Beranda / Urban / Aku istrimu suamiku / Petir di siang bolong

Share

Petir di siang bolong

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-10 17:16:06

Canda tawa menghiasi suasana di dalam kamar tidur Dena dan Argi, tepat hari itu usia Ariq genap enam bulan. Ariq sangat senang bercanda dengan Adim, tak henti terus tertawa. Ia tergelak saat Adim terus menciumi pipi juga lekuk leher. Tangan mungilnya juga memukul-mukul kepala Adim yang membuat pria itu semakin gencar menggelitik.

Dena yang ikut merebahkan tubuh di ranjang, tersenyum bahagia melihat suami dan anaknya begitu bahagia tergelak.

Adim menggulingkan badannya ke samping kanan, menoleh ke Dena yang sudah memiringkan tubuh untuk memberikan ASI ke Ariq yang sudah mengantuk.

"Kamu capek, ya, Dena. Seharian kerja, pulang tetap urus kebutuhan aku sama Ariq." Jemari tangan Adim menyelipkan helai rambut Dena kebelakang telinga wanita itu.

"Nggak, kok, Mas, udah kewajiban aku, 'kan." Dena mengusap kepala Adim begitu lembut, kedua mata pria itu terpejam, senyumnya juga begitu lebar.

"Aku mau olahraga, supaya bugar," ucap Adim. "Udah lama nggak work out," lanjutnya sambil duduk lalu me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku istrimu suamiku   Pindahan

    Dena mengabaikan ucapan Tara, rasanya ia malah takut dengan sikap juga perkataan mantan suaminya itu. Sesal sudah melekat pada tubuh Tara, ia pun hanya bisa menatap Dena yang kembali mengendarai sepeda motor menuju ke arah rumah.Kebetulan Tara baru saja diminta Bima antar dokumen ke salah satu staf penting kantor, rumahnya satu komplek dengan tempat tinggal Dena. Pertemuan tak sengaja itu, membuat Tara kembali melihat sang mantan istri. Ia menundukkan kepala, hanya senyum tipis yang tersungging karena bisa menatap Dena walau sejenak.Tiba di rumah, Dena mendapati Adim sedang memangku Ariq yang menggigit biskuit bayi. Raut wajah Dena membuat Adim curiga, ia beranjak sambil menggendong Ariq, berjalan ke dalam kamar mereka."Kamu kenapa? Pulang-pulang BT gitu mukanya?" Adim membersihkan bibir Ariq dari remahan biskuit bayi."Aku ketemu Tara." jawab Dena kesal. Ia melepaskan hijabnya, lalu berbalik badan menatap Tara lekat. "Lama-lama aku nggak tenang kalau tanpa sengaja masih ketemu dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Aku istrimu suamiku   Bukan sekedar mimpi buruk

    Tahun berganti, usia Ariq sudah menginjak satu setengah tahun. Terik matahari, tak mengurungkan Dena untuk melanjutkan kegiatannya, ia berjalan menggandeng tangan Ariq yang menggenggam erat dirinya. Dena menoleh ke putranya yang tersenyum menatap ke sekitar. "Sedikit lagi kita sampai, Ariq," ucapnya pelan. Mereka terus berjalan, tak butuh waktu lama, mereka tiba ditujuan. Ariq meletakkan benda yang sejak tadi di pegang tangan kanannya. "Sini, sama Bunda, kita ucap salam ke Ayah." Dena memangku Ariq. "Assalamualaikum, Ayah, Ariq datang lagi," lirihnya dengan suara bergetar. Dena mengusap papan nisan yang masih jelas bertuliskan nama Adim di sana. "Mas... kami datang lagi," lanjutnya dengan derai air mata. Ariq menoleh, menatap wajah Dena lalu menyandarkan kepala pada dada Dena. Dena menunduk, memeluk Ariq sambil kembali menangis tersedu-sedu. Adim meninggal, dua minggu lalu, tepatnya satu hari setelah Dena ulang tahun karena bencana angin besar yang mengacak-ngacak perkebunan saat Ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Aku istrimu suamiku   Kembali bertatapan

