Kegiatan ku setelah mengajar jika tidak ada perkuliahan atau libur semester adalah mengobrol dengan guru lain sebelum pulang ke rumah. Biasanya obrolan kami membahas tentang para siswa, topik yang sedang hangat di berita, atau bergosip layaknya seperti ibu – ibu biasa. Namun untuk masalah bergosip aku hanya mendengarkan karena topiknya terlalu dewasa bagi yang belum menikah seperti ku.
Kebiasaan kami sebelum berkumpul untuk mengobrol, kami akan memesan makanan terlebih dahulu ke ibu kantin sambil menunggu guru lain yang sedang membersihkan kelas. Kebetulan saat itu aku dan Bu Rika masih ada di kelas. Sebetulnya kelas Bu Rika sudah selesai dibersihkan hanya saja Bu Rika menunggu ku. Oh ya aku belum cerita, Bu Rika adalah kakak tingkat ku di kampus, dia satu kelas dengan Kak Ikmal. Di tempat kerja dia yang paling akrab dengan ku, mungkin karena kami sama – sama masih lajang.
“Bu Diza, kalau Ikmal ngedeketin ibu jangan diang
Sudah seminggu perkuliahan semester 3 dimulai dan sudah seminggu juga perkuliahan tanpa ada Dzaqi. Namun, hari itu ada yang berbeda. Aku yang baru masuk kelas karena terlambat kaget melihat sosok Dzaqi yang sedang duduk dibangku ke dua di ujung kanan.Ini halusinasi kah? Batin ku saat itu.Tapi ternyata itu sungguh Dzaqi bukan halusinasi ku. Aku bertanya pada Furi yang duduk disebelah ku.“Dia masih kuliah disini tapi cuman beberapa sks yang diambil.” jelas Furi saat itu.“Jadi maksudnya dia kuliah di dua tempat?”“Heueuh keren ya nanti gelarnya langsung dapat dua.”Aku tidak menanggapi ucapan Furi yang terakhir saking tidak tahu harus bersikap bagaimana. Aku senang tapi aku juga bingung. Entah bingung kenapa. Mungkin aku terlalu terkejut.***Beberapa bulan berlalu, masih tidak ada perubahan hubungan ku dan Dzaqi. Meskipun berpapasan pun kita tak pernah saling sapa ataupun senyum
Dunia ku runtuh, tidak, lebih tepatnya hati ku hancur berkeping - keping. Perkiraan ku benar dia semakin jauh, jauh untuk ku gapai. Baru saja aku masuk kelas, tiba – tiba mendapat kabar dari Furi kalau Dzaqi telah memiliki seorang pacar. Furi bahkan memperlihatkan photo pacarnya Dzaqi. Dia terlihat cukup cantik. Bahkan dia salah satu selebgram. Sangat berbeda dengan ku.Tanpa mengetahui perasaan ku, Furi terus memperlihatkan photo Dzaqi dengan pacarnya itu, sembari bercerita tentang kisah mereka. Kata Furi, pacarnya Dzaqi satu kelas dengan Dzaqi di kampusnya. Katanya juga, untuk pertama kalinya Dzaqi yang mendekati perempuan terlebih dahulu karena biasanya dia yang dikejar perempuan.“Kayaknya Dzaqi suka banget sama pacarnya yang sekarang” ujar Furi.Bagai ditusuk pisau tumpul tepat di jantung, sakit rasanya mendengar hal itu. Kamu tega Dza. Bagaimana dengan hati ku, Dza? Bagaimana aku tanpa kamu, Dza? Bagaimana aku melepaskan kamu, Dza?
