Share

Pisah Rumah

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-07 18:26:27

"Kita nggak bisa begini, Tara, setelah di tegur Argi dan Saski, aku mikir lagi. Aku diposisi jahat, walau jelas aku masih...," Kanti menundukkan kepalanya, menatap jemari tangannya yang lentik. Tara mengangguk, ia paham. Tapi bagaimana dengan ibunya, apa tak kan jadi masalah baru lagi. Di rumah itu pun, hanya ibu dan Argi yang bicara pun, seperlunya karena ibu terus-terusan menyalahkan putra bungsunya itu yang mendukung tindakan Bapak dan Dena. 

"Orang tua kamu gimana? Mereka apa udah tau kalau Ibuku minta kamu untuk jadi menantunya juga?" 

"Sudah, Tar, dan kedua orang tuanya setuju. Apalagi saat Ibu bilang kalau Dena belum hamil dan Ibu nggak setuju dengan pernikahan kalian, lebih setuju kalau kita menikah," ucap Kanti yang menghela napas gundah. Sungguh tak enak hati. Keduanya diam, mereka sedang berada di rumah Kanti ke esokkan harinya setelah Tara pulang dari rumah orang tua Dena, ia sempat membahas dengan ibunya dan tetap saja, ibu ngotot minta Tara meni

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Intan Intan
Halah tukang zina aja mimpi jd anak Sholeh Krn nurutin maunya ibu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku istrimu suamiku   Pendapat lainnya

    "Saran gue jangan cerai," ucap Tya saat keduanya duduk di teras kafe rumah sakit tempat Tya bekerja. Keduanya janji temu karena Dena akan medical check up, ia keterima kerja di tempat lamanya lagi dengan jabatan sama, Aspri, atau asisten pribadi CEO kantor itu. Seorang pria usia 45 tahun yang memiliki keluarga harmonis. Dena kenal istri juga anak-anak pria itu, semua baik dan menghormati Dena."Kenapa emangnya?" tanya Dena saat ia masih menunggu satu jam lagi untuk mulai pemeriksaan."Ya enak di Kanti, lah! Gue sih, nggak ikhlas temen gue di giniin. Bima, laki gue dan mencak-mencak ke Tara kalau lo mau tau, Dena. Bima juga nggak terima lo di giniin. Dan, pendapatnya sama, minta elo jangan cerai gitu aja. Ruginya double." Tya menyeruput kopi hangat miliknya sejenak sebelum lanjut bicara. "Lo kasih unjuk siapa lo, Dena, selama ini lo di injak-injak mereka, kan? Ini saatnya lo buktiin siapa lo. Dan, lo tau, Tara dipanggil orang HRD kantor, posisinya turun, buk

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • Aku istrimu suamiku   Malarindu

    "Lo kenapa? Kaget banget tau gue mau ke Yogya, lagian gue kerja di sana." Celetuk Argi saat keduanya duduk di sofa ruang tamu rumah orang tua Dena. Sedangkan Dena cekikikan sendiri melihat dua manusia yang sepertinya, mendadak saling naksir."Biasa aja sih, sebenernya, kaget doang." Guman Saski sambil memaksa senyum. Kepalanya pusing, sudah dua hari ia mengabaikan rasa sakitnya itu."Gaya-gayaan sih, lo, nggak bisa pecicilan malah ikut jadi panitia. Demam kan," ujar Argi sembari menempelkan punggung tangannya ke kening Saski yang reflek memundurkan tubuhnya."Jangan pegang-pegang." Nyolot Saski."Ck. Bentar doang," paksa Argi menarik tangan Saski sehingga memajukan posisi duduknya lagi. "Panas banget, Sas, ke dokter ya, gue antar."Saski menggelengkan kepala, ia malas ke dokter, pasti banyak minum obat. Ia selalu menolak hal itu."Ke dokter sana,

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • Aku istrimu suamiku   Mendampingi pak galih

    Suara sepatu hak tinggi yang dikenakan Dena mengiringi langkahnya berjalan tegap di belakang pak Galih, hari itu, tepat satu minggu sudah ia bekerja di perusahaan besar yang semua orang baik kepadanya. Pak Galih meminta Dena ikut dengannya menghadiri rapat yang seharusnya, sudah dilakukan dua hari lalu, namun, berhubung anak sulung bos-nya itu sakit karena jatuh saat sedang olahraga basket sehingga kakinya terkilir, mau tak mau, pak Galih memundurkan jadwal rapat penting itu."Semua sudah siap, kan, Dena?" tanyanya."Sudah, Pak, sesuai yang Bapak minta." Jawabnya tegas. Dena berjalan sedikit cepat, ia membukakan pintu ruang rapat yang ada di lantai dua puluh satu gedung itu, sudah banyak orang menunggu, Dena segera kembali berjalan di belakang pak Galih dan duduk sedikit pojok kanan belakang kursi yang ditempati bos-nya itu. Ia mengeluarkan tablet, juga alat perekam. Pak Galih selalu membebaskan Dena bekerja dengan cara wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • Aku istrimu suamiku   Bertemu lagi

