"Yang Kak Irvan katakan itu benar. Aku akan bersulang untuk kalian. Semoga kalian bersenang-senang di Kota Taro. Kalau kalian membutuhkanku, katakan saja."Sebenarnya Roni juga tahu mengapa kedua orang itu muncul ada di sini. Besok mereka pasti menghadiri pernikahannya. Akan tetapi karena ini berada di Klub Burma, tentu saja tidak cocok untuk mengungkit topik ini.Aldo dan Irvan mengangkat gelas mereka, tetapi Fandy duduk di sana dengan acuh tak acuh yang membuat Roni sangat kesal."Entah siapa nama kawan ini?"Roni masih muda dan energik. Dia bisa saja minum dan pergi, tetapi malah bersikeras untuk melampiaskan amarahnya dan melihat orang seperti apa Fandy itu. Ternyata Fandy tidak memberinya muka."Namaku Fandy. Aku bukan orang penting, tapi akan kunasihati kamu. Karena kamu berencana menikah, kamu harus menghormati pasanganmu, bukan?"Hah? Masih menceramahiku dalam melakukan sesuatu?Roni kesal, terutama karena dia belum pernah mendengar orang seperti Fandy.Akan tetapi saat dia hen
"Kak Irana, aku bisa memastikan haid kamu baik-baik saja."Di Desa Persik, tepatnya di halaman depan sebuah tempat yang bernama Helty, Fandy Thio mengangkat tangannya dengan ekspresi tak berdaya.Di depannya ada enam wanita cantik dengan berbagai karakter, bisa dibilang mereka semua sedang antre dengan senyum."Aduh! Fandy, aku benaran merasa nggak enak badan, bagaimana kalau kamu ke kamar untuk membantuku memeriksa secara detail?"Fandy tersenyum pahit. Sejak tiga tahun lalu dia dibawa gurunya ke Desa Persik, dia perlu menghadapi gangguan para kakak seniornya. Sebenarnya dia memang sudah terbiasa, tapi Fandy mana bisa tahan kalau setiap hari diganggu oleh wanita-wanita yang begitu cantik ini."Irana jangan kelewatan.""Benar itu, sekarang giliran aku, minggir kamu! Bisa-bisanya mau masuk ke kamar untuk berbincang dengan Fandy?! Mimpi kamu!"Melihat Kak Gina duduk lagi, Fandy pun meminta ampun."Kakak semuanya, bisakah kalian seperti Kak Bella, Kak Indri dan Kak Eva yang serius latihan
Saat Fandy keluar lagi, keenam seniornya sudah pergi. Mungkin setelah Fandy pergi dari sini, mereka tidak akan tinggal di Desa Persik lagi.Kepikiran akan hal ini, Fandy pun marah. Tiga tahun lalu, guru membawanya kemari, lalu gurunya menghilang begitu saja, bisa dibilang sangat tidak bertanggung jawab.Tok, tok, tok!Terdengar suara pintu, Fandy pun menengadahkan kepalanya, lalu dia melihat ada beberapa orang asing berdiri di depan pintu. Meski pintu terbuka, mereka tidak masuk, bisa dibilang mereka sangat sopan santun.Setelah berjalan ke sana, dia melihat ada beberapa Mercedes Benz G yang diparkir di luar Helty, bisa dipastikan mereka adalah orang kaya."Maaf, apa Master Medis tinggal di sini?"Orang yang memimpin adalah seorang pria paruh baya berkacamata emas, dia terlihat sangat berpendidikan."Master Medis meninggalkan tempat ini sudah tiga tahun."Setelah mendapat jawaban ini, pria paruh baya itu terlihat kecewa. Master Medis adalah legenda di Negara Limas, tapi satu-satunya ha