Februari 2018, kampus ku mengadakan study tour ke Yogyakarta. Semua mahasiswa dari tiga angkatan jurusan sastra bahasa Inggris wajib mengikuti, termasuk angkatan ku. Pada kegiatan ini setiap mahasiswa melakukan percakapan minimal dengan tiga turis yang merupakan native speaker dari bahasa Inggris. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai pelatihan speaking para mahasiswa. Namun itu bukan inti dari cerita ini, tentu saja. Sebab yang menjadi inti dari cerita ini adalah tentang kisah percintaan ku yang menghiasi perjalanan kegiatan study tour.Salah satunya, ketika aku, Airin, Furi dan Aulia harus pindah sementara ke bus 2. Alasan kami pindah karena bus 1 yang kami naiki sebelumnya diisi para dosen memiliki tujuan yang berbeda. Kata Pak Bagus tempat pertama yang akan dikunjungi bus 1 berbeda dengan bus para mahasiswa. Namun masalahnya bus 2 sudah penuh diisi para mahasiswa dari angkatan ku dan kakak tingkat ku. Sehingga ke
Setelah kegiatan study tour tidak ada hal yang berarti, Dzaqi masih sama cueknya apalagi kami tidak sering bertemu karena dia hanya masuk perkuliahan sesuai SKS yang dia ambil. Hingga tak terasa tiba waktunya untuk kami melaksanakan kerja lapangan dan pengabdian pada masyarakat atau disebut juga KKN (kuliah kerja nyata). Di kegiatan ini banyak sekali rasa sakit yang ku rasakan karena Dzaqi. Entah takdir atau apalah, kelompok ku dan kelompoknya melakukan KKN pada desa yang sama, hanya beda kampung. Sehingga terkadang kami melakukan acara bersama.Selain itu, kelompok kami juga sangat sering saling mengunjungi, entah itu untuk main atau untuk berdiskusi. Seperti saat diskusi acara tabligh akbar yang akan dilaksanakan di aula kantor kepala desa, sebagian anggota kelompok Dzaqi termasuk dia datang mengunjungi posko ku. Saat itu yang mengikuti diskusi hanya para laki - laki dan itu dilakukan di ruang tamu.Mengetahui keberadaa
Mencintai secara sepihak itu menyakitkan. Rasa bahagianya memang sederhana, cukup melihatnya sudah membuat hati berbunga. Namun intensitas rasa berduka lebih sering dirasakan. Duka melihat dia dengan wanita lain, duka melihat dia tersenyum untuk wanita lain, dan duka mengetahui dia tidak memiliki perasaan yang sama. Kejadian Dzaqi memperlihatkan kebahagiaannya dengan pacarnya waktu itu, bagi ku sangat menampar hati ku. Mereka terlihat seperti couple goal. Aku pikir sudah waktunya aku harus berani melangkah. Melangkah untuk mengikhlaskan dia pergi, dan mengubur perasaan cinta ku untuknya. Aku tak boleh takut menjalani hidup ku tanpa dia. Sudah saatnya aku menghilangkan rasa takut ku itu. Kalaupun dia memang jodoh ku Tuhan pasti mempersatukan kita suatu hari nanti. Tapi bukan berarti aku harus berharap, cukup bersabar dan ikhlaskan saja. Lucu sekali, aku sering lupa dengan kekuasaaan Tuhan, padahal aku yakin Tuhan pasti membantu ku.
