"Seorang utusan kerajaan mengatakan asal cuaca panas yang akhir-akhir ini melanda berasal dari wilayah hutan utara. Dengan ini pihak pemerintah
mengajukan tindak keberanian masyarakat untuk ikut serta mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di hutan utara, dan jika itu sebuah informasi, maka sampaikan pada raja dengan membawa bukti. Siapapun boleh mengajukan diri, tidak ada batasan umur dan gender," prajurit itu lantas menggulung kembali perkemen yang dibawa."Kami menawarkan jaminan kesejahteraan selama seumur hidup bagi satu orang yang berhasil menyelesaikan misi dengan baik dan membawa hasil. Menjadi bagian dari keluarga kerajaan yang derajatnya tinggi, serta dibuatkan patung untuk mengenang jasa.""Kalian hanya perlu mencari tahu informasi dari sana sambil membawa pulang bukti. Setelah itu pihak kerajaan akan mengambil alih keseluruhan, mengambil tindakan untuk menyudahi fenomena panas terik ini," timpal prajurit lain.Suara ricuh itu kembali terdengar sesaat setelah para prajurit kerajaan segera berkemas meninggalkan lokasi, meneruskan pemberitahuan informasi ke wilayah lain sesuai permintaan pemimpin yaitu sang kaisar. Informasi tersebut disebarluaskan ke berbagai wilayah agar semakin menarik simpati masyarakat hingga mereka berminat mengikuti kompetisi. Secara nyata, hal itu merupakan salah satu cara kerajaan membinasakan kalangan bawah dengan iming-iming harta.Sayangnya masyarakat tak peduli, kalaupun mereka harus mati, setidaknya kematian itu berada dalam jalan perjuangan. Banyak orang menganggapnya sebagai bentuk kesetiaan terhadap kemakmuran negeri.Hutan utara adalah salah satu bagian dari tempat-tempat terlarang di sekujur wilayah bumi, bukan tanpa sebab, menurut rumor banyak tanaman beracun dan binatang aneh di sana. Sehingga hewan predator seperti harimau, singa, beruang, bahkan buaya tidak mampu hidup di wilayah tersebut. Tempatnya dikuasai sesuatu yang mengerikan, membuat segala hal menjadi semakin parah, seakan wilayah itu telah dikutuk oleh dewa.Dari yang Alexia pernah dengar dahulu, ada ribuan jenis tanaman beracun, efeknya juga bermacam-macam, mulai dari yang paling sederhana hanya gatal-gatal sampai menjurus ke kematian walau cuma menghirup udara di sekitarnya.Belum pernah ada satu orang pun yang berani menginjakkan kaki di hutan utara, bahkan bagi orang-orang yang berniat bunuh diri, nyalinya ciut dihadapkan tempat itu, sekejap saja langsung mensyukuri hidup. Alex tidak pernah tahu sungguhan tentang kebenaran isi hutan tersebut, ia hanya mengetahui berita dari mulut ke mulut yang terdengar meyakinkan.Alexia belum pernah melihatnya sama sekali karena tempat itu cukup jauh dari pemukiman, tapi ketika mendengar nama hutan utara disebutkan, terasa sesuatu yang tidak asing di telinga, entah kenapa, Alex merasa familiar, seakan ia sudah sering mengunjungi tempat itu atau ada hal berharga miliknya yang berada di sana. Yang jelas, Alex merasa sangat tidak asing dengan keberadaan hutan itu entah mengapa.Disebutkan, ada semacam tabir sihir ketika melewati perbatasan dengan hutan utara, seolah menjebak manusia terperangkap selamanya pada dimensi lain, dan tidak akan pernah kembali.Tapi mengingat hasil kemenangan yang ditawarkan, Alexia sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana suasana menakutkan di hutan utara. Akan lebih baik jika ia berjuang untuk mendapatkan hadiah utama dan membawa pulang gelar juara, ibu dan Helena pasti sangat senang. Mereka juga bisa hidup