    "Dena, lo nggak bisa ada dilingkaran ketakutan karena Tara. Dia udah mantan, jadi yaudah lo cuekin aja," ujar Tya."Iya, Dena. Lo nggak perlu mikir kalau Tara bakal dekat atau kejar lo lagi. Lo aja udah tutup hati nggak akan buka hati, 'kan? Cuma mendiang Pak Adim yang akan ada dihati lo?" sambung Karin.Tak hanya Tya dan Karin, bahkan Loli dan Prita juga memberikan semangat untuk Dena supaya tak merasa seperti diteror Adim. Kelima wanita itu sedang bertemu, kegiatan dua minggu sekali itu rutin dilalukan semenjak Dena ditinggal Adim. Mereka tak mau Dena merasa sendirian, istri mana yang sanggup kuat berdiri sendiri setelah ditinggal suami pergi untuk selamanya dengan anak yang masih balita."Gue kayak harus jaga diri dari Tara, karena terakhir tiap ketemu, dia selalu bilang 'maaf' dan 'gak bisa lupain gue', ngeri, 'kan?" tukas Dena kemudian menghela napas panjang."Itu ketakutan lo aja, lo paranoid jadinya, Den. Hal itu nggak bagus karena batasin aktifitas lo di luar rumah." Prita dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Aku istrimu suamiku   Kenekatan Argi

    Argi sudah kembali bekerja di negara tetangga, melaksanakan pekerjaan seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada hal mengganjal yang membuat ia gundah, namun mulai saat itu, ia merasakan jika ada niatan lain Tara yang coba mendekati Dena. Argi jelas tak setuju, cerita masa lalu Dena dengan Kakaknya, bahkan masih membuat Argi muak tetapi, ia hanya bisa berdoa juga berharap, semoga Dena tidak menanggapi Tara.Di tanah air, Dena yang sedang belanja bahan untuk konveksinya di pasar kain Tanah Abang, dikejutkan dengan sosok Tara yang juga sedang ada di sana, namun ia tak sendiri. Ia bersama beberapa rekan kantor, kebetulan jam makan siang dan kantor Tara memang dekat dengan lokasi itu.Dena memalingkan wajah, ia berjalan kembali menuju ke tempat makan langganannya. Tara segera beranjak, ia yang masih terlihat gagah dengan seragam kerjanya, berjalan cepat mengejar Dena."Dena," sapanya. Dena berbalik badan, hanya membalas tatapan tanpa bicara. "Kamu sendirian?" lanjutnya."Enggak. Sama asisten,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Aku istrimu suamiku   Panas membara

    Keduanya masih saling menatap--Argi dan Dena--tanpa bicara, hingga suara Ariq memecah kesunyian diantara mereka. "Bunda, Om Argi, ini... Ariq nggak habis makan burgernya, tolongin." Dena menoleh ke Ariq yang tepi mulutnya belepotan saos tomat. Dena meriah tisu, segera membersihkan lalu mengajak ke tempat cuci tangan tanpa pamit ke Argi.Kepala pria ia menoleh ke arah lain, ia merasa sudah gila dengan mengajak kakak iparnya sendiri menikah. Keluarga belum ada yang tau, bagaimana reaksi kedua orang tua Dena hingga bapak? Argi mengusap wajahnya dengan begitu risau, helanaan napas panjang juga ia hembuskan, terasa salah, tapi juga tepat jika Dena setuju menikah dengannya.Acara ulang tahun selesai, anak-anak diberi bingkisan tambahan, raut wajah Ariq begitu sumringah. Dena pamitan kepada orang tua Dio, pun Argi yang memang memperkenalkan diri sebagai adik ipar Dena. Semua tampak santai, tak ada yang mencibir."Bun, Om Argi pulang bareng kita?" Ariq mendongak, menatap Dena sambil berjalan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Aku istrimu suamiku   Tak akan menyerah