Ketika aku mengerjakan laporan harian kegiatan KKN di posko, tidak sengaja aku mendengar obrolan anggota lain bahwa Dzaqi pulang lebih awal dari jadwal seharusnya. Kata mereka, dia memiliki kepentingan di kampus satunya lagi, jadinya dia tidak bisa mengikuti KKN sampai selesai. Aku pikir saat itu ya dia memang memiliki suatu hal yang sangat penting dan darurat. Namun perkiraan ku salah, sampai perkuliahan di semester baru tiba, dia tidak lagi hadir. Bahkan hingga semester akhir dimana mahasiswa angkatan ku melakukan penyusunan skripsi, dia tetap tidak kembali. Sepertinya Dzaqi memang benar – benar telah berhenti kuliah di kampus ayahnya. Furi yang biasanya suka bercerita tentang Dzaqi juga tidak lagi membahasnya. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi.Aku sangat kehilangan sosoknya. Aku merindukan kehadirannya. Hal itu membuat ku menjadi sering melamun baik di kampus maupun di tempat kerja. Meskipun aku selalu memperlihatkan wajah yang ceria ketika bersama orang lain da
Seminggu setelah operasi, hasil laboratorium keluar. Dari hasil laboratorium tersebut dinyatakan bahwa kanker yang ku derita termasuk kanker jinak. Dokter bilang aku tidak perlu khawatir lagi karena benjolannya pun sudah diangkat semua ketika operasi, aku hanya perlu beristirahat selama masa pemulihan setelah operasi dan meminum obat secara teratur. Tentu saja aku melakukan semua yang dikatakan dokter. Bahkan aku cuti kerja selama dua bulan, sementara kuliah kebetulan sekali operasi dilakukan ketika libur semester jadi ketika masuk perkuliahan aku sudah cukup kuat.Masa – masa pemulihan operasi pun telah ku lewati, aku sudah sehat seperti biasanya. Namun ternyata hati ku belum pulih. Sebab hati ku masih saja hancur kala mendapatkan kabar tentangnya dari Furi. Kabar bahwa Dzaqi meminta izin kepada orang tuanya untuk menikahi pacarnya. Ketika mendengar berita itu, aku hanya bisa menangis di kamar ku.Keesokan harinya aku pergi kuliah, aku mencoba mengua
22 Agustus 2020, dinyatakan lulus sarjana 1 setelah melewati sidang skripsi dengan nilai IPK yang cukup memuaskan. Perasaan ku saat itu sangat lega dan bahagia karena akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliah meskipun banyak sekali rintangan yang ku lalui. Dari mulai masalah tugas, pertemanan, kesehatan, hingga hati.Berbagai rintangan tersebut telah membentuk aku yang sekarang, Diza yang lebih dewasa. Diza yang lebih kuat. Luka hati ku yang dulu telah ku perban dan perlahan sembuh. Aku mulai menerima kekurangan diri ku juga. Aku rasa aku tak pantas dicintai orang lain jika aku belum mencintai diriku sendiri. Makanya aku sedang belajar hal itu dengan perlahan.Omong – omong soal Kak Ikmal, setelah pembicaraan di coffee shop dia tidak menghubungi ku lagi. Sebulan kemudian aku melihat dari sosial media Kak Ridwan kalau Kak Ikmal telah melangsungkan pernikahannya. Aku tidak diundang olehnya. Untuk hal itu aku mengerti dan memang leb
Penjelasan Dzaqi telah membuka pikiran ku bahwa perasaan ku dulu bukan perasaan sepihak, hanya saja waktu tak membiarkan kita bersatu. Usai Dzaqi menjelaskan kesalahpahaman kita di coffee shop waktu itu, aku hanya menganggukkan kepala dan mengatakan bahwa aku telah paham sebagai tanggapan ku. Setelah itu, aku pergi meninggalkan dia di sana.Setelah pertemuan waktu itu, aku pikir aku tidak akan menemuinya lagi karena kesalahpahaman di antara kita telah selesai. Dia juga akan menikahi perempuan lain. Namun tiba – tiba saja aku dikejutkan dengan kehadiran dia di perusahaan penerbitan buku, di mana aku bekerja.“Aku benci kebetulan.” Ujar ku.“Gimana kalau sebenarnya kebetulan itu adalah takdir Tuhan?” tanya Karina saat itu.Aku hanya bisa diam menanggapinya.Hari pertama aku bekerja di sana. Dzaqi sudah mulai mendekati ku lagi. Bahkan dia ikut naik bus karena aku menolak dia mengantar ku pulang dengan mobilnya. Hari