nyaman tanpa harus berhutang ubi kukus pada tetangga lagi. Kesejahteraan seumur hidup itu artinya mereka tidak perlu bekerja terlalu keras hingga punggung terasa hampir patah lagi, pihak kerajaan akan mengirimkan imbalan tiap bulan sekali dengan jumlah besar. Alex sungguh tertarik dengan hal itu."Alexia, jangan macam-macam, hutan itu bukan sapi perah yang bisa kau takhlukan dengan jerami." Helena memperingatkan ketika mendapati tatapan berbinar dari kedua bola mata sang adik."Kau tidak dengar kompensasinya? jaminan kesejahteraan seumur hidup! itu luar biasa dan sangat sepadan untuk perjuangannya, Helena!"Johanesse menggeleng menyetujui pendapat Helena, dia tidak habis pikir dengan kemauan Alexia yang bersikeras mengikuti sayembara gila itu, walau hadiahnya memang tidak main-main. Jo berpikir secara logis tentang cara pemerintah mempengaruhi masyarakat kalangan bawah dengan cara memperbudak tanpa paksaan, terlebih mengingat orang-orang seperti Alexia terlalu mudah diperdaya, "Tetap saja itu berbahaya, Alex. Aku bisa mencarikanmu pekerjaan di rumah baron kalau kau memang sangat butuh uang, walau mungkin gajinya tidak akan terlalu besar.""Jangan Jo, tidak perlu, kau pasti tahu aku sangat tidak cocok dengan pekerjaan para pelayan. Kalau kalian punya domba mungkin aku masih bisa menggembala." Alexia menepuk bahu teman lelakinya."Aku punya kuda, lima kuda kusir. Aku akan membayarmu kalau kau mau memandikannya di sungai, memberisihkan kandang, dan memberi makan," ujar Johanesse masih berusaha membujuk. Hutan belantara di utara itu sudah terkenal buasnya dengan sebuah cerita mengatakan tempat itu dihuni binatang dan tanaman berbahaya, sementara Alexia hanyalah seorang gadis muda penggembala yang tidak punya keahlian apapun selain menjinakkan hewan produsen daging dan susu. Di hutan utara bisa saja menyimpan berbagai tantangan maut. Bahkan orang sekuat dan sekekar Troy—salah satu pengawal di rumahnya yang paling ahli beladiri— masih punya kemungkinan mati, apalagi perempuan ringkih nan kurus seperti Alexia, ukuran tubuhnya seperempat dari Troy.Alex kukuh menolak, jika ia bekerja di rumah baron, sama saja merepotkan keluarga Johanesse sendiri. Orang tua lelaki itu mungkin akan memberinya bayaran tanpa melakukan apapun mengingat betapa baik mereka terhadap keluarga Sawyer karena pertemanan Jo dan Alex, "Itu masih bagian dari pekerjaan kusir! kau punya selusin pekerja pria di rumah, aku mungkin tidak berguna.""Sudahlah, sudah, jangan berdebat! sebaiknya urus saja Stephen dan Marcus-mu, jangan berharap akan pergi ke hutan utara, Alexia." Helena menggeleng merasa jengah mendengar perdebatan kedua muda mudi dari kalangan yang tidak sepadan itu, si kaya dan si miskin. Sembari membawa-bawa nama domba kembar berbulu lebat kesayangan Alexia, Stephen dan Marcus.Alex melirik sang kakak dengan mata menyipit, membuat Helena jengah dan memilih pergi, "Helena, aku harus mengikuti sayembara ini apapun yang terjadi!"Helena abai, berusaha menulikan telinga ketika sang adik terus meneriakinya untuk meminta persetujuan yang tidak akan pernah didapatkan sampai kapanpun. Tapi Alexia tetaplah Alexia, sosok paling keras kepala."Kau tidak takut mati?" tanya Johanesse menghentikan lengkingan suara gadis itu."Tidak, karena aku akan hidup sampai akhir," balas Alex terdengar terlalu percaya diri."Bagaimana kalau takdir berkata lain, lalu kau mati di sana? apa tidak memikirkan perasaan Helena dan ibumu?" tanya Jo kembali menggoyahkan perkataan