Meskipun Fitri sangat mencintai kakeknya, bahkan rela menggunakan semua kemampuannya untuk menyembuhkan penyakit kakeknya, sekarang dia malah ingin kakeknya jangan bangun di saat ini, walau ini hal tak berbakti.Ini semua karena Fandy terlalu menyebalkan. Tidak hanya tidak bisa apa-apa, bahkan berani bersikap sombong di depannya, memang tidak berkaca siapa dirinya.Fandy tidak menjawab permintaan yang seperti sedekah itu, melainkan memeriksa denyut nadi kakeknya dan ekspresinya menjadi serius."Ternyata Racun Pir, tak heran bisa begini."Racun Pir? Fitri mengerutkan keningnya."Maksudmu kakekku terkena racun?""Benar! Saat ini, Racun Pir adalah racun terhebat di dunia ini, kalau baru saja kena, aku masih bisa menyembuhkannya. Tapi sudah berlalu setahun, bakal sulit untuk disembuhkan, ditambah aku butuh beberapa obat langka dalam waktu pengobatan! Untungnya keterampilan dokter yang sebelumnya kamu cari cukup baik. Meski nggak bisa menghilangkan racun itu, bisa membuat kakekmu bertahan l
"Tolong Dokter Felix menolong ayahku, aku rela mengorbankan semuanya!"Hugo menjadi cemas. Ayahnya sehat atau tidak, bagi keluarga ini adalah dua situasi yang berbeda. Apalagi sebagai putranya, wajib melakukan apa pun deminya."Ya sudahlah. Awalnya ayahmu nggak bisa bertahan sampai besok pagi. Karena aku sudah datang, kalian masih ada satu pilihan. Aku bisa memperpanjang waktunya sebulan, setuju atau nggak, kalian bahas dulu."Sebelum Hugo berbicara, pria tua yang di tempat tidur tiba-tiba berkata, tapi karena sesak, jadi perkataannya tidak terdengar jelas."Aku ... aku mau."Melihat situasi ini, Hugo tentu saja setuju karena hidup nyaman selama sebulan lebih baik daripada meninggal.Tak ada yang memperhatikan kalau Claire sudah keluar dari kamar, bahkan menunjukkan ekspresi ragu sambil memegang ponsel. Sebenarnya dia juga ingat dengan nomor yang dikatakan Fandy tadi siang. Bukan dia sengaja ingatin, melainkan dia memiliki ingatan yang baik."Kakek, aku rela melakukan apa pun demimu."
Keluarga yang terdiri dari tiga orang menatap Fandy. Wildan sangat bersemangat, tetapi istri dan putrinya memasang wajah meremehkan."Fandy, kamu sudah berkembang setelah pergi selama tiga tahun."Meskipun ucapan Wanda adalah pujian, bahkan orang bodoh pun bisa mendengar penghinaan dalam nada bicaranya."Rolls-Royce? Kak Fandy, kamu luar biasa. Lain kali pasti akan ada helikopter yang menjemputmu."Chaesa bahkan lebih keterlaluan, sama sekali tidak menyembunyikan penghinaan di wajahnya."Paman Wildan, lain kali aku akan datang menemuimu."Menyelamatkan orang itu penting, tetapi Fandy tidak terlalu peduli tentang itu. Bagaimanapun, orang lain memiliki Kartu Kehidupan dan perintah guru sulit untuk didapatkan.Wildan memimpin untuk mengantarnya pergi, jadi Wanda dan Chaesa harus mengikuti. Meskipun ekspresi mereka berubah setelah melihat Rolls-Royce Phantom di pintu masuk halaman, sebenarnya memang seperti itu."Maaf, kamu Tuan Fandy?"Di samping mobil ada seorang pria berjas dan sepatu k
Meskipun Claire dan Hugo tidak mengerti, saat ini Felix sangat ketakutan hingga duduk di atas lantai. Semua kesombongannya tadi telah hilang, jadi dia tentu saja mengerti kalau Fandy memiliki bakat yang nyata."Cabut tiga jarum dalam satu jam dan besok kakekmu akan pulih setelah bangun."Setelah mengatakan ini, Fandy berbalik dan pergi. Dia datang kemari hanya untuk memenuhi Kartu Kehidupan yang ditinggalkan oleh gurunya, tidak ada yang lain."Tiga Jarum Mistis. Ya ampun, aku benar-benar menyaksikan Tiga Jarum Mistis dengan mata kepala sendiri."Hugo yang telah sadar buru-buru mendorong putrinya."Cepat kejar!"Kemudian, dia sendiri membantu Felix berdiri."Apa itu Tiga Jarum Mistis?"Felix tanpa sadar bertanya."Tiga Jarum Mistis adalah salah satu teknik akupunktur ajaib dalam pengobatan tradisional. Kebanyakan penyakit bisa disembuhkan dengan teknik ini. Meski sudah tersebar hingga saat ini, cuma segelintir orang yang benar-benar bisa menggunakannya. Aku telah mempraktikkannya selama