Saat itu tentu saja aku memberi izin Dzaqi untuk memesan kopi terlebih dahulu. Sembari menunggu pesanannya, dia menjelaskan segalanya. Mulai dia yang memang mengaku tertarik dengan ku sejak pertama masuk kuliah. Saat itu aku bertanya bukannya dia sedang memiliki seorang pacar kala itu, dia langsung menjawab bahwa hubungan dia dengan pacarnya sudah renggang sebelum dia mengenal ku, katanya pacarnya selingkuh tapi dia belum memutuskan hubungan mereka karena pacarnya selalu mengelak membicarakan hal tersebut. Karena alasan itu juga dia sempat menjauhi ku dulu. Katanya dia tak ingin menjadi seperti pacarnya yang memiliki seorang pacar tapi di sisi lain menyukai orang lain. Saat itu dia sangat berusaha keras untuk tidak menyapa ku dan menatap ku.Hingga kejadian dia melihat ku di depan gedung konser musik membuat dia tak tahan untuk menghampiri ku. Dia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada ku saat itu. Lalu setelahnya dia menjauhi ku lagi karena hubun
Tak terasa sudah mau satu tahun aku bekerja menjadi editor. Pahit manis bekerja di sana pun sudah pernah aku rasakan. Rekan kerja yang solid menjadi salah satu alasan aku nyaman bekerja di sana, meskipun pada awal kerja aku sempat ingin mengundurkan diri. Bukan karena senioritas atau tindakan diskriminasi sebagainya, di sana justru tidak seperti itu, ya meskipun pasti ada saja orang yang terkadang membuat ku harus mengelus dada. Namun alasan keinginan untuk mengundurkan diri ku karena Dzaqi juga bekerja di sana.Aku tidak membayangkan akan bertemu dia di sana bahkan sebagai rekan kerja. Orang tuanya memiliki yayasan pendidikan yang perlu dia kelola sebagai penerus. Jadi ketika tiba-tiba dia ada di sebuah perusahaan penerbitan buku yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan usaha keluarganya membuat ku merasa heran. Tapi baru – baru ini aku mengetahuinya.Oh ya, aku perkenalkan inilah aku yang sekarang. Diza yang sedang bercerita den
Seminggu sebelum masuk kerja, aku berencana membeli pakaian kerja dengan ditemani Airin, sekalian beli kado untuk Furi. Sebab sepuluh hari lagi Furi akan menikah dengan laki – laki yang baru dia kenal 6 bulan yang lalu.Cinta memang tak memandang seberapa lama kita mengenalnya, seperti Furi dan pasangannya. Kata Furi, mereka sudah saling cocok dari awal pertemuan, ditambah calon suaminya selalu bisa membuatnya bahagia dan yang terpenting dia memperlakukan Furi dengan cinta yang tulus, jadi mereka memutuskan untuk segera meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan. Aku dan Airin turut bahagia mendengar hal itu.Lanjut ke cerita aku yang akan belanja dengan Airin. Kala itu kami memutuskan untuk berbelanja ke sebuah mall dekat kampus kami. Salah satu tempat kami biasa hang out ketika masih berkuliah.Di sana cukup banyak pakaian yang ku beli. Sementara Airin hanya membeli kado untuk Furi, karena hari itu
Terkadang suatu hal yang tak ingin terjadi, Tuhan membuatnya terjadi. Seperti aku yang tak ingin bertemu kembali dengan Dzaqi. Aku merasa dunia sangat sempit padahal nyatanya luas kan? Karina, ternyata dia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Dzaqi. Bukan hubungan seperti Dzaqi dan Furi, lebih dari itu. Sungguh aku tak menyangka. Karina yang merupakan tempat aku menceritakan keresahan ku dan menceritakan kisah percintaan ku termasuk kisah ku dengan Dzaqi. Bagaimana mungkin? Ah aku lupa tak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Aku mengetahui hal itu karena aku melihat Dzaqi di rumah Karina. Jadi ceritanya begini, aku tak sengaja bertemu dengan Karina di minimarket. Dia akan beli camilan, katanya di rumahnya akan ada tamu. Aku menunggu dia belanja agar kami pulang bersama. Ketika aku akan melewati rumah Karina, aku melihat kumpulan ibu – ibu dan bapak – bapak di halaman rumah Karina. Salah satu dari mereka, aku mengenalinya. Awalnya aku tak perca
