Share

Nggak mau tau

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-21 14:06:35

Adim dan Dena sudah berada di kamar pengantin, sebenarnya kamar Dena, dan karena ulah mama, jadilah kamar itu dihias sedemikian rupa khas kamar pengantin baru. Nuansa marun memenuhi kamar itu, dengan banyak bunga mawar putih menghiasi beberapa sudut kamar dengan vas bunga cantik pilihan mama juga. 

Dena menghela napas, ia lelah, langkah kakinya gontai berjalan ke arah lemari pakaian, tas koper Adim sudah ada di kamar itu, tapi belum dirapikan Dena untuk ia tata di lemarinya. 

Tak terpikirkan olehnya ia akan menempati kamarnya bersama laki-laki lain yang menjadi suaminya. Dena sudah mandi dan berganti pakaian dengan piyama motif salur warna pink, juga kerudung warna pink. Adim sedang mandi, Dena memutuskan mengeluarkan pakaian suaminya yang ia akan pindahkan ke dalam lemari. 

Dena terkejut, karena tak ada piyama tidur, ia mencari pakaian tidur untuk Adim, yang ada hanya celana pendek dan kaos polos berwarna monokrom, bahkan Dena membuka koper lainn

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku istrimu suamiku   Pergi berdua

    Dena menarik hidung Adim yang masih terpejam di sebelahnya. Ia tersenyum, cukup malu jika mengingat apa yang mereka lakukan semalam. "Mas, bangun, ayo mandi," ajak Dena sembari beranjak pelan. Adim membuka matanya, tersenyum sejenak lalu mengangguk."Udah jam empat subuh, sebentar aku isi air baknya pakai air hangat, ya," ujar Dena yang beranjak dari ranjang. Ia sudah memakai baju tidurnya lagi, pun Adim yang memakai kaos dan celana pendek. Adim menarik Dena sehingga istrinya kembali duduk. Ia tersenyum walau matanya masih menyipit karena mengantuk."Apa?" tanya Dena mendekat ke wajah suaminya itu."Tara bodoh, dia udah lepas kamu. Sumpah." Lalu Adim menciumi gemas pipi Dena yang tersenyum sambil memeluk leher Adim.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Aku istrimu suamiku   Bukan bulan madu

    "Kita ke pantai, Mas Adim?!" Raut wajah Dena begitu menyiratkan rasa bahagia. Ia sudah lama yang ke pantai, menginjakkan kaki di pasir juga menyentuh air laut, hadiah Adim itu membuat Dena terus-terusan memekik senang. Adim ikut tersenyum saat melihat senyuman istrinya yang mengembang sempurna, membuat hatinya menghangat juga mengucap syukur begitu banyak. Padahal ini termasuk hal sepele, tetapi mampu membuat istrinya begitu bahagia.Keduanya turun dari dalam mobil, berjalan berdua menuju ke pantai, waktu check in masih satu jam lagi, tepat pukul dua belas siang. "Kepanasan nggak mau mantai jam segini," tegur Adim sembari merangkul bahu istrinya, tangan satunya ia masukkan ke saku celananya."Sebentar doang, Mas," rengek Dena. "Aku udah lama nggak pantai, lihat laut, tolong ngertiin," tukas Dena seraya tersenyum.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Aku istrimu suamiku   Dena terkejut

    "D-dena?" gugup Beny, Dena mengangguk. Ia lalu berjalan semakin dekat."M-mas," panggil wanita cantik, mulus dan seksi yang berdiri di sebelah Beny."Kamu ke kamar duluan, aku harus bicara dengan Dena sebentar," ucapnya. Wanita itu menerima kunci kamar berbentuk kartu lalu berjalan ke arah lift.Dena menaikkan sebelah alisnya, ingin mendapatkan penjelasan. Beny menunduk sembari menghela napas."Dia ... istri muda ku, Dena," jawab Beny."Hah! Mas Beny!" pekik Dena."Tolong jangan cerita ke Sofia atau siapa pun, aku ... memang mau menceraikan Sofia. Aku capek, dia...""Mas..., Dena nggak mau dengar masalah rumah tangga kalian. Dena juga sudah bukan bagian keluarga, kan? Tapi... Mas Beny apa nggak mikir perasaan anak kalian?" Dena mengingat keponakannya yang dekat dengannya."Justru karena dia aku begini, De

