Share

Mengenang masa lalu

Penulis: Chikyciki
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-07 07:57:24

Pov Author

"TUAN DAFA!"

Jingga langsung berlari menghampiri Dafa yang sudah masuk ke kamarnya.

"Tu--tuan, kapan Tuan pulang?" tanya Jingga dengan terbata-bata. Gadis itu mendekati Dafa yang terus menatapnya dengan sorot kekecewaan.

"Tuan," panggil Jingga.

"Pergilah! Saya tidak ingin melihat wajahmu," jawab Dafa dengan tegas, membuat hati Jingga terasa sesak.

"Tuan, jangan marah. Anda salah paham, ini tidak seperti yang anda pikirkan," lirih Jingga. Hatinya begitu sakit melihat Dafa yang memalingkan wajahnya saat Jingga berjongkok di depannya.

"Hati suami mana yang tidak sakit melihat istrinya bersama pria lain, Jingga?" tanya Dafa dengan tajam. Ia menatap Jingga dengan matanya yang sudah memerah.

Jingga hanya bisa terunduk, ia tidak tau bagaimana cara menjelaskannya pada Dafa.

"Saya sengaja pulang cepat karna khawatir melihat kamu terus murung di jalan tadi. Tapi yang saya lihat sekarang ...." Dafa mengantung ucapannya. Ia mengepalkkan tangan berusaha meredam emosinya. Hatinya b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Balas dendam

    Pov DafaAku yang baru bangun langsung di suguhkan dengan pemandangan yang begitu indah. Di depan, sudah ada Jingga yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Ucapannya semalam benar-benar mengubah suasana hatiku yang tadinya penuh kemarahan menjadi kebahagiaan. Aku tidak pernah menyangka bahwa istriku sudah mulai mencintaiku. "Tuan Dafa sudah bangun?" tanya Jingga. Gadis itu menghampiriku yang sedang sibuk memandanginya. "Tuan saya siapkan makanan dulu yah!" Jingga berbalik tapi dengan cepat aku menarik tangannya hingga tubuhnya menubruk tubuhku. "Tu--tuan, apa yang anda lakukan?" "Diamlah Jingga." Aku merapihkan letak rambut yang menghalangi wajahnya. "Biarkan saya menatap wajahmu lebih lama!" "Tuan, saya malu," ungkap gadis itu dengan pipinya yang bersemu merah. Melihatnya seperti ini, aku jadi ingin mengurungnya seharian di kamar. Rasanya tidak rela, jika ada lelaki lain yang menatap wajah cantiknya. "Tuan, cepatlah mandi. Hari ini kita harus menemui Dokter Alan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Puncak

    "Apakah semuanya sudah siap?" Jingga menganggukan kepala. Aku kemudian menggenggam tangannya keluar. Sekarang aku ingin meminta izin pada Papah untuk menginap di puncak, gadis itupun sudah setuju dengan permintaanku kemarin. "Pah," panggilku saat melihat Papah sedang sibuk mengobrol bersama Hans. Papah menoleh ke arahku, lalu tersenyum. "Semoga berhasil," ucapnya sembari mengacungkan jempol. Aku mengerutkan kening, perasaan aku belum memberi tahu apa-apa pada Papah. "Kami berangkat yah, Pah!"Tidak ingin ambil pusing aku kembali menarik tangan Jingga ke mobil, sekarang kami hanya pergi berdua. Semoga saja tidak ada yang menganggu acara kami karna aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku padanya di sana. "Jingga, kita ke Mall dulu yah. Saya mau beli sesuatu." "Iya, Tuan."Aku menghentikan mobilku lalu mengajak Jingga turun, langkahku yang hendak masuk Mall terhenti saat tidak sengaja bersitatap dengan seseorang. "Dafa," ucap gadis itu dengan matanya yang membola menatapku. "K