    "Kalian gila? Kalian ipar?!" protes papa saat mendengar niatan Argi menikahi Dena. Argi tertunduk, ia hanya bisa meremas kedua tangannya, sudah menjelaskan juga duduk perkara yang membuat ide gila itu tercetus. “Turun ranjang? Gi, jangan aneh-aneh kamu. Masalah Dena dan Kakakmu bisa dibicarakan baik-baik,” sambung bapak. Helaan napas panjang terlihat dari Argi, ia lalu menatap kedua pria yang merupakan, dua sosok yang sangat dihormati. “Pa, Bapak…, Argi tadi sudah jelaskan alasannya apa. Mas Tara mau dekat dengan Mbak Dena, dan Argi nggak suka, Argi nggak setuju. Bukan karena Argi cemburu, Argi cuma nggak mau perempuan sebaik Mbak Dena kembali bersama dengan Mas Tara. Kita semua tau Mas Tara seperti apa. Dia menyesal…, memang, tapi sifat asli Mas Tara pasti masih ada dan… Mbak Dena juga takut dengan Mas Tara. Bapak… Argi minta maaf kalau kesannya membenci Kakak kandung sendiri. Argi nggak berniat begitu. Hal ini karena Argi…, Argi–”“Apa, Gi?” kini Mama ikut menimpali. Argi menarik

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Aku istrimu suamiku   Getar hati

    "Kita berempat nggak salah denger, Dena? Lo terima ajakan nikah Argi? Sedangkan dia ipar lo sendiri?!" Tya marah-marah. Karin, Loli dan Prita menatap lurus ke arah Dena yang mengangguk."Kalian tau, 'kan, Tara berniat deketin gue lagi, dan gue nggak mau," sanggaj Dena."Ya... tapi, Den, kenapa lo iyakan ajakan nikah Argi? Ya walaupun Saski yang minta, tapi nggak masum akal buat gue pribadi. Ini tuh pernikahan, Dena. Jatuhnya lo udah tiga kali nikah dengan orang yang berbeda. Elo, ya ampun... Den ...." Tya tak bisa berkata-kata lagi.Saat Karin hendak bicara, suara Tara terdengar di belakang mereka, mendadak pria itu muncul saat mereka menghabiskan waktu akhir pekan di kafe tempat mereka biasa bertemu.Tara menyapa, ia tak sombong apalagi bersikap dingin. Tya, Karin, Loli dan Prita justru menatap sinis. Seperti drama televisi yang masuk pada episode menegangkan, ini lah momen itu."Mau apa?" tanya Tya, dokter cantik tapi galak hanya saat bertemu Tara."Apa kabar, semuanya. Saya ke sin

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Aku istrimu suamiku   Ketakutan Dena

    Dena menghapus air matanya, masih tersambung dengan Argi disebrang sana juga. Ia beranjak, berjalan ke arah mastafel untuk mencuci wajahnya sejenak. Argi meminta Dena jangan memutus sambungan teleponnya."Udah lebih tenang, Mbak?" tanya Argi dengan suara begitu lembut dan pelan."Iya, Gi," jawab Dena."Aku nggak akan larang Mbak Dena berbaik hati dengan Mas Tara, Mbak berhak untuk itu. Aku yakin kalau Mbak nggak akan mau kembali sama Kakakku itu, 'kan?" Dena tertawa pelan, membuat Argi juga menyunggingkan senyumannya di sana. "Ya... memang begitu, Gi. Kenangan pahit sama Tara nggak bisa aku lupain dan sangat membekas.""Dua bulan, maksimal, aku kasih kesempatan Mas Tara sadar kalau nggak ada harapan untuk kembali ke Mbak Dena. Mbak jangan khawatir hubunganku sama Kakakku itu ke depannya seperti apa. Kami akan baik-baik aja. Aku tau Mas Tara cuma penasaran, dan mau menghapus rasa sesalnya, tapi ya... kita berdua tau hal itu akan susah. Entah nanti siapa jodoh Mas Tara, yang pasti buka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22

