Bab 6
Mentari kembali bersinar, hari baru telah dimulai.
Aku kembali pada tugasku dirumah, mencuci, menyapu, memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, tak ada hari libur untuk pekerjaan ini.Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, semua pekerjaan sudah beres, si kecil pun sudah tidur. Waktu nya untukku beristirahat dan me time.
Ku buka aplikasi berwarna biru, berselancar di dunia maya untuk sekedar menghilangkan penat dan mencari hiburan.
Di tengah asik nya aku berselancar di aplikasi biru, tiba tiba masuk sebuah pesan atau inbox.
Ting...
Bunyi pesan melalui aplikasi sejuta umat itu.
[Assalamu'alaikum] bunyi pesan tersebut.
Aku penasaran, siapa orang yang tiba tiba mengirim pesan, kalau dari foto profilnya menandakan seorang laki laki.
Akunnya bermana "Sang kelana"
Penasaran, ku buka profil nya, dan mencari tahu siapakah dia?
Setelah melihat lihat foto dan profil nya akhirnya aku tahu siapa laki laki itu.
"Chalil"
Ya, dia adalah chalil. Mantan kekasihku sembilan tahun yang lalu.
Dia sengaja tidak memakai nama aslinya, aku tak tahu apa alasannya. Tapi dari fotonya aku masih sangat kenal, dia adalah laki laki dimasa laluku.
Dia juga mengirim permintaan pertemanan.
Ada rasa senang juga kaget, kenapa chalil menghubungiku lewat aplikasi biru?
Ingin sekali aku menjalin komunikasi lagi dengannya, apalagi aku berpisah secara baik baik dengannya. Tak ada masalah diantara kami.Namun, aku kembali mengingat mas farid, suamiku.
Dia pasti kecewa padaku jika aku mengkhianati kepercayaannya.Dia pernah berkata
"Dek, mas ijinkan adek main sosmed, asal adek bisa jaga diri jangan sampai buat yang enggak enggak. Kalau sampe mas tahu adek macam macam. Hp itu bakalan hancur mas buat. "Aku masih teringat ancamanbya itu, meski sedikit tersinggung dengan kata katanya yang pedas, aku hanya bisa mengangguk saja. Tak ingin beradu debat dengannya.
Ku abaikan pesan masuk dari chalil, ku biarkan saja inbox nya.
Namun, beberapa menit kemudian dia mengirimiku pesan lagi.
[Mirna, ini aku chalil] bunyi pesannya.
Aku tau tanpa dia menjelaskan karena sudah kubuka profil F* nya.
Tak kuhiraukan pesannya, aku menyibukkan diri dengan berselancar di grub emak emak yang hobi baca dan nulis.
Selang beberapa menit kemudian dia mengirimiku pesan lagi.
[Mirna, apa kabar? Apa kamu sudah menikah? ] bunyi pesan dari chalil.
Aku heran mengapa dia terus terusan mengirimiku pesan, apa dia masih berharap padaku, atau dia hanya gabut tak punya kerjaan, jadi iseng menghubungiku?
Kembali ku buka profilnya, kucari apakah ada foto wanita di postingannya.
Lama ku cari, tak ada satu pun foto wanita di postingannya. Dia hanya menampilkan foto nya sendiri. Ternyata sekarang dia sedang menempuh pendidikan magister di sebuah universitas negeri di kota yang sama dengan ku.
Aku penasaran jurusan apa dia belajar, ternyata dia mengambil jurusan hukum.
Wah, calon pengacara sepertinya.Aku kembali mescrol semua postingannya, ada beberapa foto dia bersama teman temannya. Tapi tak ada satupun foto nya bersema perempuan.
Apakah selama ini dia tak menjalani hubungan kekasih dengan wanita? Rasanya tak mungkin.
Atau dia sengaja menyembunyikan identitas wanitanya? Agar orang lain mengira dia masih single?
Entah lah. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Disaat sedang asik asiknya bee sosmed, tiba tiba si kecil menangis.
"Ma.. Mah... " Rengeknya.
"Uuuuu.. Anak mama udah bangun ya? Mau mimik susu ya? "
Ku tinggalkan gawai yang masih menyala lalu Ku buatkan susu formula untuk sikecil.