    Semalam, saat Dena kembali pulang ke rumah, kedua orang tuanya curiga dengan wajah sembab putrinya. Setelah ditanya juga didesak, Dena akhirnya menceritakan apa yang terjadi. Tanpa pikir panjang, papa segera menelpon Prabu, untuk mendaftar surat cerai putrinya. Dena menolak, ia tak ingin bercerai sebelum bisa mendengar pengakuan Tara jika ia tak mencintainya lagi. Sayangnya, hati orang tua yang sudah terluka, tak bisa Dena halau. Hanya air mata yang bisa Dena tumpahkan sambil memeluk mamanya yang juga terisak pilu.Tragis, nasib putri yang ia kandung, lahirkan, dididik dengan baik hingga besar, giliran tiba dipinang seorang pria, disakiti dengan mudahnya, oleh keluarga sang pria. Keterlaluan. Dena akhirnya pasrah, ia melepaskan semua ke Omnya saja. Prabu yang sudah tau duduk perkara, segera mendaftarkan gugatan cerai itu.Ia menatap pantulan dirinya pada spion tengah mobil, jam tujuh tiga puluh, ia tiba di toko roti perancis yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • Aku istrimu suamiku   Staf penting

    Bibir Dena terkatup rapat. Bahkan saat menikmati makan siang masakan jepang itu, ia tak bersuara satu kata pun. Hal itu membuat pak Galih bingung, tapi sungkan untuk bertanya ke asprinya itu. Istri pak Galih tidak ikut makan siang, setelah mengantar obat dan vitamin, ia bergegas pergi karena harus ke sekolah anak keduanya yang masih SMP kelas tiga. Ya... bisa dikatakan pak Galih dan istrinya memang terlambat menikah, pasalnya, di masa lalu, keduanya merupakan rival di perusahaan yang sama dengan nama berbeda. Sama-sama menjabat CEO sehingga melupakan kisah asmara. Alhasil, setelah istri pak Galih merasa jika ia sudah saatnya menikah, seketika, pak Galih langsung melamar, yang ternyata, kedua sudah saling suka sejak lama. Lucu, kadang tanpa di sadari, cinta dan jodoh sedekat itu."Dena, bisa kamu hubungi orang HRD, bilang kalau dua hari lagi, Adim resmi bekerja di kantor kita, masuk departemen keuangan sebagai kepala audit intern."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Aku istrimu suamiku   Yang ada dibenak

    Pov Adim. Terpikir olehku, siapa dia? Di mana aku pernah ketemu, ya? Dan, setelah langkah kakiku menjauh dari toko roti perancis itu, ingatan beberapa tahun silam kembali muncul. Dena. Ya, aku ingat namanya. Bagaimana lupa... gadis SMA yang menangis histeris saat hampir diperkosa laki-laki berengsek. Sengaja di buat mabuk minuman alcohol, tapi masih bisa nalar melawan. Aku rasa, alcohol itu tak berpengaruh pada kehilangan kesadaran dirinya secara penuh, atau, memang ia memiliki malaikat pelindung sehingga bisa menyelamatkannya dari nasib sial malam itu.Aku menoleh lagi, melihat ke dalam toko yang kacanya transparan, mencoba sekali lagi memastikan jika memang ia Dena. Sial, aku harus segera berjalan kaki ke arah gedung tempat ku bertemu dengan CEO perusahaan kelapa sawit multinasional. Mobil sengaja tak ku bawa, repot, ini Jakarta, men, kalian mau segaya apa bawa mobil tetap saja, kalau nggak berangkat p

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Aku istrimu suamiku   Bukan urusan kamu