Bab terbaru

  • Aku istrimu suamiku   Selesai di sini

    Apakah mereka sudah saling mencintai? Jawabannya, belum. Dena dan Argi menjalankan hak dan kewajiban, mereka juga sudah sah menjadi suami istri. Keduanya yakin, cinta akan datang seiring dengan waktu, tak perlu khawatir dengan hal itu. “Dena,” panggil Argi yang tak mendapati istrinya di dalam kamar saat ia baru selesai mandi besar setelah mereka bersetubuh. Argi duduk di tepi ranjang, masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi semalam dan hal itu membuat jantungnya berdebar begitu keras. Ia meraba dadanya, lalu menatap ke foto Saski yang masih terpajang di kamarnya. “Kamu nggak marah, ‘kan, Sas?” lirihnya diakhiri tawa dan wajah berseri-seri. Argi beranjak setelah mendengar bel pintu kamar hotel. “Udah bangun?” tanya Dena sambil membawa dua bungkus yang dari wanginya menggugah selera Argi yang lapar. “Kamu ke mana?” Ia mengekor Dena yang meletakkan bungkusan itu di atas meja. “Beli sarapan. Nggak sengaja sebenarnya, karena mau ke tempat Ariq, ternyata mereka udah ke Legoland

  • Aku istrimu suamiku   Kencan dan malam pertama

    Argi menepati janji, hari jumat sore pukul 4.30 waktu KL, mereka berangkat ke Johor, menuju Legoland. Argi meminta Dena memesan hotel untuk menginap dua malam di sana, tak lupa ia mengajak Dena dan Ariq membeli beberapa pakaian baru juga di salah satu mal yang ada di KL. Satu koper ukuran besar menjadi pilihan Dena untuk mengemas pakaian mereka bertiga. Perjalanan yang akan memakan waktu tempat kurang lebih empat jam, ia siapkan sedemikian rupa juga dengan membawa makanan dan beberapa minuman. “Riq, kamu tidur aja kalau ngantuk, ya,” ucap Argi sambil menoleh ke arah belakang sebelum kembali menatap jalan bebas hambatan. “Iya, Pa,” jawabnya. Ariq tampak senang, pun Dena yang kali pertama plesir ke negara orang yang tak asing baginya karena suasana mirip dengan tanah air juga. “Betah tinggal di sini nggak kira-kira?” Argi membuka percakapan setelah mereka menempuh perjalanan satu jam. “Lumayan, aku masih haru keliling dan pingin tau transportasi umumnya. Nggak mau naik taksi atau re

  • Aku istrimu suamiku   Hati yang besar

    Dena tiba di Kuala lumpur, Malaysia siang hari pukul satu. Ia dan Ariq duduk di lobi menunggu Argi menjemput. Hanya satu koper yang Dena bawa, ia memang bukan tipikal perempuan yang suka membawa banyak barang saat pergi yang menginap hingga beberapa hari. Ia lebih senang mencuci bajunya, cukup bawa baju seperlunya yang nanti di mix and match sendiri. Ariq menikmati burger yang Dena baru saja belikan sambil menunggu Argi menjemput. Kala itu, Ariq dan Dena kompak memakai warna baju senada, atasan putih dan celana jeans, juga sepatu kets warna hitam. Karena Dena memakai hijab, ia memilih kemeja putih dua ukuran lebih besar darinya supaya tak ketat membentuk lekuk tubuhnya. Bibirnya juga hanya ia olesi lipstik warna pink natural begitu tipis, hijab warna krem semakin membuat wajahnya bersinar. “Bun, kita di sini satu minggu? Itu lama, ya, Bun?” Ariq kembali menggigit burgernya setelah bicara.“Sebentar, kok. Kenapa? Ariq nggak mau lama-lama di sini?” Dena merapikan tatanan rambut putran

