Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam PoV Fahri"Maaf, tapi restoran ini atas nama saya dan memang saya memberikannya atas nama istri saya ini." Aku memperkenalkan Ranti kepada beberapa penjaga itu, tapi tatapan mereka malah semakin tajam. "Kalian itu benar-benar, ya, mau dipecat?" Mata Ranti mulai berkaca-kaca dan itu membuat hatiku ikut menjadi sedih. Bagaimana bisa Dania sekejam ini, bukankah dia sudah punya restoran sendiri? Memalukan. Sampai hak orang dia mau merebutnya. "Tidak bisa, Pa. Kami di sini atas perintah Bu Dania. Tidak bisa mengizinkan siapapun masuk, terutama yang bernama Fahri dan Ranti," tegas salah satu di antara mereka. Ranti kini mulai menangis tubuhnya sudah terhuyung dan hendak jatuh, tapi aku langsung membawanya ke dalam pelukan. "Kamu tunggu di mobil, ya? Biar Mas yang selesaikan masalah di sini." Aku mengantar Ranti ke mobil. Awalnya dia menolak, tapi aku terus memaksa ketika melihat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berdebat di sini. Pokoknya aku
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 17 Dapat kulihat dengan jelas Mas Fahri langsung mengejar wanita itu ke mobilnya. Sudah bisa kupastikan kalau Ranti memang tidak akan berani untuk memenuhi laki-laki yang ada di depanku ini. "Mas, aku pamit ke sana dulu, ya." Aku meminta izin untuk menghampiri mereka. Tentu saja membuat Ranti semakin kocar-kacir. Melihatnya ketakutan sangat membuatku bahagia, apalagi kalau dia sampai kencing di celana. Duh, aku mau secepatnya menemukan orang-orang yang ditakutinya. "Loh, Mas, kamu mau ke mana lagi?" tanyaku sambil mendekat ke arah Mas Fahri. Dia yang semula menatap lembut ke arah Ranti, berbalik ke arahku dan melihatku dengan mata penuh kebencian. "Apa yang sudah kamu lakukan dengan rumah dan restoran yang sengaja aku buat untuk diberikan kepada Ranti?" tanyanya tajam membuatku mencoba menahan amarah. "Mas, sebaiknya kita bicara di dalam. Ajak Ranti masuk juga, ya," ucapku penuh penekanan sambil menatap ke arah Ranti yang terdiam sambil menco
Alasan Lembur Suamiku Setiap MalamPoV Fahri Ranti memang cinta pertama, tapi ketika aku sudah mempersiapkan diri ketika melamarnya, ia sudah pindah rumah, pekerjaan, dan mendadak hilang bagai di telan bumi. Sementara Yoga dan teman-teman yang lainnya sudah tahu aku akan menikah. Kebetulan di waktu yang sama, orang tuaku sedang mengatur perjodohan dengan Dania, tapi awalnya dia menolak dengan alasan tidak cinta. Namun, aku terus meminta bahkan memohon agar dia mau untuk menerima perjodohan ini. Akan tetapi, enam bulan kemudian, aku kembali dipertemukan dengan Ranti yang sedang belanja dengan suaminya. Di saat itulah hatiku yang dingin kembali menghangat. Mendengar apa yang dikatakan laki-laki yang bernama Sandi yang mengaku sebagai kakaknya saja aku sangat terkejut. Sekarang ditambah seorang lelaki yang tidak tahu asal usulnya ini. "Perkenalkan dirimu, Mas." Dania berbicara lembut. Ya, dia memang selalu seperti ini, meskipun kepada orang yang tidak dikenal. Padahal, dulu dia adal