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Aku istrimu suamiku   Calon cucu

    Bulan berganti, kehidupan berjalan normal. Kanti duduk di sofa ruang TV, perutnya sudah tampak semakin besar, Tara yang duduk di sebelahnya hanya fokus pada artikel online yang sedang serius ia baca."Tara, aku mau lahiran secar nanti, ya." Kanti meraih telapak tangan Tara, ia tempelkan di perutnya."Kenapa nggak normal?" Tara menatap Kanti."Takut nyeri," jawabnya santai sambil terkekeh. Ibu yang berjalan dari arah dapur sambil membawa nampan berisi susu hamil untuk Kanti ikut berkomentar."Normal aja, Kanti, perempuan udah wayahnya lahiran normal. Kalau nggak normal tuh, kayak belum sempurna jadi seorang Ibu," sambung ibu. Kantin hanya tersenyum sambil meminum susu."Butik kamu gimana? Banyak artis yang datang, ya?" Wajah ibu begitu bersemangat. Kanti mengangguk, ia meletakkan gelas berisi susu yang masih setengah ke atas meja."Iya, Bu. Makany

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Aku istrimu suamiku   Tak sengaja bertemu

    Dena merapikan hijab yang ia kenakan, sementara Adim duduk sambil menatap pantulan diri istrinya pada cermin."Kenapa lihatinnya gitu?" Tatapan Dena bertemu dengan sorot mata suaminya. Ia memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Adim."Udah buncit perutnya." Bibir Adim melengkungkan senyuman."Belum, Mas, baru masuk sebelas minggu. Nanti kalau dicek USG juga belum kelihatan jelas." Dena lalu berjalan ke lemari, mengambil tas yang akan ia bawa."Cewek kayaknya, nih," tukas Adim sembari beranjak, ia lalu mengusap perut Dena. Tangan Dena mengusap rambut lurus lebat suaminya."Cewek cowok sama aja, yang penting sehat, sempurna, selamat," ucapan Dena membuat Adim b

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Aku istrimu suamiku   Rengekkan

    Suara bayi begitu menangis kencang, membuat Tara yang baru terlelap sebentar harus bangun. Ia menoleh ke samping, Kanti pulas tertidur, mengabaikan tangis putranya yang tali pusarnya bahkan masih belum lepas.Decakan Tara tak berarti apa pun, seminggu sudah usia putra mereka, seminggu pula Tara harus bangun di tengah malam karena tangisan putranya yang haus. Ia berjalan ke box bayi, menatap wajah putranya yang memerah menangis kencang begitu kuat. Segera ia menggendong, mencoba menenangkan tapi tak kunjung reda tangisnya.Tara membawa keluar kamar, bayi bernama Ibnu itu masih menangis kencang. Pintu kamar orang tuanya terbuka, ibu terbangun, wajahnya begitu lelah karena membantu Kanti mencuci pakaian bayi, mereka tak pakai pembantu, karena Tara tak mampu membayar. Lho... kok bisa?

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Aku istrimu suamiku   Drama baru

    Yogyakarta.Pria dan wanita itu saling memeluk erat, keduanya menangis melepas rindu yang menggebu. "Jahat banget, ngilang nggak ada kabar," lirih Argi yang cengeng jika bersama Sera, kakak perempuan yang nomor tiga. Ia seorang polisi wanita, ditempatkan jauh dari kota, karena ia bertugas menjaga perbatasan. Satu-satunya wanita yang berani dalam mengambil resiko dalam pekerjaannya."Maaf, Gi, tau sendiri Kakak di daerah rawan konflik, tapi sekarang, nggak lagi, Kakak dipindahin ke sini, kita jadi bisa bareng," ucap Sera sembari menangkup wajah Argi yang sudah belerka. Terakhir Sera bertemu juga komunikasi, hampir tiga tahun lalu, bahkan saat pernikahan Tara dan Dena, ia tak hadir karena baru berangkat."Kakak mau sekolah lagi, kali ini mau coba untuk ikut tes bua

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Aku istrimu suamiku   Bukan urusan