Alex yang terlampau keras kepala. Ia hampir tidak percaya bisa berteman dengan perempuan kepala batu sementara dirinya tergolong lelaki penurut yang tidak suka membantah kecuali jika sudah menyangkut hal serius.Bola mata Alexia bergetar ragu, namun perkataannya tetap kukuh, "Sudah ku bilang, aku tidak akan mati dan takdir pun tak bisa merubah keputusan itu."TBC"Alex, kenapa kau berkemas? mau pergi kemana?"Pergerakan tangan seketika berhenti tatkala mendengar sapaan sang ibu dari ambang pintu kamar. Carlotte masih memakai baju lusuh beraroma matahari karena terlalu lama berjemur di tempat panas, Alex menduga ibu baru pulang dari pasar, dan bahkan belum sempat mencuci tangan.Si bungsu hanya membalas dengan cengiran lebar. Sebelum Helena datang dan berakhir memancing kemarahan Carlotte.Wanita itu menggelengkan kepala, reaksi yang tidak jauh berbeda dari Helena dan Johanesse tunjukkan ketika mengetahui betapa keras kepala putrinya, "Ibu sudah mendengar informasi ini di pasar, tentang sayembara pergi ke hutan utara. Jadi kau sudah terlanjur mendaftarkan diri tanpa bertanya pada ibu? kau mau mati, Alexia Sawyer?"Sontak gadis itu melontarkan tatapan tajam ke arah si sulung sembari mencibir pelan. Kepalanya lantas beralih menunduk saat mendapati perubahan drastis raut Carlotte, "Kalian tidak perlu khawatir, aku pasti bisa menjaga diri. Aku juga
Pergi mengajukan diri ke medan pertempuran memang bukan hal yang mudah, sekalipun Alexia sudah bersemangat dan terlampau berani, ia perlu memikirkan perasaan ibu dan saudarinya, mereka telah lama hidup bersama. Meski kenyataannya Alex hanya sekedar anak tiri sebatang kara, orang-orang itu menyayanginya.Mereka adalah hadiah terbaik yang tuhan berikan untuk mengisi kekosongan kehidupannya. Alex benar-benar bersusah payah meyakinkan diri sekali lagi.Sejak tahu Alex mendaftar sayembara, Carlotte tentu marah, sampai sekarang wanita itu tidak berbicara sedikitpun, bahkan tak mau berlama-lama berselisih tatap dengan putri bungsunya.Carlotte segera menyingkir pergi dari dapur saat mendapati kedatangan Alexia. Keterdiamannya membuat si bungsu sakit hati tentunya. Bukan bermakusd egois dan hanya mementingkan diri, tapi Alexia sadar kalau sebaiknya ia melakukan sesuatu untuk memerjuangkan keluarga daripada cuma menunggu hewan ternak beranak kemudian dijual. Sayembara itu adalah kesempatan lang
Seperti yang sudah diperkirakan, hutan utara adalah tempat tersuram di dunia, siapapun yang menginjakan kaki di sana akan ikut merasakan kesedihannya tanpa sadar. Memori tentang hal yang buruk dan tidak ingin diingat terus terputar di kepala, mungkin memang begitulah cara kerjanya.Selain menebar kesedihan, perasaan pun terasa kosong. Bukan kosong yang benar-benar hampa, melainkan rasa kehilangan sesuatu yang berharga. Hal-hal menyedihkan itu terus terserap ke dalam tubuh, membuat dada mendadak sesak dan telapak tangan sakit karena terlalu meratap.Alexia jadi mengenang kepergian ibu kandungnya. Dari cerita yang dipaparkan ayah, ia baru berusia lima menit kala itu, namun sudah menyandang gelar si kecil piatu tanpa ibu. Tidak pernah melihat wajahnya adalah hal paling menyedihkan, Alex hanya sebatas kenal nama, yaitu Serena Sawyer.Ayah dulu sering bercerita, tentang betapa jelita ibu kandungnya. Ayah juga bilang Alex seperti Serena yang dilahirkan kembali. Tapi Alex tidak benar-benar pe