Setelah meminum susu, si kecil Azka ku kembali tidur dengan pulas nya.
Jam 11.00 siang, waktunya untukku menyiapkan makan siang.
Aku beranjak ke dapur dan menyiapkan segala keperluan memasak.
Si kecil masih tidur di ayun, sesekali dia akan merengek, tapi setelah ayunannya ku goyang ia akan terlelap kembali.Jam 12.00 siang, tiba tiba mas farid pulang.
"Assalamulaikum"
Aku bergegas membuka pintu.
"Waalaikumsalam. Tumben pulang siang mas? " Tanyaku penasaran, tak biasanya ua pulang siang hari.
"Ada yang mau mas ambil, kamu udah masak? "
"Udah mas, mas mau makan sekarang biar mirna sajikan? "
"Boleh, taruh saja di meja makan"
Ia langsung masuk ke kamar, mengambil barangnya yang ketinggalan.
Aku beranjak ke dapur untuk menaruh nasi untuknya.
Tak berapa lama,
"MIRNAAA... " panggil nya dengan suara keras sampai anakku bangun.
"Ada apa sih mas? " Tanyaku heran tiba tiba ia memanggil nama ku dengan nada tinggi.
"Ini siapa? Kenapa ada notifikasi pesan masuk ke ho kamu? " Nada bicaranya mulai tidak menyenangkan.
"Maksud kamu apa mas? "
"Ini ada pesan masuk di HP kamu dari aplikasi f*"
Astagfirullah, jangan jangan itu pesan dari chalil tadi lupa ku hapus.
"Coba aku lihat mas? "
"Coba kamu jujur sama aku, sama siapa kamu chatingan? "
"Enggak ada mas"
"Kalau gak ada, lalu ini siapa yang kirim kamu inbox? Hantu? "
"Mas, aku gak chatingan sama siapa siapa, kamu percaya sama aku"
"Ini lihat, sang kelana mengirim anda pesan. Ini baca??? "
"Sini biar aku lihat? "
"Gak. Kamu udah mulai macem macem sekarang"
"Mas, mas lihat dulu isi pesannya jangan marah marah terus, kamu lihat aku ada balas tidak pesan dia? "
Mas farid mengecek isi gawaiku, dia sret layar andorid ke atas ke bawah, ia cari cari pesan yang masuk ke aplikasi biru di gawaiku.
"Ada gak aku balas inbok dia? Gak ada kan? "
"Siapa sangka kelana ini? "
"Aku gak tau" Jawabku singkat.
"Jangan bohong"
"Aku gak tahu mas"
"Ini dia bilang nama nya chalil? "
"Ya berarti nama dia chalil. Aku mana tahu kan gak aku tanggepin pesan dia""Apa dia kenal sama kamu, kenapa dia tanya kamu udah nikah atau belum? "
"Mungkin kawan aku waktu sekolah dulu mas"
"Jangan bohong kamu? "
"Buat apa aku bohong mas, kamu baca aja sendiri pesan dia"
"Mulai sekarang kamu gak boleh pakai hp lagi, hp ini aku sita."
"Loh mas kamu gak bisa gitu dong, aku beli hp itu pakai uang hasil jualan kue bukan uang dari kamu mas. Kamu gak berhak main sita begitu aja"
"Ini karena kamu udah macem macem"
"Macem macem gimana? Aku kan gak ngapa ngapain mas, aku gak balas inbox dari dia? "
"Gak, kamu gak boleh pakai hp andoid lagi. Mulai sekarang kamu pakai hp jadul aja yang gak ada kameranya"
"Kok kamu gitu sih mas? Itu kan hp ku? "
"Mau dengar suami gak? Kamu mau jadi istri durhaka? "
"Tapi mas? "
"Gak ada tapi tapian, mulai sekarang kamu gak boleh pakai hp ini lagi"
Ucapnya sambil membawa hp ku bersamanya."Mas kamu mau kemana? "
"Mau aku jual hp ini? "
"Jangan mas, itu barang berharga aku satu satunya? "
"Oh lebih berharga ini dari pada suami mu? "
"Bukan gitu mas"
"Udah, sana aku mau pergi. "
"Mas, jangan jual hp ku"
"Lebih baik aku jual atau ku banting? " Tanya nya membuat dadaku kembang kempis.
