Part 27TokTokTok"Assalamu'alaikum.. "Seperti suara Mas Farid, oh dia sudah pulang ternyata. Aku bergegas membuka pintu, "waalaikumsalam" Jawabku setelah membuka pintu, tak ada senyum diwajahku, aku masih dengan ekspresi datar. Ia langsung masuk, lalu menuju kamar, seperti biasa Ia pasti rindu pada putra semata wayangnya. Pukul 18.00 Mas Farid sudah selesai mandi, dan berganti pakaian. Kini ia sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan gawainya. "Mas... " ucapku seraya duduk didekatnya. "Hmmm" Ia bahkan tak menoleh padaku. "Apa kamu tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku? " "Maksud kamu ? " tanyanya sambil memegang Gawai layar sentuh. "Soal hutangmu pada Bang Arman" ucapku tanpa basa basi, aku sudah tak sabar ingin bertanya tentang ini sejak tadi. Glek. Ia mematung, seketika berhenti memainkan gawai ditangannya. Matanya membulat seolah mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan mematikanku barusan, ya dia bahkan tak pernah bilang padaku tentang hutang itu, oh iy
Part 28Sore ini, Aku, Mas Farid, dan juga si kecil Azka pergi jalan jalan ke pantai. Hari ini Kami ingin menghabiskan waktu bermain dengan si kecil. Hal yang sudah lama tak kami lakukan, terakhir kali mungkin dua tahun yang lalu. Dengan motor matic warna hitam, kami bertiga berboncengan mengunjungi pantai. Tempat wisata satu satunya yang paling dekat dan murah ditempat kami. Azka terlihat sangat senang, ia tak henti tersenyum dan sesekali tertawa lepas. "Ayah... ""Iya.. ""Itu apa? ""Itu perahu sayang""Aska au aik pelahu (Azka mau naik perahu) ""Gak boleh sayang, perahu itu lagi nyari ikan, kita gak boleh naik ya sayang, nanti kalau perahunya udah pulang ke darat baru boleh kita naik""Audah (yasudah ) "Mereka berdua terlihat asik ngobrol, sedangkan aku masih melamun entah kemana. Aku masih teringat bagaimana dibentak oleh abang ipar, rasanya lebih sakit dari pada dibentak oleh suami. Aku sakit hati atas kata kasar Abang dari suamiku itu, aku benar benar tidak menyangka tidak
Part 29Pukul 22.00 malam, aku terbangun karena ingin buang Air kecil. Saat aku dikamar mandi, tiba tiba terdengar suara orang mengetuk pintu rumah kami. TokTokTokEntah siapa malam malam begini mengetuk pintu? Aku yang sedang kebelet langsung masuk ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatku. "FARID, KELUAR KAMU? "Aku terkejut bukan main, suara teriakan laki laki didepan rumahku. Kenapa gak sopan sekali teriak teriak didepan rumah orang malam malam begini? Kudengar suara pintu dibuka oleh suamiku. "Ada apa bang? Malam malam teriak teriak manggil aku? " Sahuy Mas Farid dengan nada serak khas orang baru bangun tidur. "MANA JANJI KAMU? BAYAR HUTANGMU 4 JUTA? "Rupanya abang suamiku yang teriak teriak, benar benar tidak punya sopan santun dan tata krama. Malam malam begini datang datang teriak teriak gak jelas hanya untuk menagih hutang. Mas Farid itu adik kandungnya, apa tidak bisa si Arman itu bicara baik baik dengan adiknya? Sebegitu banyak kah hutang Mas Farid hingga malam mal