22 Agustus 2020, dinyatakan lulus sarjana 1 setelah melewati sidang skripsi dengan nilai IPK yang cukup memuaskan. Perasaan ku saat itu sangat lega dan bahagia karena akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliah meskipun banyak sekali rintangan yang ku lalui. Dari mulai masalah tugas, pertemanan, kesehatan, hingga hati.Berbagai rintangan tersebut telah membentuk aku yang sekarang, Diza yang lebih dewasa. Diza yang lebih kuat. Luka hati ku yang dulu telah ku perban dan perlahan sembuh. Aku mulai menerima kekurangan diri ku juga. Aku rasa aku tak pantas dicintai orang lain jika aku belum mencintai diriku sendiri. Makanya aku sedang belajar hal itu dengan perlahan.Omong – omong soal Kak Ikmal, setelah pembicaraan di coffee shop dia tidak menghubungi ku lagi. Sebulan kemudian aku melihat dari sosial media Kak Ridwan kalau Kak Ikmal telah melangsungkan pernikahannya. Aku tidak diundang olehnya. Untuk hal itu aku mengerti dan memang leb
Seminggu setelah operasi, hasil laboratorium keluar. Dari hasil laboratorium tersebut dinyatakan bahwa kanker yang ku derita termasuk kanker jinak. Dokter bilang aku tidak perlu khawatir lagi karena benjolannya pun sudah diangkat semua ketika operasi, aku hanya perlu beristirahat selama masa pemulihan setelah operasi dan meminum obat secara teratur. Tentu saja aku melakukan semua yang dikatakan dokter. Bahkan aku cuti kerja selama dua bulan, sementara kuliah kebetulan sekali operasi dilakukan ketika libur semester jadi ketika masuk perkuliahan aku sudah cukup kuat.Masa – masa pemulihan operasi pun telah ku lewati, aku sudah sehat seperti biasanya. Namun ternyata hati ku belum pulih. Sebab hati ku masih saja hancur kala mendapatkan kabar tentangnya dari Furi. Kabar bahwa Dzaqi meminta izin kepada orang tuanya untuk menikahi pacarnya. Ketika mendengar berita itu, aku hanya bisa menangis di kamar ku.Keesokan harinya aku pergi kuliah, aku mencoba mengua
Ketika aku mengerjakan laporan harian kegiatan KKN di posko, tidak sengaja aku mendengar obrolan anggota lain bahwa Dzaqi pulang lebih awal dari jadwal seharusnya. Kata mereka, dia memiliki kepentingan di kampus satunya lagi, jadinya dia tidak bisa mengikuti KKN sampai selesai. Aku pikir saat itu ya dia memang memiliki suatu hal yang sangat penting dan darurat. Namun perkiraan ku salah, sampai perkuliahan di semester baru tiba, dia tidak lagi hadir. Bahkan hingga semester akhir dimana mahasiswa angkatan ku melakukan penyusunan skripsi, dia tetap tidak kembali. Sepertinya Dzaqi memang benar – benar telah berhenti kuliah di kampus ayahnya. Furi yang biasanya suka bercerita tentang Dzaqi juga tidak lagi membahasnya. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi.Aku sangat kehilangan sosoknya. Aku merindukan kehadirannya. Hal itu membuat ku menjadi sering melamun baik di kampus maupun di tempat kerja. Meskipun aku selalu memperlihatkan wajah yang ceria ketika bersama orang lain da
Mencintai secara sepihak itu menyakitkan. Rasa bahagianya memang sederhana, cukup melihatnya sudah membuat hati berbunga. Namun intensitas rasa berduka lebih sering dirasakan. Duka melihat dia dengan wanita lain, duka melihat dia tersenyum untuk wanita lain, dan duka mengetahui dia tidak memiliki perasaan yang sama. Kejadian Dzaqi memperlihatkan kebahagiaannya dengan pacarnya waktu itu, bagi ku sangat menampar hati ku. Mereka terlihat seperti couple goal. Aku pikir sudah waktunya aku harus berani melangkah. Melangkah untuk mengikhlaskan dia pergi, dan mengubur perasaan cinta ku untuknya. Aku tak boleh takut menjalani hidup ku tanpa dia. Sudah saatnya aku menghilangkan rasa takut ku itu. Kalaupun dia memang jodoh ku Tuhan pasti mempersatukan kita suatu hari nanti. Tapi bukan berarti aku harus berharap, cukup bersabar dan ikhlaskan saja. Lucu sekali, aku sering lupa dengan kekuasaaan Tuhan, padahal aku yakin Tuhan pasti membantu ku.