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 19 PoV Fahri Aku termenung ketika mendengar perkataannya. Dia dokter, tidak mungkin berbohong, tapi aku melihat suratnya sendiri kalau dia sedang hamil. "Pak, keluar dari antrian jika ke sini hanya untuk bengong." Seorang ibu muda mengeluarkan kata-kata kasar yang membuatku terkejut, ternyata dokter itu sudah pergi, dan di belakangku sudah banyak sekali orang yang mengantri. Mereka menatap tajam ke arahku. Aku pun segera maju dengan mendorong troli yang berisi belanjaan. Termasuk susu ibu hamil dan juga susu anak-anak dengan pikiran yang masih bercabang. Setelah melakukan pembayaran, aku segera pergi ke mobil. Aku memijat kepala yang terasa sangat berat. Apa benar Ranti tidak hamil? Lantas apa yang aku baca beberapa bulan lalu? Sepertinya aku perlu memeriksa surat itu lagi. Kalau di sana ada nama rumah sakitnya, itu pasti asli. Namun, kalau tidak, sudah pasti aku ditipu. Aku buru-buru menyalakan mesin dan melajukan mobil sampai ke rumah. Se
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 20 PoV Fahri Ketika aku masih dalam mode terkejut, pintu tiba-tiba diketuk dari luar, dan kenop pintu diputar beberapa kali. Aku langsung buru-buru merapikan kotak itu lagi, tentu saja dengan mengambil sertifikat rumah ini yang entah sejak kapan berpindah nama. "Mas, kok, pintunya dikunci, kamu lagi ngapain?" Ranti teriak. "Aku mendadak dapat kerjaan dan harus dikerjakan sekarang, jadi sengaja aku kunci pintunya biar anak-anak gak ada yang masuk," ucapku berbohong. "Tapi bukankah tinggal berikan pengertian saja kepada anak-anak. Kenapa harus sampai dikunci juga?" Ia kembali berteriak, seolah tidak terima dengan apa yang aku lakukan ini. "Tidak bisa. Ini benar-benar darurat. Sebentar lagi selesai dan hanya tinggal dikirim saja." Aku tidak kalah berteriak dengan panik. "Mas!" Ranti kembali memanggil. Setelah menyimpannya di tempat yang aman, aku langsung membuka pintu. "Kok, kamu kaya yang panik gitu, memangnya ada apa?" tanyaku pura-pura hera
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 21 PoV Fahri "Kau harus bersyukur punya teman seperti dia." Laki-laki yang bernama Sandi tiba-tiba masuk ke dalam, ke tempat kami berada sambil menunjuk ke arah Yoga. "Kalau bukan diminta orang tuanya, mana mau aku melakukan hal ini. Kaya yang kurang kerjaan saja," desis Yoga seperti tidak terima, tapi di detik berikutnya dia memelukku. "Becanda. Aku memang peduli padamu, khawatir kalau nanti perusahaan bangkrut, aku juga akan ikut susah. Ditambah nanti kamu pasti akan minta bantuan dariku," lanjutnya kembali membuatku geram. "Tidak usah baper, apa yang Yoga katakan memang benar. Saya sengaja meminta dia untuk membantu kamu," ucap Sandi. "Karena saya yang lebih tahu siapa Ranti, saya tidak ingin banyak korban yang berjatuhan lagi." Ia memasang wajah serius. Kami kembali fokus kepada layar yang memperlihatkan Ranti dengan Iki melakukan hubungan yang membuatku jijik untuk melihatnya lagi. Aku harus segera meminta penjelasan darinya. "Bukanlah mat
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 22 PoV Ranti Selama ini rencanaku selalu berjalan dengan mulus. Tidak ada laki-laki yang bisa menahanku untuk berhenti melakukan sandiwara ini. Beberapa mantan suami sudah jatuh miskin, jadi aku langsung mengganti target, yaitu laki-laki yang dari dulu menganggapku sebagai cinta pertama. Aku selalu menyangka rencanaku sempurna, sama sekali tidak ada celah, dan tidak akan ketahuan. Tentu saja ini membuatku sangat bahagia dan merasa dibutuhkan. Bagaimana