Tak ku sangka ia begitu emosi dan marah tanpa mendengar penjelasan dari ku.
"Jawab"
"Mas, kamu dengerin penjelasan aku dulu. Aku gak macem macem mas"
"Alah aku gak mau dengar apa apa lagi, sekarang kamu jawab. Mau aku jual hp ini atau aku banting sampai gak bisa kamu pakai lagi? "
"Jual" Ucapku sambil berurai air mata.
Dia pun pergi tanpa menyantap makanan yang telah ku hidangkan di atas meja makan.
Aku menangis, sakit, sedih, dan kecewa.
Kesalahan apa yang telah ku perbuat, kurasa aku tak melakukan salah padanya. Tapi, sebegitu marahnya dia padaku.
Part 7Selepas kepergian mas Farid, aku hanya bisa terduduk diam, lemas tak betenaga.Kesalahan apa yang telah ku perbuat sehingga begitu marahnya ia padaku?Padahal, aku tak membalas pesan yang dikirim chalil padaku. Bahkan aku tak menerima permintaan pertemanannya.Mas Farid benar benar terbakar cemburu buta, cemburu yang berlebihan.Kini, benda berharga satu satunya yang kupunya telah diambil olenhya. Entah benda itu akan dijual olehnya, entah kemana uang itu akan ia pakai aku tak tahu.Yang ku tahu, sifat nya semakin lama semakin membuatku jengah.Ia bahkan tak mau mendengar penjelasan dariku.Sakit sekali rasanya nya diperlakukan begini, aku seperti tak ada harga dimatanya.Percuma aku berjuang mati matian memperjuangkan dia dulu di hadapan ibuku. Ah kembali lagi aku mengingat masa itu. Kembali lagi aku teringat perkataan ibu.Betapa bodohnya aku dulu tak mend
Bab 8Aku mencoba menahan tangis sekuat tenaga, ku lihat mas Farid mulai menunjukkan amarah."Aku yakin, kau pasti telah bermain api dibelakang ku mirna" Ucapnya semakin membuat hati ini sakit."Terserah kau mau menuduh ku apa Mas, yang jelas aku sudah tak tahan lagi. Aku sudah sangat lelah menjalani rumah tangga ini""Katakan Mirna, apa laki laki yang bernama Chalil itu penyebab kau meminta pisah dari ku? ""TIDAK" Bantahku."Aku bahkan tak pernah membalas pesan dari nya, bukankah kau telah melihat dan membaca pesan darinya? Apa kau lihat aku membalas pesan nya? Tidak pernah""Lalu apa? Kenapa? Kenapa kau tiba tiba ingin pisah? Apa kau tidak memikirkan nasib anak kita? "Anak selalu menjadi senjata agar perempuan mengalah."Justru karena anak lah aku sudah bersabar selama ini, kalau bukan karena anak sudah dari dulu aku ingin bercerai dari mu""Enggak... Aku gak akan pernah menceraikan mu
"Dan kau percaya begitu saja omong kosong itu? " Tanya mas Farid menyangkal apa yang ku katakan."Percaya atau tidak, itulah kenyataan yang sebentar lagi akan kamu hadapi" Ucapku tegas."Mirna, kalau hanya gara gara mas kawin nu yang belum bisa ku ganti kau minta cerai, kau sungguh keterlaluan, kau matre, hanya karena harta kau tega ingin meninggalkanku""Apa kau bilang? Aku keterlaluan? Sudah berpuluh bahkan ratusan kali aku sudah mencoba sabar menghadapi keangkuhan dan keegoisan mu, bertahun tahun merasakan tekanan batin akibat perbuatan mu dan keluarga mu, bertahun tahun aku sabar, tapi kali ini aku sudah tak sanggup lagi"Aku berkata sambil menahan sesak yang semakin lama semakin membuncah di dadaku."Setelah mengalahkan ku, sekarang kau menyalahkan keluarga ku juga? ""Iya. Memang benar, keluargamu lah sebab aku semakin ingin cerai darimu. Apa kau tak ingat, ketika aku operasi cesar, satu pun keluargamu tak