    "Kenapa Pak Adim tanya hal itu?" Dena mengernyitkan kedua alisnya, ia juga menatap lekat Adim yang mengalihkan pandangan ke pintu lift setelah sebelumnya melirik ke wanita itu.Ting! Suara pintu lift membuyarkan fokus Dena. Tak menjawab, Adim melenggang santai ke arah meja kerjanya yang berbelok ke kanan, sementara Dena ke kiri."Pak Adim!" panggil Dena, pria itu menoleh, menatap Dena dengan satu tangan ia masukkan ke dalam saku celananya."Jangan mau tau urusan orang lain," ucap Dena lalu tersenyum tipis. "Happy working, Pak," pamitnya lalu berjalan menuju ke meja kerjanya. Adim masih membeku di tempat, mendadak ia seperti tertampar dengan pernyataan Dena tadi. Ia diam, berjalan ke arah meja kerjanya dengan pikiran dan ia juga mengumpat dirinya di dalam hati.***"Cerai dulu, Tara. Suara Kanti membuat Tara menoleh cepat, keduanya sedang berada di keda

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • Aku istrimu suamiku   Sakit kepala (1)

    Hari wisuda Argi tiba, Dena sengaja mau menjemput bapak dan Argi di rumah yang membuatnya terkurung, juga merasakan tekanan yang hampir membuatnya gila. Ia menghela napas, bersiap menghadapi apa pun yang ada di dalam rumah itu. Ia membuka pagar, penampilan saat itu memakai kebaya warna marun, dengan kain jawa yang ia jahit model rok span semata kaki, rambut panjang lurusnya hanya ia blow ke dalam sehingga membuatnya cukup ber-volume."Assalamualaikum," sapanya."Waalaikumsalam," suara bapak terdengar dari arah kamar. Pintu kamar terbuka, memunculkan sosok yang Dena hormati. Ia melepas sepatu hak tingginya, lalu berjalan menghampiri bapak, mencium tangan lalu memeluk erat. "Bapak kangen kamu, Nak," lirihnya begitu sedih, terdengar dari suara bapak yang bergetar."Dena juga, Pak. Bapak sehat, kan?" Ia melepaskan pelukan, bapak mengangguk. "Ganteng banget, Pak, bagus baju batiknya," puji Dena.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11

Bab terbaru

  • Aku istrimu suamiku   Selesai di sini

    Apakah mereka sudah saling mencintai? Jawabannya, belum. Dena dan Argi menjalankan hak dan kewajiban, mereka juga sudah sah menjadi suami istri. Keduanya yakin, cinta akan datang seiring dengan waktu, tak perlu khawatir dengan hal itu. “Dena,” panggil Argi yang tak mendapati istrinya di dalam kamar saat ia baru selesai mandi besar setelah mereka bersetubuh. Argi duduk di tepi ranjang, masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi semalam dan hal itu membuat jantungnya berdebar begitu keras. Ia meraba dadanya, lalu menatap ke foto Saski yang masih terpajang di kamarnya. “Kamu nggak marah, ‘kan, Sas?” lirihnya diakhiri tawa dan wajah berseri-seri. Argi beranjak setelah mendengar bel pintu kamar hotel. “Udah bangun?” tanya Dena sambil membawa dua bungkus yang dari wanginya menggugah selera Argi yang lapar. “Kamu ke mana?” Ia mengekor Dena yang meletakkan bungkusan itu di atas meja. “Beli sarapan. Nggak sengaja sebenarnya, karena mau ke tempat Ariq, ternyata mereka udah ke Legoland

  • Aku istrimu suamiku   Kencan dan malam pertama

    Argi menepati janji, hari jumat sore pukul 4.30 waktu KL, mereka berangkat ke Johor, menuju Legoland. Argi meminta Dena memesan hotel untuk menginap dua malam di sana, tak lupa ia mengajak Dena dan Ariq membeli beberapa pakaian baru juga di salah satu mal yang ada di KL. Satu koper ukuran besar menjadi pilihan Dena untuk mengemas pakaian mereka bertiga. Perjalanan yang akan memakan waktu tempat kurang lebih empat jam, ia siapkan sedemikian rupa juga dengan membawa makanan dan beberapa minuman. “Riq, kamu tidur aja kalau ngantuk, ya,” ucap Argi sambil menoleh ke arah belakang sebelum kembali menatap jalan bebas hambatan. “Iya, Pa,” jawabnya. Ariq tampak senang, pun Dena yang kali pertama plesir ke negara orang yang tak asing baginya karena suasana mirip dengan tanah air juga. “Betah tinggal di sini nggak kira-kira?” Argi membuka percakapan setelah mereka menempuh perjalanan satu jam. “Lumayan, aku masih haru keliling dan pingin tau transportasi umumnya. Nggak mau naik taksi atau re