    Tara dan Syifa kompak menyeka tubuh ibunya yang baru saja sadar setelah dua hari tak sadarkan diri, tapi masih tak bisa bergerak, sebelah kanan tubuhnya yang terkena stroke, dokter pun bilang, karena usia ibu sudah enam puluh tahunan, akan susah untuk kembali beraktifitas normal dan terapi jadi jalan satu-satunya selain obat penunjang. Kedua mata ibu terbuka, menatap bergantian dua anaknya itu. Bibir ibu masih terkatup, tak bisa bicara, butuh waktu untuk bisa kembali bicara tapi lagi-lagi, perlahan.Tangan Syifa diremas ibu dengan tangan kirinya. "Ibu cari siapa? Bapak?" tanya Syifa. Ibu mengangguk."Bapak sama Ibnu, Bu," jawab Tara. Ibu lalu menangis. Syifa akhirnya paham, ia meminta Tara yang berada di rumah sakit bersama Ibnu, dan bapak di sini bersama Syifa yang cuti kerja demi merawat ibunya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26

Bab terbaru

  • Aku istrimu suamiku   Selesai di sini

    Apakah mereka sudah saling mencintai? Jawabannya, belum. Dena dan Argi menjalankan hak dan kewajiban, mereka juga sudah sah menjadi suami istri. Keduanya yakin, cinta akan datang seiring dengan waktu, tak perlu khawatir dengan hal itu. “Dena,” panggil Argi yang tak mendapati istrinya di dalam kamar saat ia baru selesai mandi besar setelah mereka bersetubuh. Argi duduk di tepi ranjang, masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi semalam dan hal itu membuat jantungnya berdebar begitu keras. Ia meraba dadanya, lalu menatap ke foto Saski yang masih terpajang di kamarnya. “Kamu nggak marah, ‘kan, Sas?” lirihnya diakhiri tawa dan wajah berseri-seri. Argi beranjak setelah mendengar bel pintu kamar hotel. “Udah bangun?” tanya Dena sambil membawa dua bungkus yang dari wanginya menggugah selera Argi yang lapar. “Kamu ke mana?” Ia mengekor Dena yang meletakkan bungkusan itu di atas meja. “Beli sarapan. Nggak sengaja sebenarnya, karena mau ke tempat Ariq, ternyata mereka udah ke Legoland

  • Aku istrimu suamiku   Kencan dan malam pertama

    Argi menepati janji, hari jumat sore pukul 4.30 waktu KL, mereka berangkat ke Johor, menuju Legoland. Argi meminta Dena memesan hotel untuk menginap dua malam di sana, tak lupa ia mengajak Dena dan Ariq membeli beberapa pakaian baru juga di salah satu mal yang ada di KL. Satu koper ukuran besar menjadi pilihan Dena untuk mengemas pakaian mereka bertiga. Perjalanan yang akan memakan waktu tempat kurang lebih empat jam, ia siapkan sedemikian rupa juga dengan membawa makanan dan beberapa minuman. “Riq, kamu tidur aja kalau ngantuk, ya,” ucap Argi sambil menoleh ke arah belakang sebelum kembali menatap jalan bebas hambatan. “Iya, Pa,” jawabnya. Ariq tampak senang, pun Dena yang kali pertama plesir ke negara orang yang tak asing baginya karena suasana mirip dengan tanah air juga. “Betah tinggal di sini nggak kira-kira?” Argi membuka percakapan setelah mereka menempuh perjalanan satu jam. “Lumayan, aku masih haru keliling dan pingin tau transportasi umumnya. Nggak mau naik taksi atau re

  • Aku istrimu suamiku   Hati yang besar

    Dena tiba di Kuala lumpur, Malaysia siang hari pukul satu. Ia dan Ariq duduk di lobi menunggu Argi menjemput. Hanya satu koper yang Dena bawa, ia memang bukan tipikal perempuan yang suka membawa banyak barang saat pergi yang menginap hingga beberapa hari. Ia lebih senang mencuci bajunya, cukup bawa baju seperlunya yang nanti di mix and match sendiri. Ariq menikmati burger yang Dena baru saja belikan sambil menunggu Argi menjemput. Kala itu, Ariq dan Dena kompak memakai warna baju senada, atasan putih dan celana jeans, juga sepatu kets warna hitam. Karena Dena memakai hijab, ia memilih kemeja putih dua ukuran lebih besar darinya supaya tak ketat membentuk lekuk tubuhnya. Bibirnya juga hanya ia olesi lipstik warna pink natural begitu tipis, hijab warna krem semakin membuat wajahnya bersinar. “Bun, kita di sini satu minggu? Itu lama, ya, Bun?” Ariq kembali menggigit burgernya setelah bicara.“Sebentar, kok. Kenapa? Ariq nggak mau lama-lama di sini?” Dena merapikan tatanan rambut putran