Fandy berbalik dan melihat itu memang Chaesa, benar-benar sial.Awalnya dia tidak ingin memedulikannya. Akan tetapi setelah teringat sesuatu, dia pun akhirnya berkata."Chaesa, tolong jangan khawatirkan tentang apa yang ayahmu katakan. Nggak mungkin kita bisa bersama. Aku akan mencari kesempatan untuk memberi tahu ayahmu paling lama dalam sebulan."Chaesa tersenyum."Haha, kamu agak sadar diri, itu juga menyelamatkanku dari masalah. Sebaiknya kamu menepati janjimu atau kamu akan menyesal kalau benar-benar membiarkanku menggunakan caraku."Lucy yang ada di sebelahnya juga ikut menimpali."Kamu baru saja kembali, jadi mungkin nggak tahu betapa terkenalnya Chaesa-ku. Ada terlalu banyak orang yang mengejarnya. Kalau memilih satu secara acak, kamu nggak akan bisa menandinginya. Belum lagi ada banyak anak muda tuan dari keluarga kaya."Segera, dia melirik ke arah Rolls-Royce Phantom yang lampu belakangnya hampir menghilang."Orang menyewa mobil cuma untuk pamer, sifatnya nggak mungkin beruba
"Yang Kak Irvan katakan itu benar. Aku akan bersulang untuk kalian. Semoga kalian bersenang-senang di Kota Taro. Kalau kalian membutuhkanku, katakan saja."Sebenarnya Roni juga tahu mengapa kedua orang itu muncul ada di sini. Besok mereka pasti menghadiri pernikahannya. Akan tetapi karena ini berada di Klub Burma, tentu saja tidak cocok untuk mengungkit topik ini.Aldo dan Irvan mengangkat gelas mereka, tetapi Fandy duduk di sana dengan acuh tak acuh yang membuat Roni sangat kesal."Entah siapa nama kawan ini?"Roni masih muda dan energik. Dia bisa saja minum dan pergi, tetapi malah bersikeras untuk melampiaskan amarahnya dan melihat orang seperti apa Fandy itu. Ternyata Fandy tidak memberinya muka."Namaku Fandy. Aku bukan orang penting, tapi akan kunasihati kamu. Karena kamu berencana menikah, kamu harus menghormati pasanganmu, bukan?"Hah? Masih menceramahiku dalam melakukan sesuatu?Roni kesal, terutama karena dia belum pernah mendengar orang seperti Fandy.Akan tetapi saat dia hen
Eh? Sherry yang awalnya berencana menyuruh ketiga gadis itu duduk hanya berdiri di sana dengan linglung. Mengapa kalimat ini terdengar seperti eksekusi akhir?Aldo dan Irvan juga memasang wajah jenaka. Tidak masalah merebut orang lain, tetapi itu adalah seseorang dari Keluarga Hubert. Mereka tentu saja tahu apa yang ingin Fandy lakukan di Kota Taro kali ini."Kak, ka ... kamu masih menginginkan Caca?"Fandy yang sedang mengunyah semangka menyilangkan kakinya."Benar, aku cuma mau Caca dan itu nggak mempersulitmu. Katakan pada Tuan Muda Roni itu kalau dia masih punya akal sehat, suruh Caca kemari."Sherry masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi suara dingin Irvan terdengar."Kamu tuli atau kaki nggak bisa digerakkan?""Aku akan pergi sekarang juga!"Lucu, setiap tamu di sini yang bisa dia provokasi dan mereka yang datang pasti orang penting. Manajer sudah lama mengaturnya dengan jelas. Kalau tamu lain marah, bos besar punya cara untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, ada beberapa yang past