"Jane!""Jane Marellyn!""Jane kembali kemari, ini aku Alexia! aku di sini!"Hutan itu sangat sunyi, sekarang malah berubah seperti kedap suara, seakan Alex berada di ruangan bertembok transparan yang suaranya memantul saling menggema. Ia menggerlingkan bola mata, berjalan kesana kemari mencari keberadaan Jane, sambil mencoba mengingat jalan yang sempat dilewati bersama. Namun sayangnya semua sudut tampak sama, hanya berupa semak, pohon, dan rerumputan tanpa bisa dibedakan.Semakin lama pun, terasa hawa yang semakin menusuk. Hawa murni hutan utara telah merasuk secara nyata ke dalam tubuh, mengakibatkan kegelisahan luar biasa.Alex tak tahu pukul berapa sekarang, yang jelas sepertinya langit di luar sana mulai menggelap, sebab suasana jadi lebih redup ketimbang sebelumnya. Tulang pergelangan kakinya pun melemah, mulai bereaksi karena terlalu lama berjalan. Alex tak bisa memperhitungkan, tapi ia mungkin sudah berkeliling selama berjam-jam tanpa bisa terhitung waktu.Dirinya benar-benar
Alexia tahu dirinya tidak bisa sedikitpun ilmu bela diri, karena anak perempuan dilarang keras mengikutinya ketika anak laki-laki dari kalangan manapun berhak mendapat pelatihan minimal satu tahun. Negeri ini masih tidak adil persoalan gender. Sehingga saat ini, apapun yang sedang menimpa hanya bisa dicegah dengan cara berlari menjauh dan bersembunyi. Keberuntungan terbaik adalah ketika ia masih bisa bernafas sampai sekarang, sesaat setelah lepas dari kejaran sulur tanaman aneh yang melilit tubuh hingga tercekik. Sulur merambat itu kecil seperti tanaman biasa pada umunnya yang tidak berdaya, tapi di sini menjadi sangat mematikan.Salah satu pergelangan kaki yang sempat terlilit kini berubah memutih seperti kehabisan darah, Alex juga mulai merasakan mati rasa di bagian tersebut sampai membuatnya kesulitan berjalan.Sangat mengherankan bagaimana dunia bisa punya tempat mengerikan seperti itu, semacam sihir hitam melingkupinya secara mistis. Bagi manusia, tempat itu seperti neraka terselu
'Siapa namamu?''Alexia,' gadis itu duduk di dekat penerangan berupa cahaya api kecil dari tungku yang tidak cepat habis. Aneh, api itu berwarna biru dan tidak benar-benar membakar, hanya mengapung seperti terdapat sihir yang menggerakan. Matanya sesekali menelisik sekitar—tepat pada bagian dalam batang pohon yang terlampau luas, sesuai bentuk pohonnya yang sangat besar. Hanya saja, ia tidak menyangka ada tempat seperti ini di dalam sebuah batang, itu mustahil. Sekali lagi Alexia mengingatkan diri jika tengah berada di dalam hutan penuh ilusi.Meski begitu Alex tidak merasa perlu takut lagi, akar hidup itu bersahabat, dia baik walau tentunya mengerikan dan tidak masuk akal. Terlebih, mau diajak berdiskusi tanpa menggunakan kekerasan. Setidaknya ia punya kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.Empat pria bertubuh besar kini tengah duduk di sudut lain, mereka berusaha memberikan privasi antara Alex dan si akar besar yang saling berbicara dalam batin. Belakangan, Alex tah
5000 tahun yang laluKehidupan naga hitam abadiSuatu hari, langit benar-benar kelabu di pagi hari, cahaya terang matahari yang baru terbit mendadak menggelap karena tertutup awan hitam pekat yang tidak datang sendirian, benda gas itu ditemani rerintik hujan deras dan petir yang bersahutan, menyambar seperti akar.Suasana yang mencekam membuat seluruh manusia memilih mengurung diri di dalam rumah, hampir tidak ada satu pun orang yang keluar, sekalipun seharusnya mereka mulai beraktivitas melakukan pekerjaan seperti di pagi hari biasanya. Baik itu ladang, pasar, bahkan halaman kastil semuanya sepi tanpa ada satupun tanda-tanda kehadiran manusia.Termasuk kehadiran para prajurit kerajaan di halaman kastil. Biasanya tiap pagi mereka melakukan latihan kekuatan dasar yang dimulai hingga menjelang tengah hari dan dilanjutkan sampai matahari terbenam, sebelum melakukan pelajaran teori berperang di malam hari. Tapi hari ini tidak satu pun dari mereka keluar dari barak penginapan, tentunya atas