tidak, demi diriku, semua laki-laki yang pernah dekat denganku memilih untuk meninggalkan istri dan anak-anaknya hanya untuk bersamaku. Tidak terkecuali Mas Fahri. Namun, istrinya beberapa kali membuat rencanaku gagal. Awalnya aku memang tidak mengenal Dania dan berniat untuk menjadikan dia teman, tapi diluar dugaan ternyata dia adalah istri dari Mas Fahri. Wanita yang sudah aku rebut suaminya dan tidak menyangka kalau akulah yang terjatuh ke dalam lubang yang aku buat sendiri. Kini, Mas Fahri s
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 23 PoV Dania Aku sempat terkejut ketika mengetahui kalau yang menjadi pasangan Ranti dalam melakukan kejahatan adalah Mas Iki, salah satu teman yang dipercaya Mas Fahri. Hari ini Mas Fahri menjemput anak-anak tanpa izin dariku, jadi aku menjemputnya di kantor. Namun, tiba-tiba saja wanita itu masuk dan mendorong tubuhku. Yah, mau bagaimana lagi, aku bukan orang baik ketika disenggol dengan cara yang tidak baik. Pasti langsung melawan. Mas Fahri menarik tangannya ke parkiran dan wah, pemandangan indah terjadi di sana. Setahuku, Iki memang bukan tipe laki-laki yang akan setia kepada wanita. Di antara Mas Fahri dan teman-temannya, hanya Yoga yang terkesan setia, yang lainnya jauh lebih parah daripada Mas Fahri. Aku sudah tahu hal ini dari dulu. Namun, yang membuatku lebih kaget tidak hanya itu, tapi wanita yang ada di dalam mobil itu. Dia adalah adiknya Sandi. Alias adik Ranti juga. Kandung lagi. Duh, aku benar-benar bahagia. Apakah salah? Rasan
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam Kini aku sedang menunggu Haikal bicara, apa maksud dari pergi jauh yang dia katakan tadi. Namun, orang yang kutunggu itu hanya diam saja sambil beberapa kali memasukan makanan ke dalam mulutnya. "Kami hanya akan datang kalau Kania kembali merindukan orang yang tidak seharusnya dirindukan," ucap Haikal tiba-tiba membuka suara setelah melap bibirnya yang penuh saus dengan tisu. Merindukan orang yang seharusnya tidak dirindukan? Apa aku memang pantas untuk tidak dirindukan? Ya Allah, apa yang sebenarnya sudah aku lakukan di masa lalu, sampai lukanya Haikal sebesar ini? "Sayang, Papa adalah ayah kandung kalian. Bukankah rasanya tidak mungkin kalau kalian tidak merindukan Papa?" Aku kembali bertanya dengan basa-basi. Padahal tubuhku sendiri ingin membawa mereka ke dalam pelukan. Kini aku tahu bagaimana rasanya tidak dianggap ada. Baru sebentar saja, aku merasa sudah mengalami hal ini sangat lama. Aku juga menjadi tahu bagaimana rasanya dibenci oleh
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 46 "Katakan padaku, apa papanya Dania telah berbohong padaku?" tanyaku pada Chris sambil mencengkram erat bajunya. "Saya tidak tahu, Pak. Saya tadi sudah mengatakan pendapat tentang alamat yang diberikannya ini, tapi Bapak menolak untuk tahu." Ia menjelaskan dengan jujur. Benar, ini adalah kesalahanku sendiri. Harusnya aku belajar dari pengalaman, dan tidak lagi tertipu oleh tipuan murahan. Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini. "Kembali ke kantor. Kita kerjakan pekerjaan yang sudah lama kita tinggalkan," titahku dan Chris langsung menjalankan mobilnya. Aku benar-benar tidak habis pikir, sikap Dino dan Dania ternyata sangat ke kanak-kanakan. Kalau dari awal mereka memang tidak berniat untuk bertemu denganku, kenapa mereka muncul di taman waktu itu? Terus kenapa papanya Dania pun ikut memberikan alamat yang salah padaku. Apa memang aku pantas diperlakukan seperti ini? Sungguh terlalu. Aku bekerja keras untuk kebahagiaan mereka, tapi inik