Part 29"Mir... Tolonglah Mir.. Aku mohon... " Ucap Mas Farid sambil berlutut. Dimana harga dirinya, ia bahkan berlutut didepanku agar aku memberikan cincin kawinku untuk kedua kalinya. "Mas.. Kamu gak usah berlutut seperti itu" "Tolonglah Mir.. " Nada suara Mas Farid mulai sendu. Aku melihatnya berlutut didepanku membuatku tidak tega, aku merasa kasihan padanya. Tapi, satu sisi aku pun kesal padanya. "Aku mohon... " wajahnya mulai berkaca kaca, entah itu sandiwara atau sungguhan. "Baiklah lah Mas, ambillah cincin ini, tapi... Ada harga yang harus kamu bayar" Aku berkata tanpa melihat wajahnya. Aku kasihan sekali padanya, apalagi perlakuan tidak sopan Abangnya yang membuat kami malu. Tapi, jauh didalam relung hatiku, Mas Farid sudah merobohkan dinding kepercayaanku padanya untuk kesekian kali. Ia melepaskan cincin emas yang baru dua bulan kupakai, persis waktu yang sama seperti saat Mas Farid memberikan aku cincin sebagai Mas kawin, namun dua bulan kemudian, dia meminta kembal
Part 31TokTokTokAku mengetuk pintu rumah ibu, nampak sunyi entah kemana ibuku pergi. Aku memang sengaja tidak mengabari ibu kalau aku akan kemari. "Mirna... " Suara ibu dari depan rumah. Aku segera berbalik, ku lihat ibu sedang menenteng plastik berisi belanjaan. "Kamu sudah lama? Loh, kok ada tas besar? Kamu bertengkar lagi? "Aku hanya mengangguk saja, ibu langsung membuka pintu. "Tidur kan Azka dulu dikamar" Perintah ibu kemudian beliau beranjak kedapur. Setelah kutidurkan Azka dikamar, aku beranjak menuju dapur. Ibu sedang menyiapkan sayur dan ikan untuk dimasak. "Biar Mirna banti Bu""Azka sudah tidur? ""Sudah""Ada apa lagi kamu dengan Farid Mir? " Tanya Ibu dengan nada pelan dan lembut, ibu tahu betul sifatku. Jika aku ditanya dengan nada tinggi, maka aku tak akan bercerita. " Cincin kawin Mirna diambil lagi buk""Apa? Diambil sama Farid? ""Iya buk""Kenapa? ""Mas Farid bohongin Mirna lagi buk, waktu itu ibuk dengar sendiri kan Mas Farid bilang kalau dia membant
Part 32Pagi ini, aku sedang duduk bersantai sambil nonton TV bersama Azka. Ibu sudah pergi ke pasar, hanya aku dan Azka dirumah. Saat sedang asik menonton TV, tiba tiba ada suara ketukan pintu. TokTokTok'Siapa pagi pagi begini bertamu? ' batinku. Aku segera bangkit menjui pintu, begitu kubuka, aku begitu terkejut. "Mas Farid? "Ternyata Mas Farid datang bersama ibunya, perasaanku mulai tidak enak. "Assalamu'alaikum" Ucap mereka berdua. "Waalaikum Salam" Jawabku seraya menyuruh mereka berdua masuk. Mereka duduk di kursi tamu, aku segera kedapur untuk membuat teh. Beberapa saat kemudian aku kembali keruang tamu dengan membawa Nampan berisi dua gelas teh. "Ibu kamu dimana Mir? " Nada suara mamak mertua mulai terdengar tidak bersahabat. "Sedang kepasar" Jawabku singkat. "Diminum dulu tehnya"Setelah meletakkan teh diatas meja, aku mengambil Azka yang masih menonton TV. "Sini sama Ayah nak" Azka pun berjalan kearah ayahnya duduk. "Baiklah, saya ingin menanyakan sesuatu pa
Part 33"Mirna.. Tolong kamu berpikir lagi sebelum mengambil keputusan besar ini" Tatapan mata Mas Farid tajam kearahku. "Aku sudah memikirkan ini ribuan kali Mas, lima tahun aku bersabar nyatanya aku semakin tersiksa"Azka semakin tidak nyaman aku segera masuk kekamar. "Aku mau menidurkan Azka"Ucapmu seraya berjalan kekamar. "Mirna... " Mas Farid berusaha menghentikan ku. "Pulanglah Mas, aku sedang ingin istirahat"Raut mukanya tiba tiba berubah, "kau mwngusirku Mirna? "Aku tak menjawab, segera masuk kamar dan menutup pintu. Aku tak tau apa lagi yang Mas Farid lakukan diruang tamu. Sambil menidurkan Azka, aku juga ikut tertidur. Entah berapa lama aku tidur, tiba tiba ibu masuk kekamar yang sedang aku tempati. "Mirna.. " panggil Ibu dari ambang pintu. Aku bangkit, lalu duduk di sisi ranjang. "Iya Bu.. ""Tadi Farid kesini? " Tanya ibu penasaran. "Iya bu, ibunya juga kesini""Benarkah, lalu apa yang terjadi Nak, apa kalian bertengkar, apa mereka menyakiti kamu? ""Ibunya Ma