Tidak peduli seberapa deras lagi hujan mengguyur tanah pijakan, mereka tetap mengayunkan pedang dengan lihai, bergerak cekatan demi menuntaskan urusannya dengan makhluk besar berwarna hitam berkulit baja. Sang naga yang mengamuk dari persemayamannya.Sayangnya setajam apapun permukaan ujung pedang, tidak mampu menggores sedikitpun sisik naga yang amat keras melebihi tembaga. Sementara makhluk itu dapat dengan mudahnya menumpaskan ribuan pasukan dalam hitungan detik, hanya dalam sekali tebas menggunakan pecutan ekor.Rumah-rumah disekitar lokasi pertempuran tidak seimbang tersebut sudah hancur lebur, sebagian pasukan mengurus warga pemukiman setempat untuk diangkut ke wilayah lain. Setidaknya sesegera mungkin pergi menghindari marabahaya yang tengah menanti.Chris selaku jenderal bergerak di pijakan pertama, barisan terdepan di antara seluruh pasukan yang ada, setiap kali sederet prajurit tersapu oleh naga hitam itu, pasukan lain dengan sigap maju kedepan untuk menggantikannya. Hanya C
Arus sungai membawa keduanya berhenti di sebuah hilir berupa perkebunan. Ada banyak rumah yang terlihat normal seperti pemukiman manusia pada umumnya, terlebih cahaya matahari bisa dikatakan cukup cerah menyinari rumah-rumah tersebut, tak segelap di dunia para penyihir.Alex menghela napas lega, mereka akhirnya menemukan manusia lain.Keduanya berjalan menyusuri pemukiman tersebut walau merasa agak asing karena tak pernah mengetahui adanya kampung yang berbatasan dengan hutan secara langsung. Tapi kecurigaan itu sirna setelah melihat keramaian padat antara penjual dan pembeli di pasar. Penyihir tidak akan melakukan kegiatan semacam ini, jadi jelas mereka semua pasti manusia.Alex tampak bersemangat melangkah kesana kemari melihat keramaian di sekitarnya."Syukurlah kita selamat, aku sangat yakin kalau mereka semua manusia seperti kita karena di sini ramai dan lumayan terang yah walaupun agak redup karena masih di perbatasan hutan."Sementara itu, Chris malah terdiam di tempat. Mengama
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah kembali naik ke tepian tebing. Alexia dengan panik membantu Chris yang masih bergelantungan.Chris menyakui belatinya kembali usai beberapa saat lalu ia gunakan sebagai pegangan yang ia tanjapkan di sela bebatuan, "Kita harus keluar dari tempat ini secepatnya.""Tunggu, kau sungguh sudah tak terpengaruh sihir itu 'kan?" tanya Alex seraya mematikan kilatan aneh yang semula bersemayam di bola mata Chris kini sudah lenyap tak tersisa."Ya, maka dari itu kita harus cepat pergi sebelum mereka menyadarinya," lelaki itu lekas meyabet pergelangan tangannya, berlari sekencang mungkin menjauhi marabahaya yang ada."Kau ingat arahnya?""Kita ikuti saja ngarai ini, aku mendengar arus deras dibawah sana, pasti ada sungai yang akan menuntun kita keluar tempat ini," ucap Chris percaya diri.Sudah cukup lama dan panjang perjalanan mereka menyusuri pinggiran ngarai, namun tampaknya tidak segera mendapatkan hasil. Rasanya jalur ngarai yang mengitari sungai seakan t