Catherine, benarkah kamu yang mengingatkanku? Itu sama sekali tidak perlu. Aku belum melupakan janji yang kubuat kepadamu di pesta ulang tahun Pak Burhan hari itu.Meskipun Fandy tidak berani mengungkapkan Catherine adalah kekasihnya, perasaan Catherine terhadapnya sekilas bisa terlihat. Jadi sekarang Fandy tidak bisa memberi wanita ini kehidupan seumur hidup, setidaknya dia bisa membiarkan Catherine memutuskan kebahagiaannya sendiri dan bukan mematuhi kata-kata Ratu.Sesampainya di Kota Taro, matahari baru saja terbenam dan Irvan membawa Fandy ke sebuah klub malam."Kak Fandy, biar kuberitahu kamu. Kota Yujino adalah pusat politik dan beberapa hal harus dihindari, tapi Kota Taro nggak perlu. Itulah sebabnya malam ini aku akan membiarkanmu menikmati apa yang disebut bermain yang sesungguhnya."Sebenarnya Fandy tidak memiliki niat itu, tetapi dia memang sedang senggang, jadi dia hanya ikut untuk menghabiskan waktu."Klub Burma adalah klub malam termewah di Kota Taro. Ia menduduki pering
Setelah membaringkan Levron, Fandy pergi ke ruang tamu dan ragu sejenak sebelum menelepon Kak Eva.Pengalaman melihat pria kekar itu bisa memerintah penduduk Desa Debris sudah sulit untuk Fandy atasi setelah kehilangan keterampilan bela dirinya. Akan tetapi, keselamatan Levron masih harus dijamin, jadi tidak ada cara lain.Tidak lama, panggilan tersambung."Dik, ada apa?"Fandy merasa agak bersalah karena gagal memenuhi kewajibannya. Bagaimanapun, dia sudah berjanji."Kak, ini tanggung jawabku. Inilah yang terjadi. Ini tentang Levron."Setelah mendengarkan, Kak Eva berkata."Namanya Aurora, 'kan? Aku belum pernah mendengar orang itu. Aku akan mencari tahu, kamu nggak perlu khawatir tentang masalah ini. Aku berjanji Aurora tidak akan mencari masalah dengan Levron lagi."Lalu dia menambahkan."Jangan salahkan dirimu sendiri. Saat ini situasimu agak istimewa. Kakak mengerti."Benar! Sangat istimewa.Waktu berlalu dan Fandy menghabiskan hampir dua minggu dengan damai. Setiap hari dia pergi
Ini menunjukkan betapa luar biasanya Keluarga Ritos dari Delapan Keluarga Bela Diri Kuno itu.Setelah mobil dinyalakan, Fandy terdiam sejenak sebelum berkata."Apakah tadi Kepala Desa itu membicarakanku?"Entah mengapa Welly terlihat gelisah dan Levron pingsan, jadi hanya Aditya yang mengangguk."Benar, dia membicarakanmu!"Saat ini keterkejutan Aditya belum mereda. Ternyata kepala Desa Debris yang merupakan keturunan Keluarga Ritos dan seorang Kaisar Bela diri berutang nyawa pada Fandy? Status apa yang dimiliki pria ini?Setelah menerima jawabannya, Fandy tetap diam di tempat sambil mengingat wajah yang ada di pikirannya dengan cermat.Di bawah cahaya api unggun, kulitnya agak kecokelatan dan tidak terlalu tinggi. Dia juga memiliki jenggot tipis."Itu dia!"Tiba-tiba saja Fandy ingat. Itu terjadi beberapa tahun yang lalu, tidak lama setelah dia mulai belajar pengobatan dari gurunya. Saat itu dia harus pergi ke kota untuk menyelamatkan orang. Dalam perjalanan, Fandy pergi untuk mengump
Ekspresi Welly berubah dan sepasang matanya membelalak."D ... dia masih hidup?"Senyuman pria kekar itu semakin lebar."Bajingan, tahukah kamu apa yang kamu katakan? Mana mungkin bosku bisa mati? Kamulah yang telah mengecewakannya! Orang yang mengecewakannya harus menerima akibatnya!"Sambil menunjuk ke arah Fandy dengan tangan kanannya, pria kekar itu melanjutkan."Awalnya bos berencana untuk membius dia dan Levron, membiarkan mereka melakukan beberapa hal yang nggak senonoh di kasur dan direkam untuk kamu tonton, supaya kamu akan frustrasi dulu sebelum mulai menyerangmu. Sayangnya, sepertinya bocah itu adalah seorang dokter pengobatan tradisional dan ketahuan. Makanya aku langsung melakukannya saja."Welly terlihat sangat sedih."Nggak, saat itu aku terus menunggu, tapi dia nggak pernah muncul. Aku nggak bisa menunggu selamanya. Ini bukan salahku!"Mengetahui sekarang bukan waktunya untuk menanyakan hal-hal ini, Fandy segera berkata dengan suara rendah."Ayo pergi!"Sekarang orang s