Seminggu sudah aku di rumah ibu, aku mulai merasa kesusahan materi. saat Susu Formula untuk Azka dan juga popoknya habis, terpaksa aku meminjam uang pada ibuku. Aku tidak ingin meminta uang pada Mas Farid, meskipun ia masih berstatus suami dan juga Ayah dari Azka. Jika dia memang bertanggung jawab pada anaknya, tanpa aku minta pun dia akan memberikan kewajiban nafkah untuk anaknya. Biarlah, aku tak ingin mengemis lagi padanya. "Buk..." Panggil ku pada ibu yang sedang menggendong Azka. "Iya ada apa Mir? Apa susu Akan sudah habis? " Tanya Ibuku seperti biasa, aku selalu meminta uang pada ibu saat kehabisan susu Azka. Sebenarnya aku malu untuk meminta uang pada ibu, tapi mau bagaimana lagi, aku terpaksa memintanya agar anakku tidak kelaparan. "Bu, Mirna mau kerja Bu""Oiya, kerja apa Mir? ""Ada kawan Mirna yang punya Toko baju dikota, kebetulan dia lagi butuh karyawan. Mirna sudah minta jadi karyawan dia, dan alhamdulillah diterima Bu""Tapi, bagaimana dengan Azka Mir, bukannya I
Part 41Dua Minggu telah berlalu, hari ini sidang kedua gugatan cerai aku dan Mas Farid akan dimulai. Aku susah bersiap siap untuk mendatangi kantor pengadilan Agama. Kali ini Ibu tidak bisa menemaniku karena ada kesibukan. Sendiri aku menghadiri sidang kedua ini, masih seperti sidang yang pertama, Mas Farid tidak hadir untuk kedua kalinya, dia benar benar menepati kata katanya. Pukul 10.00 sidang kedua ditutup, dua minggu lagi aku harus menghadirkan saksi untuk persidangan ini. Saksi yang melihat saat ijab kabul aku dengan mas Farid dulu. Siapa yang harus aku panggilan untuk menjadi saksi? Oiya, aku baru ingat, aku bisa memanggil Tanteku untuk menjadi saksi, beliaua menemaniku saat pernikahanku dulu di KUA. Hati yang ditentukan telah tiba, aku bersama tante Ratna mendatangi kantor pengadilan Agama. Sidang telah dimulai, Mas Farid masih sama, dia tidak datang untuk sidang yang ketiga ini. Tante Ratna menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Hakim dengan tenang dan santai. Be
Entah berapa lama aku tertidur, tiba tiba aku mendengar suara tangisan Azka. "Ma... Ma... " Rengekan Azka terdengar dikamar Ibu. Aku segera bangun untuk melihatnya. Ternyata Azka menangis dikamar ibu, sedangkan ibu sedang shalat. "Sayang... Sini sama mama yuk" Swgwrqa Ku gendong Azka keluar dari kamar Ibu. "Azka kenapa nangis nak? ""Mama... laper... " Ternyata anakku lapar, makanya ia menangis. Karena lelap tertidur aku sampai lupa memberi makan malam untuk Azka. "Yaudah kita makan dulu yuk" Anakku pada Azka yang berada dalam gendonganku. Aku segera mengambil nasi didapur. Aku melihat jam didinding, rupanya sudaah pukul 20.00 malam, wah sudah malam rupanya. Untung aku sedang datang bulan, kalau tidak aku sudah ketinggalan shalat magrib dan isya. "Azka makan sendiri atau mama suapin Nak? ""Malam sendiri"Anakku sudah mandiri ternyata, dia sudah mulai melakukan berbagai hal sendiri. Aku senang anakku tidak kekurangan apapun, meski dia jauh dari ayahnya. "Azka, tadi siang Ay