  • Aku istrimu suamiku   Demi kebahagiaan Ariq

    Syifa dan Tara duduk di teras rumah orang tua mereka. Sekarang, hanya tinggal Tara yang tinggal di rumah itu karena bapak meminta Argi baiknya keluar dari rumah setelah menikah dengan Dena. Lagi pula Argi di kuala lumpur dan jarang pulang, jadi baiknya saat Argi sedang di Jakarta, tinggal bersama Dena di rumah orang tua Dena. Meminimalisir resiko keributan juga rasa canggung karena Argi dan Dena sudah menikah. “Menikah lah lagi, Tara. Kakak nggak mau lihat kamu kayak gini,” tutur Syifa yang direspon tawa sinis Tara. “Kak Syifa, nggak semudah itu juga. Tara masih harus cerna semua ini. Merasa dicurangi adik sendiri itu nggak enak. Sakit hati.” ketusnya dengan tatapan dingin. “Gimana juga kalian saudara kandung, akan seperti itu sepanjang usia. Kamu harusnya pahami dan lihat hal ini wajar karena kita juga yang salah, kan? Kak Syifa ambil andil rusaknya hubungan kamu dan Dena di masa lalu.” Syifa menundukkan kepala. Tara beranjak, ia meninggalkan Syifa seorang diri di teras. Membuka

  • Aku istrimu suamiku   Bukan malam pertama

    Hati Dena tak karuan, ia dan Argi saling menatap. Suaminya tersenyum begitu manis lalu berbisik lagi di telinga Dena saat keduanya duduk bersisian di restoran yang dipesan Argi untuk acara syukuran sederhana pernikahan mereka. “Semua akan aman dan baik-baik aja, Mbak Dena. Aku udah selamatkan kamu dari Mas Tara.” Argi memundurkan wajahnya, Dena tersenyum begitu tipis. Masih seperti mimpi yang aneh, karena mereka berdua kini pasangan suami istri. Pintu restoran terbuka, muncul Tara sambil membawa buket bunga. Tak ada senyuman, yang ada tatapan tajam menusuk dengan kemarahan yang membuat Dena segera menggenggam jemari tangan Argi di bawah meja. Argi menoleh, ia merasakan dinginnya jemari Dena. Kedua mata Argi juga menatap genggaman erat pada tangannya. Ia menatap Tara yang semakin berjalan mendekat lalu memberikan buket bunga mawar putih. “Selamat atas pernikahan kalian… adik ipar,” ucapnya dengan nada begitu dingin. Dena mencoba untuk tersenyum, walau ketakutan juga ragu terpancar pa

  • Aku istrimu suamiku   Sesal mendalam

    Tak kunjung berakhir rasa sesal yang dirasakan Tara, ia kini duduk sendirian di depan makam ibundanya. Wajahnya tampak gusar karena sejak tiba, ia terus merasakan hatinya sakit jika memikirkan Dena yang terang-terangan menolaknya. “Bu, Tara sekarang diambang kebimbangan. Argi mau menikah dengan Dena. Tara mau memperbaiki hubungan dengan Dena tapi… dia sama sekali nggak mau kasih kesempatan sedikit pun. Tara sendirian, dijauhkan dari orang yang Tara sayang bahkan Ibnu juga tinggal dengan Kanti dan suaminya sekarang.” Tara memainkan rerumputan yang menutupi gundukan tanah makam. Jarinya mencabuti pucuk rumput dengan pelan, layaknya anak kecil yang bermain atas lapangan penuh rerumputan. Gelapnya malam tak membuat ia ingin lekas beranjak, ia masih betah di sana walau tak lagi bicara. Fokusnya kini, bagaimana ia menata hati juga menghadapi pernikahan Dena dengan Argi. Tak kan mudah ia mengontrol semuanya. Tara seperti tenggelam dengan rasa sesal mendalam. Di lain tempat, Argi tampak bar