  • Aku istrimu suamiku   Demi kebahagiaan Ariq

    Syifa dan Tara duduk di teras rumah orang tua mereka. Sekarang, hanya tinggal Tara yang tinggal di rumah itu karena bapak meminta Argi baiknya keluar dari rumah setelah menikah dengan Dena. Lagi pula Argi di kuala lumpur dan jarang pulang, jadi baiknya saat Argi sedang di Jakarta, tinggal bersama Dena di rumah orang tua Dena. Meminimalisir resiko keributan juga rasa canggung karena Argi dan Dena sudah menikah. “Menikah lah lagi, Tara. Kakak nggak mau lihat kamu kayak gini,” tutur Syifa yang direspon tawa sinis Tara. “Kak Syifa, nggak semudah itu juga. Tara masih harus cerna semua ini. Merasa dicurangi adik sendiri itu nggak enak. Sakit hati.” ketusnya dengan tatapan dingin. “Gimana juga kalian saudara kandung, akan seperti itu sepanjang usia. Kamu harusnya pahami dan lihat hal ini wajar karena kita juga yang salah, kan? Kak Syifa ambil andil rusaknya hubungan kamu dan Dena di masa lalu.” Syifa menundukkan kepala. Tara beranjak, ia meninggalkan Syifa seorang diri di teras. Membuka

  • Aku istrimu suamiku   Bukan malam pertama

    Hati Dena tak karuan, ia dan Argi saling menatap. Suaminya tersenyum begitu manis lalu berbisik lagi di telinga Dena saat keduanya duduk bersisian di restoran yang dipesan Argi untuk acara syukuran sederhana pernikahan mereka. “Semua akan aman dan baik-baik aja, Mbak Dena. Aku udah selamatkan kamu dari Mas Tara.” Argi memundurkan wajahnya, Dena tersenyum begitu tipis. Masih seperti mimpi yang aneh, karena mereka berdua kini pasangan suami istri. Pintu restoran terbuka, muncul Tara sambil membawa buket bunga. Tak ada senyuman, yang ada tatapan tajam menusuk dengan kemarahan yang membuat Dena segera menggenggam jemari tangan Argi di bawah meja. Argi menoleh, ia merasakan dinginnya jemari Dena. Kedua mata Argi juga menatap genggaman erat pada tangannya. Ia menatap Tara yang semakin berjalan mendekat lalu memberikan buket bunga mawar putih. “Selamat atas pernikahan kalian… adik ipar,” ucapnya dengan nada begitu dingin. Dena mencoba untuk tersenyum, walau ketakutan juga ragu terpancar pa

  • Aku istrimu suamiku   Sesal mendalam

    Tak kunjung berakhir rasa sesal yang dirasakan Tara, ia kini duduk sendirian di depan makam ibundanya. Wajahnya tampak gusar karena sejak tiba, ia terus merasakan hatinya sakit jika memikirkan Dena yang terang-terangan menolaknya. “Bu, Tara sekarang diambang kebimbangan. Argi mau menikah dengan Dena. Tara mau memperbaiki hubungan dengan Dena tapi… dia sama sekali nggak mau kasih kesempatan sedikit pun. Tara sendirian, dijauhkan dari orang yang Tara sayang bahkan Ibnu juga tinggal dengan Kanti dan suaminya sekarang.” Tara memainkan rerumputan yang menutupi gundukan tanah makam. Jarinya mencabuti pucuk rumput dengan pelan, layaknya anak kecil yang bermain atas lapangan penuh rerumputan. Gelapnya malam tak membuat ia ingin lekas beranjak, ia masih betah di sana walau tak lagi bicara. Fokusnya kini, bagaimana ia menata hati juga menghadapi pernikahan Dena dengan Argi. Tak kan mudah ia mengontrol semuanya. Tara seperti tenggelam dengan rasa sesal mendalam. Di lain tempat, Argi tampak bar