" Silakan Masuk" Ujar kepala Desa setelah tamunya keluar. "Asalamualaikum" Ucapku memberi salam ketika memasuki ruangan 3x3 meter itu. "Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu? " Tanya laki laki berkumis tebal itu. "Ini Pak... saya mau minta tanda surat keterangan untuk mengurus berkas kepengadilan Agama""Ada masalah apa ya Mbak Mirna, begini saya harus tahu dulu permasalahan yang dihadapi warga baru saya bisa menanda Tangani berkasnya""Baiklah, saya mau menggugat cerai Pak. ""Apa? Benarkah? Mbak Mirna mau menggugat cerai Si Farid? "Wajah Pak kepala Desa berubah kaget, aku maklumi itu. Rumah tanggaku yang tak pernah terlihat bermasalah dimata warga kampung ini tiba tiba aku menggugat cerai. "Ada masalah dalam rumah tangga saya Pak, sudah lima tahun saya bersabar, tapi kali ini saya sudah tak sanggup lagi untuk mempertahankan rumah tangga ini, dari pada saya menderita lahir dan batin, lebih baik kami berpisah"Pak Kepala Desa masih belum puas dengan jawaban dariku, beliau sep
"Kau semakin hari semakin berani melawan ku Mirna, kau sudah sangat berubah, tidak seperi dulu" Tatapamnya tajam seperti hendak menerkamku. Tapi aku tidak lagi takut padanya. Aku sudah terlalu lama patuh dan menurut pada laki laki ini. Namun tidak untuk kali ini. "Aku begini juga karena ulahmu, aku sudah terlalu telah kau sakiti, aku lelah hidup dalam kekanganmu, dan kini aku tak mau lagi tunduk padamu. Aku ingin terlepas darimu" Akupun membalas kata katanya dengan sangat tajam. Raut mukanya berubah pias, mungkin saja ia tersinggung dengan ucapanmu. "Kau semakin lancang Mirna, aku tak menyangka kau yang dulu pendiam jadi seperti singa. Apa karena kau sudah bekerja, jadi kau tak patuh lagi pada suamimu? ""Kita sebentar lagi akan jadi mantan, jadi tak usah kau sebut dirimu suami ku. Bukankah saat aku keluar dari rumahmu aku bahkan tak punya uang sepeserpun? Apakah aku harus duduk diam saja dirumah sampai anakku mati kelaparan? "Mas Farid terdiam, wajahnya yang awalnya garang kini m
"Kamu gak usah bohongi aku lagi Mas, aku gak akan tertipu oleh kebohonganmu lagi. Aku sudah kenyang selama ini kamu bohongi, oiya aku rasa cincin itu tak usah kau kembalikan lagi, anggap saja itu sedekahku untukmu" "Apa maksud kamu berkata begitu? " Tanya Mas Farid pura pura bodoh. Aku yakin, pasti dia belum punya uang untuk membeli cincin itu, dia hanya ingin membujuk ku saja, begitu saja jurusmu dari dulu, gak pernah berubah. "Apa aku harus mengulangi kata kataku kembali, aku tidak membutuhkan cincin itu lagi. Aku menyedekahkan cincin itu untukmu, jika kamu ingin kawin lagi dengan perempuan itu, pakai saja cincin itu, sebagai Mas Kawin. Aku sudah ikhlas melepaskan mu mulai saat ini""Apa yang kamu bicarakan Mirna, perempuan yang mana? Siapa yang mau kawin lagi? ""Sudah lah Mas, tak usah mengelak. Aku sudah tahu jika kamu sudah punya wanita lain. Jadi, jika kamu ingin menikah lagi, silakan. Aku tak akan mengganggu pernikahan keduamu itu. Pakai saja cincin itu untuk Mas kawin, aku
Part 37 Tak terasa sebulan kini telah berlalu, akhirnya tiba masanya aku mendapatkan gajian pertama dari tempatku bekerja. Aku sudah menantikan hati ini selama sebulan, dan ketika Bos ku yang tak lain adalah temanku sendiri datang ke Toko pagi ini, aku langsung menyapa dan menghampiri nya. "pagi Da.. ""Pagi Mir, gimana kabarmu Hari ini? ""Alhamdulillah Baik Da, ""oiya Mirna.. Ini buat kamu, Maaf ya aku harus pulang terus, soalnya aku harus kerumah ibuku, ibuku minta ditemani kerumah sakit untuk cek up" Ida menyerahkan sebuah amplop putih kepadaku. "Iya Da Gak apa apa, Semoga ibu kamu lekas sembuh ya Da, dan makasih ya kamu ingat tanggal gajian aku""Pasti dong Mir, aku pasti ingat kok. aku pergi sekarang ya Mir, bye""iya Da, hati hati. Bye"Hatiku berdebar debar mendapatkan amplop ini, aku tidak tahu berapa isinya, dan aku juga tidak pernah bertanya pada Ida berapa gajiku sebulan bekerja ditoko miliknya. Setelah memberikan amplop padaku, Ida pamit pulang. Mumpung Toko masih s