PoV Fahri Oke, aku mengaku kalah. Sudah 7 x 24 jam aku mencari mereka tanpa kenal lelah dan makan pun sudah tidak aku ingat, tapi sama sekali tidak ada jejak apapun. Mereka seperti menghilang ditelan bumi. "Kenapa, Pak?" Chris tiba-tiba mendekat ke arahku. Aku yang hanya ingat kalau dia adalah orangnya Dino pun langsung emosi dan menarik kerah bajunya. "Katakan di mana majikan kamu itu berada?" tanyaku sambil menatap manik matanya. Aku sudah tidak bisa lagi bersabar apalagi menahan amarah untuk tidak memberikan pelajaran kepada orang yang ada di depanku ini. "Maaf, Pak. Saya memang tidak tahu lagi mereka ada di mana. Tadi saya diberitahu oleh orang khusus mereka kalau Bu Dania dan keluarganya sedang ada di taman," jelasnya membuatku semakin marah. "Kalau begitu sekarang tanya orang khusus itu dia di mana. Jawab sekarang juga, jangan sampai membuatku marah!" "Baik, Pak. Tapi tolong lepaskan dulu cengkraman tangan bapak ini." Tanganku seketika terlepas dari kerahnya. "Cepat t
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 44 Berada di kamar terlalu lama membuatku penat. Apalagi suara anak-anak sudah tidak terdengar lagi. Baik Haikal, Kania, Raya, ataupun Rani. Rumah ini seperti kosong. "Mas, sarapan!" teriak Mbak Jum setelah mengetuk pintu. "Iya, Mbak. Sebentar lagi saya keluar." Aku langsung mandi dan bersiap untuk kembali ke kantor. Namun sebelum berangkat, aku harus sarapan dulu. Sekaligus untuk melihat bagaimana sikap Dania dalam melayani Dino di pagi hari seperti ini. Apa sama seperti apa yang kulakukan dulu, atau berbeda. Namun, pikiranku mengatakan kalau sikap Dania pasti berbeda. Sikapnya padaku tentu akan lebih spesial. Setelah siap aku langsung keluar dari kamar menuju tempat makan dengan sangat gembira. Namun ketika sampai di sana, aku hanya mendapatkan kekecewaan. "Kok, hanya ada Mama sama Papa, yang lainnya ke mana?" tanyaku heran sambil menatap makanan yang tertata rapi di meja hanya sedikit saja. Tidak ada makanan kesukaan Dania ataupun anak-ana
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 43 PoV Fahri Setelah sempat bangun dan menyaksikan kemesraan mereka berdua, aku ternyata kembali tidak sadarkan diri. Sekarang aku baru membuka mata dan sangat lapar, sementara di dalam kamar hanya ada aku sendiri. Memang kebangetan semua penghuni rumah ini, setidaknya tinggalkan makanan atau buah di dekat tempat tidurku agar aku tinggal makan pas bangun. Mana badan sakit semua lagi. Baru saja aku membuka pintu kamar, terdengar perbincangan dari kamar sebelah yang kutahu adalah kamar anak-anak. "Apa nama benda ini, Pa?" terdengar Haikal bertanya. "Ini adalah kelereng. Permainan anak-anak zaman dulu, biasa dimainkan oleh laki-laki ataupun perempuan. Cuman dulu papa gak bisa memainkannya, selalu kalah." Dino pun menjelaskan. Mendengar kedekatan mereka, hatiku kembali teriris, lalu tersiram perasaan air jeruk yang asam. Sangat menyakitkan. Dulu aku tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka, yang ada di pikiranku hanya ada Rani dan Raya.