56Malam itu Alexia diseret masuk ke sebuah pemukiman aneh, mengerikan. Di sana—seluruh orang mengenakan jubah hitam, menunjukkan tatapan intimidasi atas kedatangannya. Cukup membuatnya merasa takut terlebih saat menyadari kalau warna pakaiannya sangat mencolok di tengah kegelapan itu, anan sulit buatnya melarikan diri tanpa ketahuan. Selama beberapa malam berlalu, ia ditepatkan pada sebuah kurungan yang berada di dalam ruang bawah tanah, tepatnya di sebuah bangunan serupa kastil. Kediaman milik pimpinan para penyihir hitam. Tidak ada cahaya sama sekali yang masuk ke ruang itu walau ada beberapa lubang ventilasi kecil. Hanya saya hal itu membuatnya frustasi karena tak bisa mengira sudah berapa hari ia berada di kurungan tersebut, sebab di tempat ini seolah tak ada pergantian hari, hanya malam dan kegelapan. Namun, ada satu hal yang bisa ia pastikan. Orang-orang itu akan datang di waktu tertentu untuk memberikannya makanan. Seperti yang sudah di duga, langkah kaki sosok berjubah mend
Kuil Tengah ramai oleh para jemaat, dikarenakan esok ialah hari sakral yang dianggap penting, banyak orang berbondong-bondong membawa sesembahan dan hadiah untuk dewa, berharap diberikan keberkahan lebih banyak ketimbang hari-hari biasa.Sebagai umat yang tinggal di kuil, Chris jelas ikut sibuk Bersama saudara saudarinya. Membersihkan seluruh area tak terkecuali, mempersiapkan peralatan untuk sesembahan, dan masih banyak lagi kegiatan berlangsung.Para pendeta duduk di alas mereka, menanti para jemaat yang datang silih berganti, lantas memandunya melakukan berbagai ritual keagamaan, sehingga mereka mendapat ketentraman hati untuk mengabdi kepada sang pencipta.“Kalungnya, tak kau kembalikan?” Zarina menyela disaat kesibukan semua orang semakin membludak pada puncak kegiatan. Pada genggamannya tergantung indah liontin permata ungu yang memancarkan kilauan cantik.Chris yang tengah sibuk menyiapkan air suci untuk persembahan, berdecak sebal, “Aku sibuk, kau saja.”“Tidak.. tidak.. aku y
Alexia terlalu lalai, jika ia sudah membunuh Chris di hari pertama kedatangannya ke masa ini, dan mengkesampingkan perasaan belas kasih, maka problematika kerumitan mereka berakhir saat itu juga. Ia akan hidup lebih nyaman, mungkin menikah dengan sesama kalangan atas lalu punya anak dan hidup Bahagia hingga tua, lantas bereinkarnasi menjadi orang dengan kehidupan yang baik lagi. Bukannya malah semakin mengacau dan tidak jelas begini.Tak dapat dipungkiri kalau sejujurnya ia menikmati masa pertumbuhan ini, masa di mana gejolak remaja masih menguar dalam diri, karena walaupun ia yang seharusnya sudah berusia dua puluhan, kembali ke tubuh reinkarnasinya saat remaja, hormonnya mengikuti usia tersebut. Ia tentu juga punya rasa tertarik pada lawan jenis, tak lepas pula dari sosok Chris yang tumbuh semakin matang menuju kedewasaannya. Tubuhnya tinggi, bugar, dan sehat, kadang kala tampak sangat maskulin Ketika memunculkan bulir keringat di permukaan kulitnya yang seputih salju. Godaan-godaan
Dibawah pepohonan halaman kuil, beberapa kuda penarik gerbong diikat berjajar menikmati rerumputan hijau. Kala itu angin berhembus cukup kencang selama beberapa saat, menyadarkan Chris akan keadiran sosok Wanita baya bertudung. Bisikannya terdengar jelas meski langsung terbawa arus udara, “Anak muda, seandainya kau butuh bantuan temuilah aku di hutan lereng bukit,” begitulah sekiranya yang ia dengar.Namun saat itu juga, Ketika Chris menoleh untuk memastikan keberadaan Wanita itu, sosoknya lenyap dan langsung digantikan oleh Alexia—puteri pejabat negeri yang akhir-akhir ini terus berada di sekitarnya tanpa sebab jelas, “Siapa?—”“Aku di sini!” Alex lekas menyela ucapan Chris.Di satu sisi Chris lega karena sosok misterius tadi menghilang namun dalam satu waktu juga terkejut. Tampaknya Alexia benar-benar serius dengan segala ucapannya yang terdengar gila, sebab gadis itu bahkan sudah tahu dimana dirinya tinggal selama ini, “Kau—bagaimana kau bisa datang kemari!? dari mana kau tahu temp