Part 36"Assalamu'alaikum"Ucapku ketika sampai di rumah. "Waalaikumsalam, eh cucu nenek udah pulang? Ada nangis tadi nak disana? " Tanya ibu sambil menurunkan Azka dari motorku. "Nenek... Azka punya mobil balu(baru) " Ucap Azka sambil memperlihatkan mobil mobilan yang baru tadi kubeli. Ida mengajakku ke mall, untuk menghilangkan beban pikiran dan melupakan masalah kami masing masing. Ida orang yang royal, ia bahkan mengajakku ke salon, ke resto, bahkan dia juga membelikan mainan untuk anakku. Disamping kehidupan ekonominya yang serba cukup, Ida juga menyimpan duka yang teramat dalam. Ia sering disindir oleh mertua dan iparnya karena Ida belum bisa memiliki anak. Bahkan mertuanya menyarankan agar Suami Ida untuk poligami, hati Ida benar benar hancur. Tapi, beruntungnya suami Ida tidak mau menikah lagi. Mereka memutuskan mengadopsi anak, bahkan mereka punya rencana untuk melakukan proses bayi tabung. "Wah, keren sekali mobil nya, siapa yang beli nak? ""Mama" Jawab Azka polos.
"Mirna... Kamu Udah pulang Nak? " Tanya ibu saat memasuki kamarku. "Iya Bu, capek sekali Mirna, tenyata bekerja saat kita punya anak balita itu susah ya bu, gak bisa jauh dari anak""Niatkan bekerja karena ibadah nak, maka lelah dan capeknya akan dapat pahala""Iya Bu, semoga saja Mirna betah kerja disitu""Emangnya kenapa Nak, ada masalah? ""Ya begitulah Bu, kerja sebagai karyawan ditoko baju, harus banyak sabar, Pelanggan nya pada nyebelin, baju udah dites, di acak acak ujung ujungnya gak jadi beli, kan kesel kita Bu""Setiap pekerjaan pasti punya masalah dan resiko Mirna, kalau kita sanggup menghadapi masalah dan resiko yang ada maka kita akn sukses""Amin, semoga saja Mirna sanggup melewati resiko kerja disitu ya Bu""Kamu pasti Bisa, ibu yakin"Aku larut bercerita dengan ibu tentang pekerjaan baruku, ibu selalu memberi dukungan dan menyuntikkan semangat padaku. Rasa lelah dan capekpun hilang, aku kembali bersemangat bekerja, apalagi aku punya tanggung jawab kepada Azka. Aku ta
Seminggu sudah aku di rumah ibu, aku mulai merasa kesusahan materi. saat Susu Formula untuk Azka dan juga popoknya habis, terpaksa aku meminjam uang pada ibuku. Aku tidak ingin meminta uang pada Mas Farid, meskipun ia masih berstatus suami dan juga Ayah dari Azka. Jika dia memang bertanggung jawab pada anaknya, tanpa aku minta pun dia akan memberikan kewajiban nafkah untuk anaknya. Biarlah, aku tak ingin mengemis lagi padanya. "Buk..." Panggil ku pada ibu yang sedang menggendong Azka. "Iya ada apa Mir? Apa susu Akan sudah habis? " Tanya Ibuku seperti biasa, aku selalu meminta uang pada ibu saat kehabisan susu Azka. Sebenarnya aku malu untuk meminta uang pada ibu, tapi mau bagaimana lagi, aku terpaksa memintanya agar anakku tidak kelaparan. "Bu, Mirna mau kerja Bu""Oiya, kerja apa Mir? ""Ada kawan Mirna yang punya Toko baju dikota, kebetulan dia lagi butuh karyawan. Mirna sudah minta jadi karyawan dia, dan alhamdulillah diterima Bu""Tapi, bagaimana dengan Azka Mir, bukannya I