  • Aku istrimu suamiku   Hati yang besar

    Dena tiba di Kuala lumpur, Malaysia siang hari pukul satu. Ia dan Ariq duduk di lobi menunggu Argi menjemput. Hanya satu koper yang Dena bawa, ia memang bukan tipikal perempuan yang suka membawa banyak barang saat pergi yang menginap hingga beberapa hari. Ia lebih senang mencuci bajunya, cukup bawa baju seperlunya yang nanti di mix and match sendiri. Ariq menikmati burger yang Dena baru saja belikan sambil menunggu Argi menjemput. Kala itu, Ariq dan Dena kompak memakai warna baju senada, atasan putih dan celana jeans, juga sepatu kets warna hitam. Karena Dena memakai hijab, ia memilih kemeja putih dua ukuran lebih besar darinya supaya tak ketat membentuk lekuk tubuhnya. Bibirnya juga hanya ia olesi lipstik warna pink natural begitu tipis, hijab warna krem semakin membuat wajahnya bersinar. “Bun, kita di sini satu minggu? Itu lama, ya, Bun?” Ariq kembali menggigit burgernya setelah bicara.“Sebentar, kok. Kenapa? Ariq nggak mau lama-lama di sini?” Dena merapikan tatanan rambut putran

  • Aku istrimu suamiku   Demi kebahagiaan Ariq

    Syifa dan Tara duduk di teras rumah orang tua mereka. Sekarang, hanya tinggal Tara yang tinggal di rumah itu karena bapak meminta Argi baiknya keluar dari rumah setelah menikah dengan Dena. Lagi pula Argi di kuala lumpur dan jarang pulang, jadi baiknya saat Argi sedang di Jakarta, tinggal bersama Dena di rumah orang tua Dena. Meminimalisir resiko keributan juga rasa canggung karena Argi dan Dena sudah menikah. “Menikah lah lagi, Tara. Kakak nggak mau lihat kamu kayak gini,” tutur Syifa yang direspon tawa sinis Tara. “Kak Syifa, nggak semudah itu juga. Tara masih harus cerna semua ini. Merasa dicurangi adik sendiri itu nggak enak. Sakit hati.” ketusnya dengan tatapan dingin. “Gimana juga kalian saudara kandung, akan seperti itu sepanjang usia. Kamu harusnya pahami dan lihat hal ini wajar karena kita juga yang salah, kan? Kak Syifa ambil andil rusaknya hubungan kamu dan Dena di masa lalu.” Syifa menundukkan kepala. Tara beranjak, ia meninggalkan Syifa seorang diri di teras. Membuka

  • Aku istrimu suamiku   Bukan malam pertama

    Hati Dena tak karuan, ia dan Argi saling menatap. Suaminya tersenyum begitu manis lalu berbisik lagi di telinga Dena saat keduanya duduk bersisian di restoran yang dipesan Argi untuk acara syukuran sederhana pernikahan mereka. “Semua akan aman dan baik-baik aja, Mbak Dena. Aku udah selamatkan kamu dari Mas Tara.” Argi memundurkan wajahnya, Dena tersenyum begitu tipis. Masih seperti mimpi yang aneh, karena mereka berdua kini pasangan suami istri. Pintu restoran terbuka, muncul Tara sambil membawa buket bunga. Tak ada senyuman, yang ada tatapan tajam menusuk dengan kemarahan yang membuat Dena segera menggenggam jemari tangan Argi di bawah meja. Argi menoleh, ia merasakan dinginnya jemari Dena. Kedua mata Argi juga menatap genggaman erat pada tangannya. Ia menatap Tara yang semakin berjalan mendekat lalu memberikan buket bunga mawar putih. “Selamat atas pernikahan kalian… adik ipar,” ucapnya dengan nada begitu dingin. Dena mencoba untuk tersenyum, walau ketakutan juga ragu terpancar pa

  • Aku istrimu suamiku   Sesal mendalam

    Tak kunjung berakhir rasa sesal yang dirasakan Tara, ia kini duduk sendirian di depan makam ibundanya. Wajahnya tampak gusar karena sejak tiba, ia terus merasakan hatinya sakit jika memikirkan Dena yang terang-terangan menolaknya. “Bu, Tara sekarang diambang kebimbangan. Argi mau menikah dengan Dena. Tara mau memperbaiki hubungan dengan Dena tapi… dia sama sekali nggak mau kasih kesempatan sedikit pun. Tara sendirian, dijauhkan dari orang yang Tara sayang bahkan Ibnu juga tinggal dengan Kanti dan suaminya sekarang.” Tara memainkan rerumputan yang menutupi gundukan tanah makam. Jarinya mencabuti pucuk rumput dengan pelan, layaknya anak kecil yang bermain atas lapangan penuh rerumputan. Gelapnya malam tak membuat ia ingin lekas beranjak, ia masih betah di sana walau tak lagi bicara. Fokusnya kini, bagaimana ia menata hati juga menghadapi pernikahan Dena dengan Argi. Tak kan mudah ia mengontrol semuanya. Tara seperti tenggelam dengan rasa sesal mendalam. Di lain tempat, Argi tampak bar