Setelah keluar dari bar, para anggota Aula Anora dari Balai Tim Drag sudah menunggu. Sinta baru saja kembali ke markas Balai Tim Drag beberapa jam yang lalu untuk menangani beberapa urusan penting. Semua anggota Aula Anora ini adalah mereka yang menjaga Restoran Rusi dan tentu saja saat ini mereka diutus kemari.Saat mobil terus melaju, Aditya yang sedang mengemudi tiba-tiba berbicara."Aku ingat. Pantas saja Desa Debris terdengar nggak begitu asing."Eh? Fandy bertanya."Apa maksudmu?"Alamat yang ditinggalkan oleh orang kekar itu adalah Desa Debris dan nama desa tersebut memberikan orang kesan yang sangat aneh."Desa Debris adalah desa anak perusahaan Keluarga Ritos, kita benar-benar harus waspada."Tanpa perlu menatap Aditya, orang lain bisa mendengar rasa takut terhadap Keluarga Ritos ini dari suaranya."Keluarga Ritos itu menakutkan?"Aditya melirik ke arah Fandy dan merasa sangat aneh. Apakah orang ini benar-benar sosok yang bisa membuat seluruh Balai Tim Drag turun tangan? Ini p
Fandy berdiri di sana dan menyaksikan pria itu membawa pergi Levron yang tidak berdaya.Bukannya Fandy tidak mau menyerang, hanya saja dia tidak mampu karena merasa tertekan oleh aura pria kekar itu.Sekitar satu menit kemudian, raut wajahnya baru berubah."Sial!"Saat bertemu Nenek Hera, Fandy tidak merasa sedih sampai sejauh ini. Akan tetapi kali ini saat menghadapi pria kekar itu, ini memang perasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.Apalagi kali ini melibatkan Levron. Kalau sesuatu benar-benar terjadi, Fandy tidak akan punya muka untuk bertemu dengan Kak Eva lagi.Setengah jam kemudian, bar telah dibersihkan dan bahkan para pelayan pun sudah pergi. Hanya ada Fandy yang sedang duduk seorang diri.Saat ini Janson bergegas masuk dengan seorang pemuda yang sangat tampan."Tuan Fandy."Setelah mengatakan itu, Janson menendang pemuda di sebelahnya ke lantai dengan bibir bergetar karena marah."Bajingan! Jelaskan pada Tuan Fandy bagaimana kamu menindas Levron!?"Pemuda itu adalah putr
Alex tertawa."Haha, boleh juga cari tahunya. Bahkan tahu adikku akan menikah! Tapi Fandy, kamu terlalu takabur. Apa kamu pikir aku cuma tong kosong nyaring bunyinya? Aku sudah mengancammu beberapa kali tanpa melakukan apa pun."Sambil melangkah ke depan, sorot mata Alex penuh dengan penghinaan."Itu karena Fitri bilang kalau sesuatu terjadi padamu terlepas ada bukti atau nggak, akulah yang melakukannya. Dia nggak akan pernah memberiku kesempatan untuk mengejarnya lagi. Kalau nggak, apa kamu pikir bisa aman sampai sekarang?"Fandy menyipitkan matanya. Sebenarnya dia selalu penasaran dengan masalah ini. Dengan Keluarga Hubert dari Kota Taro sebagai pendukung Alex, mana mungkin dia hanya berbicara tanpa melakukan apa pun? Ternyata Fitri yang telah membuka suara."Oke! Karena kamu berani membual, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Kalau kamu benar-benar bisa membuatku berlutut di depanmu dan meminta maaf di hari pernikahan adik, semuanya tentu saja akan berakhir! Tapi kalau ngga