"Jika kau tak mau menceraikanku, maka aku yang akan menggugat cerai" Entah keberanian dari mana, kata-kata itu berhasil lolos begitu saja dari mulutku."Kau keterlaluan Mirna" Bentak mas farid membuat Azka ku terbangun."Maa.... Maa.. Huaaaa.... " Tangisan Azka terdengar begitu kencang, mungkin ia terkejut mendengar bentakan suara ayahnya."Puas kamu ? Puas udah buat Azka nangis? " Tanya Mas Farid dengan tatapan penuh kebenciannya.Aku berlalu meninggalkannya, ku dekap azka kecil ku lalu ku elus punggungnya."Cup.. Cup.. Cup.. Sayang mama. Udah bangun ya? ""Ma.. Ma... Huaaa... "Aku merasa serba salah, jika aku bertahan dengan mas farid. Maka lahir batinku tersiksa, bukan hanya dari nya tapi dari ipar juga ibu nya.Namun, jika aku bercerai dari nya. Bagaimana nasib azka ku?Dia pasti kehilangan kasih sayang ayah nya, dia pasti akan jadi
Dengan sedikit malas, aku melangkah ke ruang tamu untuk menemui Mas Farid.Aku berjalan pelan, berharap waktu cepat berlalu, aku tak ingin bicara dengan mood yang tidak baik, bisa saja ucapanku akan menyakitinya.Aku semakin dekat dengan Tempat Mas Farid berada, ia menyadari kedatangan ku."Mir... Duduklah, mari kita bicara" Ucapnya sambil menarik tanganku untuk duduk disebelahnya.Sikapnya tiba tiba jadi lembut, mungkin karena ia takut aku meninggakannya? Entahlah sikapnya selalu saja berubah ubah."Mir... Katakan sama Mas, apa yang harus mas lakukan buat kamu? Kalau kamu minta emas ku kembali, mas akan usahakan Mir, tapi untuk sekarang mas belum punya buang. Kamu yang sabar dulu ya. ""Aku udah kehabisan kesabaran Mas, semakin lama aku sabar maka semakin tersiksa batinku. Lebih baik aku pulang kerumah orang tuaku saja""Jangan Mir, nanti orang tua mu kira aku usir
Part 12 Aku sudah sampai dirumah ibu, ku hentikan motor di depan rumah ibu. Ketika mendengar suara motor, ibu langsung keluar. "Mirna... " Panggil ibu yang berada di ambang pintu. Ibuku kaget saat melihat aku mengangkat koper. "Loh.. Mir, ada apa ini? " Tanya ibu padaku saat sampai di depan pintu rumah. "Mirna nginap disini ya buk? " "Loh ada apa ini mir, kenapa kamu bawa koper? Kamu lagi ada masalah sama Farid? " Tanya ibu seolah bisa membaca keadaan. "Boleh mirna masuk dulu buk? ""Ya masuk kah, sini azka ibuk gendong"Aku membawa masuk koper ke dalam rumah. Ku sandarkan tubuh di kursi lapuk yang telah setia menghiasi rumah ibu selama puluhan tahun. "Minum dulu mir, kamu pasti capek""Azka mana buk? ""Sudah tidur dikamar ibuk, dia ngantuk berat tu""Bolehkan kan buk mirna nginap disini? " "Mir... Ibuk gak pernah larang kamu nginap disini, tap
. "Mir.. Jika seandainya dalam seminggu ini Farid datang kesini bagaimana? " Tanya ibu penasaran. "Kalau dia bisa bawa cincin emas seharga mahar mirna, ya mirna akan pikir pikir dulu Bu""Apa kamu gak mau balik kerumah mu sama Farid? ""Entah lah Bu. Mirna rasanya udah lelah sama mas Farid, apalagi dengan keluarganya itu, menyebalkan sekali""Mir.. Apa kamu tahu, ibu dulu menghadapi ayahmu lebih dari kamu." Ucap Ibu mulai bernostalgia dengan masa lalunya. "Maksud ibuk? " Tanyaku tak mengerti"Meskipun farid bersalah, tapi Farid ibu rasa tak separah ayahmu dulu, meskipun kadang Farid suka marah marah, kasar, tapi dia tidak selingkuhin kamu kan? ""Iya sih buk""Apa kamu tahu, ayahmu dulu suka main perempuan, uang belanja hanya 3000 rupiah, sedangkan kalian bertujuh. Coba kamu pikir Apa cukup uang segitu Mir? "Aku tertegun mendengar penuturan ibu, sejahat jahatnya mas Farid ta