  • Aku istrimu suamiku   Mobil mogok

    Dena baru saja kembali dari lokasi pameran yang ia ikuti, langkah kakinya begitu santai melenggang menuju ke parkiran mobil. Jam juga sudah menunjukkan pukul empat sore, lokasi pameran tutup pukul lima. Dena menyerahkan kepada dua stafnya untuk membereskan stand mereka, masih ada dua hari ke depan ikut tetap berada di sana. Ia mengarahkan mobil ke mana lagi kalau bukan rumah. Namun, saat ditengah jalan, mendadak mobilnya mengalami kendala, mendadak mati mesin. Buru-buru ia mematikan AC, lalu menepi. Dena mencoba kembali menstarter mobil hingga berulang kali tapi tetap saja tak mau menyala. Tak tau harus berbuat apa, ia turun lalu melihat sekeliling. Tak ada bengkel mobil, yang ada hanya warung kecil dan warung bakso. Dari kejauhan,Tara yang sedang mengendarai motornya melihat Dena yang berdiri di dekat mobilnya dengan bingung. Ia segera mendekat. “Dena,” sapanya. Wanita itu berjengkit kaget, ia menoleh cepat ke arah sumber suara. Tanpa menjawab apa-apa, Dena terus menghubungi papan

  • Aku istrimu suamiku   Canggung

    Tara menatap Ibnu haru, putranya sudah di sunat dan tak menangis. Sebagai seorang Ayah, ia merasa bangga bisa mengantarkan putranya melalukan kewajiban untuk seorang laki-laki. Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar, sosok Kanti datang. Ia menyapa Tara hanya dengan senyum tipis, wanita itu datang bersama suaminya. "Ibnu," sapa Kanti sambil berjalan mendekat. Ibnu tersenyum, meraih tangan Kanti lalu ia cium. "Selamat ya, 'nak, udah besar sekarang, udah sunat," ujarnya sambil mencium kedua pipi Ibnu. "Nu," sapa ayah sambungnya yang ia panggil bapak. "Selamat, ya," lanjutnya. "Iya, Pak," jawab Ibnu. Kanti menatap suaminya, pria itu mengangguk. "Tara, bisa kita bicara berdua di depan. Tapi... saya mohon maaf, kalau ajudan saya ada yang jaga di depan, tidak masalah, 'kan?" Ajudan? Suami Kanti bahkan membawa ajudannya yang bertugas mengawal. Tara merasa malu, ia sungguh tak ada apa-apanya dengan pria di hadapannya itu. "Ya, nggak masalah. Mari," ajaknya sambil berjalan keluar dari kamar

  • Aku istrimu suamiku   Berhenti berharap

    Tara terus duduk termenung di meja kerjanya, bahkan sampai detik ini, jabatannya pun tak kembali seperti semula. Ia masih menjadi bawahan Bima--suami Tya. Tara galau, semua ucapan Dena benar-benar membuat tak bisa bergerak untuk mencoba dekat dengan sang mantan istri. Bagaimana jika memang pernikahan itu terjadi dan posisinya, Dena menjadi adik iparnya. Terlalu rumit, tapi terlihat jika Argi bersungguh-sungguh.Ketukan pada meja membuat Tara tersadar, Bima menarik kursi di hadapan Tara lalu duduk berhadapan dengannya. "Ada apa? Lo dari pagi terus bengong kayak gini?"Tara tersenyum tipis, "nggak papa. Ada apa, Bim. Apa ada yang harus gue siapin lagi? Permintaan lo untuk data pegawai kontrak, udah gue siapin, buat apa memangnya?""Lo kenapa? Nggak jawab pertanyaan gue. Dena mau nikah sama Adek lo? Itu bener?" Pertanyaan Bima membuat Tara menatap ke arah pria itu lalu menganggukkan kepala. "Yaudah lah... bukan jodoh lo emang, lo nggak perlu pusing atau merasa nggak nyaman. Argi dan Dena

DMCA.com Protection Status