  • Aku istrimu suamiku   Mobil mogok

    Dena baru saja kembali dari lokasi pameran yang ia ikuti, langkah kakinya begitu santai melenggang menuju ke parkiran mobil. Jam juga sudah menunjukkan pukul empat sore, lokasi pameran tutup pukul lima. Dena menyerahkan kepada dua stafnya untuk membereskan stand mereka, masih ada dua hari ke depan ikut tetap berada di sana. Ia mengarahkan mobil ke mana lagi kalau bukan rumah. Namun, saat ditengah jalan, mendadak mobilnya mengalami kendala, mendadak mati mesin. Buru-buru ia mematikan AC, lalu menepi. Dena mencoba kembali menstarter mobil hingga berulang kali tapi tetap saja tak mau menyala. Tak tau harus berbuat apa, ia turun lalu melihat sekeliling. Tak ada bengkel mobil, yang ada hanya warung kecil dan warung bakso. Dari kejauhan,Tara yang sedang mengendarai motornya melihat Dena yang berdiri di dekat mobilnya dengan bingung. Ia segera mendekat. “Dena,” sapanya. Wanita itu berjengkit kaget, ia menoleh cepat ke arah sumber suara. Tanpa menjawab apa-apa, Dena terus menghubungi papan

  • Aku istrimu suamiku   Canggung

    Tara menatap Ibnu haru, putranya sudah di sunat dan tak menangis. Sebagai seorang Ayah, ia merasa bangga bisa mengantarkan putranya melalukan kewajiban untuk seorang laki-laki. Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar, sosok Kanti datang. Ia menyapa Tara hanya dengan senyum tipis, wanita itu datang bersama suaminya. "Ibnu," sapa Kanti sambil berjalan mendekat. Ibnu tersenyum, meraih tangan Kanti lalu ia cium. "Selamat ya, 'nak, udah besar sekarang, udah sunat," ujarnya sambil mencium kedua pipi Ibnu. "Nu," sapa ayah sambungnya yang ia panggil bapak. "Selamat, ya," lanjutnya. "Iya, Pak," jawab Ibnu. Kanti menatap suaminya, pria itu mengangguk. "Tara, bisa kita bicara berdua di depan. Tapi... saya mohon maaf, kalau ajudan saya ada yang jaga di depan, tidak masalah, 'kan?" Ajudan? Suami Kanti bahkan membawa ajudannya yang bertugas mengawal. Tara merasa malu, ia sungguh tak ada apa-apanya dengan pria di hadapannya itu. "Ya, nggak masalah. Mari," ajaknya sambil berjalan keluar dari kamar

  • Aku istrimu suamiku   Berhenti berharap

    Tara terus duduk termenung di meja kerjanya, bahkan sampai detik ini, jabatannya pun tak kembali seperti semula. Ia masih menjadi bawahan Bima--suami Tya. Tara galau, semua ucapan Dena benar-benar membuat tak bisa bergerak untuk mencoba dekat dengan sang mantan istri. Bagaimana jika memang pernikahan itu terjadi dan posisinya, Dena menjadi adik iparnya. Terlalu rumit, tapi terlihat jika Argi bersungguh-sungguh.Ketukan pada meja membuat Tara tersadar, Bima menarik kursi di hadapan Tara lalu duduk berhadapan dengannya. "Ada apa? Lo dari pagi terus bengong kayak gini?"Tara tersenyum tipis, "nggak papa. Ada apa, Bim. Apa ada yang harus gue siapin lagi? Permintaan lo untuk data pegawai kontrak, udah gue siapin, buat apa memangnya?""Lo kenapa? Nggak jawab pertanyaan gue. Dena mau nikah sama Adek lo? Itu bener?" Pertanyaan Bima membuat Tara menatap ke arah pria itu lalu menganggukkan kepala. "Yaudah lah... bukan jodoh lo emang, lo nggak perlu pusing atau merasa nggak nyaman. Argi dan Dena

DMCA.com Protection Status