Farid datang kerumah ibu MirnaHari ini tepat empat hari aku berada dirumah ibu, tak ada tanda tanda kedatangan Mas Farid. Apakah ia lupa padaku? Atau mungkin ia belum punya uang untuk menebus Mas kawinku? Tiba tiba ponselku berdering.Segera aku menerima panggilan. "Hallo... Assalamu'alaikum" Ucapku memberi salam. "Waalaikumsalam"Pucuk dicinta ulam pun tiba, baru saja aku kepikiran dia. Mas Farid tiba tiba saja menelponku. "Iya, ada apa mas?" Aku masih cuek padanya, sebelum ia datang menjemput dan mengganyikan Emas ku, aku takkan pulang kerumah. "Bagaimana kabarmu Mir? ""Sehat""Azka gimana? ""Sudah tidur,""Kalian berdua baik baik saja kan Mir""Ya begitulah... " Dari nada suaranya, kedengaran seperti sedang menahan sedih. Aku tak yakin, apa ia benar benar sedih atau hanya dibuat buat agar aku luluh. "Mas besok datang kerumah ibuk Mir""Oiya? " Aku sedikit kaget mendengarnya, tapi aku tak boleh kel
Part 41Dua Minggu telah berlalu, hari ini sidang kedua gugatan cerai aku dan Mas Farid akan dimulai. Aku susah bersiap siap untuk mendatangi kantor pengadilan Agama. Kali ini Ibu tidak bisa menemaniku karena ada kesibukan. Sendiri aku menghadiri sidang kedua ini, masih seperti sidang yang pertama, Mas Farid tidak hadir untuk kedua kalinya, dia benar benar menepati kata katanya. Pukul 10.00 sidang kedua ditutup, dua minggu lagi aku harus menghadirkan saksi untuk persidangan ini. Saksi yang melihat saat ijab kabul aku dengan mas Farid dulu. Siapa yang harus aku panggilan untuk menjadi saksi? Oiya, aku baru ingat, aku bisa memanggil Tanteku untuk menjadi saksi, beliaua menemaniku saat pernikahanku dulu di KUA. Hati yang ditentukan telah tiba, aku bersama tante Ratna mendatangi kantor pengadilan Agama. Sidang telah dimulai, Mas Farid masih sama, dia tidak datang untuk sidang yang ketiga ini. Tante Ratna menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Hakim dengan tenang dan santai. Be
Entah berapa lama aku tertidur, tiba tiba aku mendengar suara tangisan Azka. "Ma... Ma... " Rengekan Azka terdengar dikamar Ibu. Aku segera bangun untuk melihatnya. Ternyata Azka menangis dikamar ibu, sedangkan ibu sedang shalat. "Sayang... Sini sama mama yuk" Swgwrqa Ku gendong Azka keluar dari kamar Ibu. "Azka kenapa nangis nak? ""Mama... laper... " Ternyata anakku lapar, makanya ia menangis. Karena lelap tertidur aku sampai lupa memberi makan malam untuk Azka. "Yaudah kita makan dulu yuk" Anakku pada Azka yang berada dalam gendonganku. Aku segera mengambil nasi didapur. Aku melihat jam didinding, rupanya sudaah pukul 20.00 malam, wah sudah malam rupanya. Untung aku sedang datang bulan, kalau tidak aku sudah ketinggalan shalat magrib dan isya. "Azka makan sendiri atau mama suapin Nak? ""Malam sendiri"Anakku sudah mandiri ternyata, dia sudah mulai melakukan berbagai hal sendiri. Aku senang anakku tidak kekurangan apapun, meski dia jauh dari ayahnya. "Azka, tadi siang Ay