  • Aku istrimu suamiku   Mobil mogok

    Dena baru saja kembali dari lokasi pameran yang ia ikuti, langkah kakinya begitu santai melenggang menuju ke parkiran mobil. Jam juga sudah menunjukkan pukul empat sore, lokasi pameran tutup pukul lima. Dena menyerahkan kepada dua stafnya untuk membereskan stand mereka, masih ada dua hari ke depan ikut tetap berada di sana. Ia mengarahkan mobil ke mana lagi kalau bukan rumah. Namun, saat ditengah jalan, mendadak mobilnya mengalami kendala, mendadak mati mesin. Buru-buru ia mematikan AC, lalu menepi. Dena mencoba kembali menstarter mobil hingga berulang kali tapi tetap saja tak mau menyala. Tak tau harus berbuat apa, ia turun lalu melihat sekeliling. Tak ada bengkel mobil, yang ada hanya warung kecil dan warung bakso. Dari kejauhan,Tara yang sedang mengendarai motornya melihat Dena yang berdiri di dekat mobilnya dengan bingung. Ia segera mendekat. “Dena,” sapanya. Wanita itu berjengkit kaget, ia menoleh cepat ke arah sumber suara. Tanpa menjawab apa-apa, Dena terus menghubungi papan

  • Aku istrimu suamiku   Canggung

    Tara menatap Ibnu haru, putranya sudah di sunat dan tak menangis. Sebagai seorang Ayah, ia merasa bangga bisa mengantarkan putranya melalukan kewajiban untuk seorang laki-laki. Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar, sosok Kanti datang. Ia menyapa Tara hanya dengan senyum tipis, wanita itu datang bersama suaminya. "Ibnu," sapa Kanti sambil berjalan mendekat. Ibnu tersenyum, meraih tangan Kanti lalu ia cium. "Selamat ya, 'nak, udah besar sekarang, udah sunat," ujarnya sambil mencium kedua pipi Ibnu. "Nu," sapa ayah sambungnya yang ia panggil bapak. "Selamat, ya," lanjutnya. "Iya, Pak," jawab Ibnu. Kanti menatap suaminya, pria itu mengangguk. "Tara, bisa kita bicara berdua di depan. Tapi... saya mohon maaf, kalau ajudan saya ada yang jaga di depan, tidak masalah, 'kan?" Ajudan? Suami Kanti bahkan membawa ajudannya yang bertugas mengawal. Tara merasa malu, ia sungguh tak ada apa-apanya dengan pria di hadapannya itu. "Ya, nggak masalah. Mari," ajaknya sambil berjalan keluar dari kamar

  • Aku istrimu suamiku   Berhenti berharap

    Tara terus duduk termenung di meja kerjanya, bahkan sampai detik ini, jabatannya pun tak kembali seperti semula. Ia masih menjadi bawahan Bima--suami Tya. Tara galau, semua ucapan Dena benar-benar membuat tak bisa bergerak untuk mencoba dekat dengan sang mantan istri. Bagaimana jika memang pernikahan itu terjadi dan posisinya, Dena menjadi adik iparnya. Terlalu rumit, tapi terlihat jika Argi bersungguh-sungguh.Ketukan pada meja membuat Tara tersadar, Bima menarik kursi di hadapan Tara lalu duduk berhadapan dengannya. "Ada apa? Lo dari pagi terus bengong kayak gini?"Tara tersenyum tipis, "nggak papa. Ada apa, Bim. Apa ada yang harus gue siapin lagi? Permintaan lo untuk data pegawai kontrak, udah gue siapin, buat apa memangnya?""Lo kenapa? Nggak jawab pertanyaan gue. Dena mau nikah sama Adek lo? Itu bener?" Pertanyaan Bima membuat Tara menatap ke arah pria itu lalu menganggukkan kepala. "Yaudah lah... bukan jodoh lo emang, lo nggak perlu pusing atau merasa nggak nyaman. Argi dan Dena

DMCA.com Protection Status