo
Arus sungai membawa keduanya berhenti di sebuah hilir berupa perkebunan. Ada banyak rumah yang terlihat normal seperti pemukiman manusia pada umumnya, terlebih cahaya matahari bisa dikatakan cukup cerah menyinari rumah-rumah tersebut, tak segelap di dunia para penyihir.Alex menghela napas lega, mereka akhirnya menemukan manusia lain.Keduanya berjalan menyusuri pemukiman tersebut walau merasa agak asing karena tak pernah mengetahui adanya kampung yang berbatasan dengan hutan secara langsung. Tapi kecurigaan itu sirna setelah melihat keramaian padat antara penjual dan pembeli di pasar. Penyihir tidak akan melakukan kegiatan semacam ini, jadi jelas mereka semua pasti manusia.Alex tampak bersemangat melangkah kesana kemari melihat keramaian di sekitarnya."Syukurlah kita selamat, aku sangat yakin kalau mereka semua manusia seperti kita karena di sini ramai dan lumayan terang yah walaupun agak redup karena masih di perbatasan hutan."Sementara itu, Chris malah terdiam di tempat. Mengama
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah kembali naik ke tepian tebing. Alexia dengan panik membantu Chris yang masih bergelantungan.Chris menyakui belatinya kembali usai beberapa saat lalu ia gunakan sebagai pegangan yang ia tanjapkan di sela bebatuan, "Kita harus keluar dari tempat ini secepatnya.""Tunggu, kau sungguh sudah tak terpengaruh sihir itu 'kan?" tanya Alex seraya mematikan kilatan aneh yang semula bersemayam di bola mata Chris kini sudah lenyap tak tersisa."Ya, maka dari itu kita harus cepat pergi sebelum mereka menyadarinya," lelaki itu lekas meyabet pergelangan tangannya, berlari sekencang mungkin menjauhi marabahaya yang ada."Kau ingat arahnya?""Kita ikuti saja ngarai ini, aku mendengar arus deras dibawah sana, pasti ada sungai yang akan menuntun kita keluar tempat ini," ucap Chris percaya diri.Sudah cukup lama dan panjang perjalanan mereka menyusuri pinggiran ngarai, namun tampaknya tidak segera mendapatkan hasil. Rasanya jalur ngarai yang mengitari sungai seakan t
56Malam itu Alexia diseret masuk ke sebuah pemukiman aneh, mengerikan. Di sana—seluruh orang mengenakan jubah hitam, menunjukkan tatapan intimidasi atas kedatangannya. Cukup membuatnya merasa takut terlebih saat menyadari kalau warna pakaiannya sangat mencolok di tengah kegelapan itu, anan sulit buatnya melarikan diri tanpa ketahuan. Selama beberapa malam berlalu, ia ditepatkan pada sebuah kurungan yang berada di dalam ruang bawah tanah, tepatnya di sebuah bangunan serupa kastil. Kediaman milik pimpinan para penyihir hitam. Tidak ada cahaya sama sekali yang masuk ke ruang itu walau ada beberapa lubang ventilasi kecil. Hanya saya hal itu membuatnya frustasi karena tak bisa mengira sudah berapa hari ia berada di kurungan tersebut, sebab di tempat ini seolah tak ada pergantian hari, hanya malam dan kegelapan. Namun, ada satu hal yang bisa ia pastikan. Orang-orang itu akan datang di waktu tertentu untuk memberikannya makanan. Seperti yang sudah di duga, langkah kaki sosok berjubah mend
Kuil Tengah ramai oleh para jemaat, dikarenakan esok ialah hari sakral yang dianggap penting, banyak orang berbondong-bondong membawa sesembahan dan hadiah untuk dewa, berharap diberikan keberkahan lebih banyak ketimbang hari-hari biasa.Sebagai umat yang tinggal di kuil, Chris jelas ikut sibuk Bersama saudara saudarinya. Membersihkan seluruh area tak terkecuali, mempersiapkan peralatan untuk sesembahan, dan masih banyak lagi kegiatan berlangsung.Para pendeta duduk di alas mereka, menanti para jemaat yang datang silih berganti, lantas memandunya melakukan berbagai ritual keagamaan, sehingga mereka mendapat ketentraman hati untuk mengabdi kepada sang pencipta.“Kalungnya, tak kau kembalikan?” Zarina menyela disaat kesibukan semua orang semakin membludak pada puncak kegiatan. Pada genggamannya tergantung indah liontin permata ungu yang memancarkan kilauan cantik.Chris yang tengah sibuk menyiapkan air suci untuk persembahan, berdecak sebal, “Aku sibuk, kau saja.”“Tidak.. tidak.. aku y