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Memberi pelajaran

    "Awas tuan!" teriak Jingga saat melihat sebuah mobil yang berbelok mendekati kami.Bruk!Aku meringis saat kepalaku membentur setir, langsung ku menoleh ke arah Jingga dengan rasa khawatir. Aku berharap istriku tidak apa-apa."Jingga, kamu baik-baik saja kan?" Jingga mengangguk, untung saja dirinya menghadang kepala menggunakan tangan jadi itu lebih aman. Aku menghela nafas lega, jika telat sedikit saja aku akan mengalami kejadian yang sama seperti dulu. "Tuan, minumlah." Jingga yang melihatku gusar langsung memberikan sebotol air. "Maafkan saya Jingga, hari yang harusnya menjadi momen paling indah malah berantakan," ungkapku. Sungguh aku merasa bersalah pada Jingga.Jingga tersenyum, ia lalu menggenggam tanganku. "Tidak papa Tuan, apapun yang terjadi. Hari ini akan tetap menjadi yang terindah untuk saya."Tidak Jingga, aku tidak akan membiarkan rencana kita hari ini hancur. Biarkan aku yang menghadapi masalah ini, tapi aku tidak ingin kamu terlibat. Aku melepaskan pegangan tanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Bertemu Bapak

    Pov AuthorDafa terhenyak saat Tania dengan berani memeluk tubuhnya dengan erat, tanpa basa-basi lelaki itu langsung mendorong tubuh Tania ke lantai. "Berani banget kamu meluk saya!" teriak Dafa. Lelaki itu begitu emosi, tidak ada rasa kasihan saat melihat Tania sudah terjungkal ke lantai. "Kenapa kamu dorong aku?" Tania bangkit kembali sembari menatap sendu Dafa, gadis itu terkejut melihat perlakuan Dafa yang baru pertama kali begitu kasar padanya."Apa maksud kamu bersikap seperti tadi?" tanya Dafa, lelaki itu menatap nyalang ke arah Tania. "Mas Dafa, maafin aku yah. Dulu aku hilaf karna udah ninggalin kamu. Aku benar-benar menyesal Mas," ucapnya dengan nada lirih. Melihat Dafa yang hanya diam, Tania kembali mendekati Dafa, ia dengan berani memegang dada bidang lelaki itu sembari menatapnya sendu."Mas Dafa, masih ingat gak kenangan kita dulu. Selama 3 tahun menjalin hubungan, hidup kita bahagia banget yah, Mas." Tania tersenyum, seakan tidak tau malu wanita itu lalu memegang waj

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Kasus Dafa

    "Pah," panggil Jingga. Wanita itu tersenyum melihat satu keluarganya sedang kumpul di meja makan. "Jingga, mau makan bareng. Boleh kan?" Lelaki paruh baya itu menganggukkan kepalanya, ia meminta Jingga dan Dafa untuk duduk bersama mereka. Namun, tiba-tiba Satria dan Tania langsung berdiri dan hendak pergi."Satria, Tania kalian mau kemana?" tegur Pak William. "Kami langsung kenyang, ngeliat wajah dia." Satria menunjuk Dafa yang hanya diam dengan wajah datar."Duduklah.""Apasih Pah, kami mau ke kamar!" gerutu Tania. "Kalau begitu pergi saja dari sini, Tania. Sekalian keluar dari rumah ini, jika kamu tidak ingin mendengar perintah saya!" ancam Pak William. Tania yang mendengar ancaman itu langsung menciut, akhirnya ia dan suaminya ikut duduk sembari mendengus kesal. Jingga menghela nafas gusar, harapannya untuk makan bersama agar keluarga bisa kembali bersatu, tetapi terlihat sulit bagi keluarga ini untuk bersatu."Sudah lama kita tidak makan bersama seperti ini," ujar Pak William