“Kau seharusnya tidak pergi kemana-mana! Lihatlah, karenamu istri dan anak-anakku terlambat datang,” seorang pria baya tampak mengutarakan kemarahannya dengan suara lantang, tanpa peduli pandangan orang-orang disekitar yang menjadikannya pusat perhatian. Dia tetap berfokus pada kusir muda nya yang sempat meninggalkan kereta.Chris menyipitkan mata, tak suka dengan tatapan merendahkan dan sok berkuasa yang dilontarkan pria itu, walau kenyataannya orang tersebut memang lebih berkuasa dibanding dirinya yang merupakan pesuruh semata. Lagi pula masalah ini sebenarnya muncul karena kesalahan pria itu sendiri yang semula tak berniat membawa keluarga kedalam acara, tapi dirinya menjadi sasaran hanya karena meninggalkan kereta Ketika pria itu mendadak ingin ia menjemput istri dan anak-anaknya.Terlalu sering direndahkan, Chris merasa memiliki dendam tersendiri dengan kalimat-kalimat negatif yang tiap kali terlontar Ketika terjadi sedikit saja kesalahan.“Bukan salahnya, aku yang mengajaknya pe
Hari ke hari berlalu, sembari melihat secara nyata tumbuhnya anak lelaki berkulit seputih salju tersebut. Kini,usianya telah menginjak tujuh belas tahun, dan dalam pandangan Alex, sosok itu masih murni dan suci tanpa menyentuh satu kejahatan sekecil apapun.Kali itu jadi hari pertemuan mereka untuk pertama kalinya tanpa rencana dan tanpa interaksi sedikitpun. Alex kini juga telah sepenuhnya dapat terlihat dalam wujud Alexia Qinchester yang merupakan putri seorang pejabat kerajaan. Istilahnya, jiwanya tengah memasuki tubuh dari sosok reinkarnasinya sendiri.Keduanya hadir dalam rangkaian acara malam yang diadakan pihak kerajaan untuk pemberkatan para pangeran serta putra mahkota. Di usia itu , Chris belum menjadi seorang Jenderal, nyatanya dia hadir haya sebagai kusir yang membawa salah satu kereta kuda milik anggota kerajaan. Sementara Alexia hadir Bersama orang tuanya sebagai tamu undangan khusus karena status keluarga, di mana masih bagian dari petinggi negara yang berkuasa.Sejak a
Dia menyetujuinya.Terpengaruh oleh perkataan sosok tak kasat mata, yang terdengar meyakinkan, juga seolah berniat mengulurkan bantuan. Saat itu juga Chris menemukannya berbaring dengan mata terpejam di tengah ladang bunga setelah beberapa saat menghilang tanpa jejak. Tak ada tanda-tanda kepergian dan kembalinya Alex, seketika ia yakin menyimpulkan sosok mana yang membawa gadis itu tanpa permisi. Sudah jelas kalau pelakunya ialah jiwa sang naga hitam yang bersemayam di tempat-tempat ilusi semacam ini. Chris merasa bersalah dan bodoh seketika, sebab Alexia merupakan incaran makhluk-makhluk terdahulu yang mengenalinya, sehingga sudah pasti pula jiwa naga hitam itu juga mengincarnya untuk suatu alas an yang tidak dirinya ketahui. Tidak seharusnya ladang bunga ini menjadi tempat liburan yang diperkirkan akan menyenangkan dan menyejukkan pikiran.Kondisi tubuh Alex sepenuhnya masih utuh, tidak ada luka sedikitpun, ia juga bernafas seperti biasa, namun tak kunjung bangun sekalipun diguncan