Alexia terlalu lalai, jika ia sudah membunuh Chris di hari pertama kedatangannya ke masa ini, dan mengkesampingkan perasaan belas kasih, maka problematika kerumitan mereka berakhir saat itu juga. Ia akan hidup lebih nyaman, mungkin menikah dengan sesama kalangan atas lalu punya anak dan hidup Bahagia hingga tua, lantas bereinkarnasi menjadi orang dengan kehidupan yang baik lagi. Bukannya malah semakin mengacau dan tidak jelas begini.Tak dapat dipungkiri kalau sejujurnya ia menikmati masa pertumbuhan ini, masa di mana gejolak remaja masih menguar dalam diri, karena walaupun ia yang seharusnya sudah berusia dua puluhan, kembali ke tubuh reinkarnasinya saat remaja, hormonnya mengikuti usia tersebut. Ia tentu juga punya rasa tertarik pada lawan jenis, tak lepas pula dari sosok Chris yang tumbuh semakin matang menuju kedewasaannya. Tubuhnya tinggi, bugar, dan sehat, kadang kala tampak sangat maskulin Ketika memunculkan bulir keringat di permukaan kulitnya yang seputih salju. Godaan-godaan
Dibawah pepohonan halaman kuil, beberapa kuda penarik gerbong diikat berjajar menikmati rerumputan hijau. Kala itu angin berhembus cukup kencang selama beberapa saat, menyadarkan Chris akan keadiran sosok Wanita baya bertudung. Bisikannya terdengar jelas meski langsung terbawa arus udara, “Anak muda, seandainya kau butuh bantuan temuilah aku di hutan lereng bukit,” begitulah sekiranya yang ia dengar.Namun saat itu juga, Ketika Chris menoleh untuk memastikan keberadaan Wanita itu, sosoknya lenyap dan langsung digantikan oleh Alexia—puteri pejabat negeri yang akhir-akhir ini terus berada di sekitarnya tanpa sebab jelas, “Siapa?—”“Aku di sini!” Alex lekas menyela ucapan Chris.Di satu sisi Chris lega karena sosok misterius tadi menghilang namun dalam satu waktu juga terkejut. Tampaknya Alexia benar-benar serius dengan segala ucapannya yang terdengar gila, sebab gadis itu bahkan sudah tahu dimana dirinya tinggal selama ini, “Kau—bagaimana kau bisa datang kemari!? dari mana kau tahu temp
“Kau seharusnya tidak pergi kemana-mana! Lihatlah, karenamu istri dan anak-anakku terlambat datang,” seorang pria baya tampak mengutarakan kemarahannya dengan suara lantang, tanpa peduli pandangan orang-orang disekitar yang menjadikannya pusat perhatian. Dia tetap berfokus pada kusir muda nya yang sempat meninggalkan kereta.Chris menyipitkan mata, tak suka dengan tatapan merendahkan dan sok berkuasa yang dilontarkan pria itu, walau kenyataannya orang tersebut memang lebih berkuasa dibanding dirinya yang merupakan pesuruh semata. Lagi pula masalah ini sebenarnya muncul karena kesalahan pria itu sendiri yang semula tak berniat membawa keluarga kedalam acara, tapi dirinya menjadi sasaran hanya karena meninggalkan kereta Ketika pria itu mendadak ingin ia menjemput istri dan anak-anaknya.Terlalu sering direndahkan, Chris merasa memiliki dendam tersendiri dengan kalimat-kalimat negatif yang tiap kali terlontar Ketika terjadi sedikit saja kesalahan.“Bukan salahnya, aku yang mengajaknya pe
Hari ke hari berlalu, sembari melihat secara nyata tumbuhnya anak lelaki berkulit seputih salju tersebut. Kini,usianya telah menginjak tujuh belas tahun, dan dalam pandangan Alex, sosok itu masih murni dan suci tanpa menyentuh satu kejahatan sekecil apapun.Kali itu jadi hari pertemuan mereka untuk pertama kalinya tanpa rencana dan tanpa interaksi sedikitpun. Alex kini juga telah sepenuhnya dapat terlihat dalam wujud Alexia Qinchester yang merupakan putri seorang pejabat kerajaan. Istilahnya, jiwanya tengah memasuki tubuh dari sosok reinkarnasinya sendiri.Keduanya hadir dalam rangkaian acara malam yang diadakan pihak kerajaan untuk pemberkatan para pangeran serta putra mahkota. Di usia itu , Chris belum menjadi seorang Jenderal, nyatanya dia hadir haya sebagai kusir yang membawa salah satu kereta kuda milik anggota kerajaan. Sementara Alexia hadir Bersama orang tuanya sebagai tamu undangan khusus karena status keluarga, di mana masih bagian dari petinggi negara yang berkuasa.Sejak a
Dia menyetujuinya.Terpengaruh oleh perkataan sosok tak kasat mata, yang terdengar meyakinkan, juga seolah berniat mengulurkan bantuan. Saat itu juga Chris menemukannya berbaring dengan mata terpejam di tengah ladang bunga setelah beberapa saat menghilang tanpa jejak. Tak ada tanda-tanda kepergian dan kembalinya Alex, seketika ia yakin menyimpulkan sosok mana yang membawa gadis itu tanpa permisi. Sudah jelas kalau pelakunya ialah jiwa sang naga hitam yang bersemayam di tempat-tempat ilusi semacam ini. Chris merasa bersalah dan bodoh seketika, sebab Alexia merupakan incaran makhluk-makhluk terdahulu yang mengenalinya, sehingga sudah pasti pula jiwa naga hitam itu juga mengincarnya untuk suatu alas an yang tidak dirinya ketahui. Tidak seharusnya ladang bunga ini menjadi tempat liburan yang diperkirkan akan menyenangkan dan menyejukkan pikiran.Kondisi tubuh Alex sepenuhnya masih utuh, tidak ada luka sedikitpun, ia juga bernafas seperti biasa, namun tak kunjung bangun sekalipun diguncan