" Silakan Masuk" Ujar kepala Desa setelah tamunya keluar. "Asalamualaikum" Ucapku memberi salam ketika memasuki ruangan 3x3 meter itu. "Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu? " Tanya laki laki berkumis tebal itu. "Ini Pak... saya mau minta tanda surat keterangan untuk mengurus berkas kepengadilan Agama""Ada masalah apa ya Mbak Mirna, begini saya harus tahu dulu permasalahan yang dihadapi warga baru saya bisa menanda Tangani berkasnya""Baiklah, saya mau menggugat cerai Pak. ""Apa? Benarkah? Mbak Mirna mau menggugat cerai Si Farid? "Wajah Pak kepala Desa berubah kaget, aku maklumi itu. Rumah tanggaku yang tak pernah terlihat bermasalah dimata warga kampung ini tiba tiba aku menggugat cerai. "Ada masalah dalam rumah tangga saya Pak, sudah lima tahun saya bersabar, tapi kali ini saya sudah tak sanggup lagi untuk mempertahankan rumah tangga ini, dari pada saya menderita lahir dan batin, lebih baik kami berpisah"Pak Kepala Desa masih belum puas dengan jawaban dariku, beliau sep
"Kau semakin hari semakin berani melawan ku Mirna, kau sudah sangat berubah, tidak seperi dulu" Tatapamnya tajam seperti hendak menerkamku. Tapi aku tidak lagi takut padanya. Aku sudah terlalu lama patuh dan menurut pada laki laki ini. Namun tidak untuk kali ini. "Aku begini juga karena ulahmu, aku sudah terlalu telah kau sakiti, aku lelah hidup dalam kekanganmu, dan kini aku tak mau lagi tunduk padamu. Aku ingin terlepas darimu" Akupun membalas kata katanya dengan sangat tajam. Raut mukanya berubah pias, mungkin saja ia tersinggung dengan ucapanmu. "Kau semakin lancang Mirna, aku tak menyangka kau yang dulu pendiam jadi seperti singa. Apa karena kau sudah bekerja, jadi kau tak patuh lagi pada suamimu? ""Kita sebentar lagi akan jadi mantan, jadi tak usah kau sebut dirimu suami ku. Bukankah saat aku keluar dari rumahmu aku bahkan tak punya uang sepeserpun? Apakah aku harus duduk diam saja dirumah sampai anakku mati kelaparan? "Mas Farid terdiam, wajahnya yang awalnya garang kini m
"Kamu gak usah bohongi aku lagi Mas, aku gak akan tertipu oleh kebohonganmu lagi. Aku sudah kenyang selama ini kamu bohongi, oiya aku rasa cincin itu tak usah kau kembalikan lagi, anggap saja itu sedekahku untukmu" "Apa maksud kamu berkata begitu? " Tanya Mas Farid pura pura bodoh. Aku yakin, pasti dia belum punya uang untuk membeli cincin itu, dia hanya ingin membujuk ku saja, begitu saja jurusmu dari dulu, gak pernah berubah. "Apa aku harus mengulangi kata kataku kembali, aku tidak membutuhkan cincin itu lagi. Aku menyedekahkan cincin itu untukmu, jika kamu ingin kawin lagi dengan perempuan itu, pakai saja cincin itu, sebagai Mas Kawin. Aku sudah ikhlas melepaskan mu mulai saat ini""Apa yang kamu bicarakan Mirna, perempuan yang mana? Siapa yang mau kawin lagi? ""Sudah lah Mas, tak usah mengelak. Aku sudah tahu jika kamu sudah punya wanita lain. Jadi, jika kamu ingin menikah lagi, silakan. Aku tak akan mengganggu pernikahan keduamu itu. Pakai saja cincin itu untuk Mas kawin, aku
Part 37 Tak terasa sebulan kini telah berlalu, akhirnya tiba masanya aku mendapatkan gajian pertama dari tempatku bekerja. Aku sudah menantikan hati ini selama sebulan, dan ketika Bos ku yang tak lain adalah temanku sendiri datang ke Toko pagi ini, aku langsung menyapa dan menghampiri nya. "pagi Da.. ""Pagi Mir, gimana kabarmu Hari ini? ""Alhamdulillah Baik Da, ""oiya Mirna.. Ini buat kamu, Maaf ya aku harus pulang terus, soalnya aku harus kerumah ibuku, ibuku minta ditemani kerumah sakit untuk cek up" Ida menyerahkan sebuah amplop putih kepadaku. "Iya Da Gak apa apa, Semoga ibu kamu lekas sembuh ya Da, dan makasih ya kamu ingat tanggal gajian aku""Pasti dong Mir, aku pasti ingat kok. aku pergi sekarang ya Mir, bye""iya Da, hati hati. Bye"Hatiku berdebar debar mendapatkan amplop ini, aku tidak tahu berapa isinya, dan aku juga tidak pernah bertanya pada Ida berapa gajiku sebulan bekerja ditoko miliknya. Setelah memberikan amplop padaku, Ida pamit pulang. Mumpung Toko masih s