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Kabar bahagia

    Dafa menggebrak meja dengan kasar, matanya menatap tajam ponsel di depannya. Lelaki itu begitu emosi melihat berita yang diberitahukan sekertarisnya. "Pak Dafa, tenanglah. Saya sudah menghapus semua berita yang tadi muncul," ujar Rian mencoba menenangkan Dafa. "Saya akan tenang jika itu hanya tentang saya, tapi mereka sudah membawa Jingga dalam masalah ini," jawab Dafa dengan nada tinggi.Dafa mengepalkan tangannya, ia sudah tidak bisa mengontrol emosinya melihat wajah dirinya dan Jingga di sebuah akun yang seperti baru di buat. Walapun hanya sampai beberapa menit, postingan itu sudah mendapat ribuan komentar karna memang keluarga William sangat terkenal. Dulu Dafa tidak masalah, bahkan bahagia saat ada yang menyebarkan hal itu. Tapi sekarang ia benar-benar murka, karna istrinya di ikut sertakan. Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Dafa dan Reno menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka, di sana terlihat Pak William masuk ke dalam ruangan."Dafa, kenapa masalah ini kembali mu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Ngidam

    Pov Jingga.Setelah mengetahui kabar kehamilanku, Tuan Dafa benar-benar berubah. Lelaki itu menjadi lebih posesif, ia juga tidak membiarkanku pergi kemanapun sendiri kecuali jika hari kuliah. Sifat Tuan Dafa tidak membuatku risih, aku malah sangat menyukai dirinya yang begitu perhatian padaku. Contohnya sekarang, ia rela pulang awal karna aku tidak ingin makan."Sayang!" Aku terperanjat saat sebuah tangan memeluk perutku. Senyumku mengembang melihat wajah tuan Dafa di balik kaca. "Kenapa gak mau makan?" tanyanya. "Saya gendung banget yah, Tuan?"Aku mengelus perutku, melihat ke kaca bahwa sekarang postur tubuhku sudah naik drastis. Terlihat Tuan Dafa menggelengkan kepalanya, ia lalu memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. "Hm, kamu kaya gini lebih menggoda," jawabnya membuat pipiku bersemu merah. Tuan Dafa berjongkok, lalu mengelus perutku yang sudah buncit. "Mamah harus makan yah! Kasian nanti anak Papah laper.""Tapi, pengen makan masakan Papah," ucapku dengan menirukan suar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Mencari bukti

    "Jingga." "Ii--iya, Tuan." Aku yang sedang melihat ponsel Tuan Dafa terperanjat saat tiba-tiba lelaki itu sudah masuk ke kamar. "Maaf sudah lancang melihat ponsel anda Tuan," ucapku sembari menyodorkan benda pipih itu. "Tidak papa," jawabnya. "Ceritakan harimu tadi di kampus. Kenapa kamu bisa pingsan?" Tuan Dafa menatap ke arahku. "Hanya kecapen mungkin Tuan." Tuan Dafa tampak mangut-mangut, ia lalu menarik kepalaku ke pundaknya. Sesekali mencium pucuk kepalaku. Beginilah runtitas kami setiap malam, lelaki yang begitu kejam dulu sekarang sangat manis. Ia selalu bertanya tentang keadaanku setiap hari."Tuan.""Hm?" "Apakah kantor Tuan bermasalah karna kasus waktu itu?" "Kamu sudah melihat chat dari Rian?" tanyanya, membuatku menganggukan kepala. "Jingga, tidak usah di pikirkan. Hanya beberapa perusahaan yang menolak kerja sama dengan perusahaan kita, tidak akan membuat kita bangkrut," jawab Tuan Dafa, aku menatap wajah lelaki itu, ekspresinya begitu tenang. "Tapi Tuan, nama an