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 42 PoV Fahri "Kamu pasti terkejut, kan? Padahal tidak perlu, karena kami sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari. Bahkan tahun." Mas Bagas berjalan mendekat ke arahku sambil meracau. "Asal kamu tahu, aku selalu iri melihatmu begitu diperhatikan oleh Dania. Dari pagi sampai malam, hanya kau yang dia perlakukan istimewa. Sementara aku, aku hanya bisa menjadi penonton dari kemesraan kalian," lanjutnya. Aku benar-benar tidak faham dengan apa yang dia katakan. Sepertinya dia sudah salah minum obat, jadi mengatakan hal yang tidak-tidak. "Cukup, hentikan sandiwara ini!" Aku berjalan ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya, tapi tidak bisa. Ternyata mereka kembali mengunci pintunya. Aku membalikkan badan dan menatap ke arah mereka satu persatu. "Jadi maksudnya kalian bersekongkol?" "Seperti yang kau lihat dan kita sama-sama menginginkan orang yang berbeda," jawab Mas Bagas mantap. Sebenarnya siapa yang mereka inginkan? "Aku menginginkan Diana
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 41 PoV Fahri Hari ini adalah hari pernikahan Diana dan Dino, aku sengaja datang setelah ijab qobul selesai. Tidak tahan rasanya jikalau mata ini melihat kemesraan mereka, sudah pasti hatiku akan hancur berantakan begitu saja. Diana, andai kau tahu isi hatiku yang hanya diisi dengan ketulusan, bisa kupastikan kalau kau akan langsung kembali padaku. Namun sayang, kau sudah tidak mau mendengarkan apa yang akan aku katakan. "Mau datang ke sana jam berapa, Pak?" tanya Wita di aplikasi hijau. "Nanti agak siangan. Emang kamu mau numpang sarapan di sana?" balasku kesal. "Enggak dong, Pak. Kan aku mau menyaksikan pengeranku melepaskan status jomblonya," balasnya lagi dengan disertai stiker patah hati. Ya ampun ini anak kenapa, lebay banget. Aku kok baru tahu punya team begini? Terlalu. "Sana kalau kamu mau berangkat sendiri, saya datang siangan." "Jangan ngambek dong, Pak. Meksipun saya ingin melihat Pak Dino melepaskan status jomblonya, tapi saya ju
Bukan Pilihan PoV Fahri Setelah mendapatkan kembali rumah yang dulu aku tempati dengan anak-anak dan Dania, aku merasa sangat lega. Sekarang aku tinggal membuat rencana agar Dania mau membatalkan pernikahan yang akan diadakan lusa. Sekarang aku sedang menunggu anak-anak pulang dari sekolah, jadi aku punya alasan untuk bertemu dengan Dania. "Papa jemput kita?" tanya seorang anak kecil yang suaranya sangat aku kenal. Aku langsung membalikkan badan untuk melihatnya. "Raya? Bukan. Papa ke sini untuk menjemput Haikal sama Kania," ucapku tegas. Masa bodoh dengan perasaan mereka, toh Haikal dan Kania saja bisa bertahan ketika aku lebih dekat dengan Raya dan adiknya. Berarti sekarang dia juga bisa menerima kenyataan ketika aku dekat dengan anak-anakku sendiri. Tapi, kenapa Rani juga ikut sekolah? "Oh, gitu, ya," ucapnya singkat. Tidak ada lagi yang keluar dari mulutnya itu. "Kenapa Rani ikut denganmu?" "Lah, masa papanya gak faham dengan apa yang terjadi kepada anak yang dulu dia bel
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 39 Pukulan Terbesar PoV Fahri Wajahku tiba-tiba menjadi panas ketika mendengar kata-kata yang keluar dari bibir mamanya Dania. Aku memang salah dan aku sudah berusaha untuk memperbaiki diri. Tidak ada salahnya dengan diriku yang sekarang, tapi perkataan mama benar-benar sudah menghancurkan hati dan perasaanku. Apalagi mama mengatakan kalau aku terlalu lemah untuk menjadi suami putrinya. Bukankah setiap manusia selalu ada kesempatan kedua? Kenapa aku tidak diberikan kesempatan kedua itu? Kenapa malah caci maki yang aku terima sekarang ini? Padahal kita sudah lama tidak bertemu dan saling sapa, tapi yang kudapat di pertemuan ini hanyalah kata-kata yang menyakitkan. "Maaf atas semua yang Mama katakan, ya, Mas. Aku tahu kamu sudah berubah menjadi lelaki yang lebih baik, aku yakin nanti juga Mama bisa menerimanya," ucapku tidak enak hati. "Apanya yang bisa berubah?" Mama kembali bicara dengan nada yang membuatku tidak nyaman. "Bukankah kamu sudah