Part 36"Assalamu'alaikum"Ucapku ketika sampai di rumah. "Waalaikumsalam, eh cucu nenek udah pulang? Ada nangis tadi nak disana? " Tanya ibu sambil menurunkan Azka dari motorku. "Nenek... Azka punya mobil balu(baru) " Ucap Azka sambil memperlihatkan mobil mobilan yang baru tadi kubeli. Ida mengajakku ke mall, untuk menghilangkan beban pikiran dan melupakan masalah kami masing masing. Ida orang yang royal, ia bahkan mengajakku ke salon, ke resto, bahkan dia juga membelikan mainan untuk anakku. Disamping kehidupan ekonominya yang serba cukup, Ida juga menyimpan duka yang teramat dalam. Ia sering disindir oleh mertua dan iparnya karena Ida belum bisa memiliki anak. Bahkan mertuanya menyarankan agar Suami Ida untuk poligami, hati Ida benar benar hancur. Tapi, beruntungnya suami Ida tidak mau menikah lagi. Mereka memutuskan mengadopsi anak, bahkan mereka punya rencana untuk melakukan proses bayi tabung. "Wah, keren sekali mobil nya, siapa yang beli nak? ""Mama" Jawab Azka polos.
"Mirna... Kamu Udah pulang Nak? " Tanya ibu saat memasuki kamarku. "Iya Bu, capek sekali Mirna, tenyata bekerja saat kita punya anak balita itu susah ya bu, gak bisa jauh dari anak""Niatkan bekerja karena ibadah nak, maka lelah dan capeknya akan dapat pahala""Iya Bu, semoga saja Mirna betah kerja disitu""Emangnya kenapa Nak, ada masalah? ""Ya begitulah Bu, kerja sebagai karyawan ditoko baju, harus banyak sabar, Pelanggan nya pada nyebelin, baju udah dites, di acak acak ujung ujungnya gak jadi beli, kan kesel kita Bu""Setiap pekerjaan pasti punya masalah dan resiko Mirna, kalau kita sanggup menghadapi masalah dan resiko yang ada maka kita akn sukses""Amin, semoga saja Mirna sanggup melewati resiko kerja disitu ya Bu""Kamu pasti Bisa, ibu yakin"Aku larut bercerita dengan ibu tentang pekerjaan baruku, ibu selalu memberi dukungan dan menyuntikkan semangat padaku. Rasa lelah dan capekpun hilang, aku kembali bersemangat bekerja, apalagi aku punya tanggung jawab kepada Azka. Aku ta
Seminggu sudah aku di rumah ibu, aku mulai merasa kesusahan materi. saat Susu Formula untuk Azka dan juga popoknya habis, terpaksa aku meminjam uang pada ibuku. Aku tidak ingin meminta uang pada Mas Farid, meskipun ia masih berstatus suami dan juga Ayah dari Azka. Jika dia memang bertanggung jawab pada anaknya, tanpa aku minta pun dia akan memberikan kewajiban nafkah untuk anaknya. Biarlah, aku tak ingin mengemis lagi padanya. "Buk..." Panggil ku pada ibu yang sedang menggendong Azka. "Iya ada apa Mir? Apa susu Akan sudah habis? " Tanya Ibuku seperti biasa, aku selalu meminta uang pada ibu saat kehabisan susu Azka. Sebenarnya aku malu untuk meminta uang pada ibu, tapi mau bagaimana lagi, aku terpaksa memintanya agar anakku tidak kelaparan. "Bu, Mirna mau kerja Bu""Oiya, kerja apa Mir? ""Ada kawan Mirna yang punya Toko baju dikota, kebetulan dia lagi butuh karyawan. Mirna sudah minta jadi karyawan dia, dan alhamdulillah diterima Bu""Tapi, bagaimana dengan Azka Mir, bukannya I