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15

Bab terbaru

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Ending

    Dafa terduduk lemas sambil menatap sebuah foto yang berisi keluarganya dulu saat mereka masih lengkap. Dia kemudian memasukkan foto tersebut ke dalam koper.Sudah tujuh tahun sejak peristiwa mengerikan itu terjadi, namun kenangan yang menakutkan itu masih selalu menghantuinya. Dafa menghela nafas pelan dan kembali melanjutkan mengambil barang-barang lainnya untuk dimasukkan ke dalam koper."Sudah siap semuanya?" tanya Tuan William. Dafa mengangguk, ia lalu meminta seseorang untuk membawa barang-barangnya ke mobil."Hana, sini sama Papah." Bocah perempuan yang berada di sisi Tuan William langsung berlari ke pangkuan Dafa. Lelaki itu tersenyum, ia lalu mencium pipi gembul putrinya."Sebelum ke rumah baru, kita nemuin Bunda dulu yah," ucap Dafa membuat bocah itu mengangguk dengan antusias. Dafa lalu menggendong Hanna, sebelum pergi ia terlebih dahulu menatap lama ke arah kamar mereka. Ia menghela nafas pelan, merasa berat meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan indah. Namun, mes

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Pengorbanan Hans

    "Tania, berhenti!" teriak Jingga dengan panik, namun Tania justru tertawa. Dengan kegilaan di matanya, wanita itu terus mengemudikan mobilnya menuju jurang yang mengerikan."Tania, jangan bodoh. Kita bisa mati!"Tidak, Jingga. Jika aku tidak bisa mendapatkan Mas Dafa, maka kamu juga tidak."Tania menginjak gas dengan keras, membuat mobil semakin cepat menuju ke jurang yang menakutkan. Jingga dengan panik mencoba menghentikannya, tangan mereka berebut setir mobil sehingga kendaraan itu menjadi tidak stabil. "Lepaskan, Tania!"Namun, Tania tak merespons. Kedua wanita itu terus berebut setir, membuat mobil semakin oleng dan jauh dari kendali."Aku tidak akan membiarkan kamu menyelakaiku atau anakku."Tin! Tin! Tiba-tiba suara klakson mobil terdengar dari arah samping. "HANS," teriak Jingga, ia melihat mobil Hans yang sedang melaju di sisinya dengan tangan lelaki itu berusaha mengetuk kaca mobil Tania."Hentikan perbuatan ini Tania! Berhenti!" teriak Hans dengan keras, namun Tania tet

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Pengakuan mengejutkan

    Ada yang aneh dari tatapan Tania, tapi aku tidak tau apa. "Jingga, saya mau menemui Hans terlebih dahulu. Saya harus mengetahui apa alasan dia melakukan hal itu." "Aku ikut, Mas.""Hm, ayo."Kami akhirnya melangkahkan kaki untuk mencari Hans, sekarang dia harus menjelaskan semuanya. Mengapa dirinya sampai mengambil keputusan seperti itu? "Hans," panggil Mas Dafa. Membuat Lelaki yang sedang duduk di teras itu mendongak menatap kami. "Kak Dafa, ada apa?" "Jujur sama saya, Hans. Kenapa kamu melakukan hal itu?""Hans, hanya ingin menikahinya Kak.""Bohong, saya sudah pernah mencarikanmu wanita. Bukan hanya saya, tapi Papah juga. Tapi kamu selalu menolak dengan alasan tidak mau menikah, sekarang kamu malah ingin menikahi Tania. Hans, saya tau kamu tidak mencintainya, kamu juga tidak sepeduli itu pada putranya. Lalu apa yang membuat kamu ingin menikah dengannya?" tanya Mas Dafa, tampak kekesalan terlihat di wajahnya karna melihat Hans yang hanya tersenyum dan terus diam. "Kakak tidak

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Permintaan Hans

    Aku terbangun dan menatap ke samping namun tidak ada keberadaan Mas Dafa. Ku lirik jam yang sudah menunjukan pukul satu malam. Kemana Mas Dafa pergi malam-malam seperti ini. Aku langsung bangkit, dan keluar dari kamar. Langkah ku ayunkan ke kamar Tania, pasti Mas Dafa berada di sana.Benar, saja. Aku melihat Mas Dafa sedang menggendong Azka, putra Tania. Mata lelaki itu terlihat sayu, tapi dia seperti tidak lelah menggendongnya. Sedangkan Tania, wanita itu sedang berbaring sembari tersenyum ke arah Mas Dafa. Melihat pemandangn seperti ini, hatiku terasa begitu sakit, terlebih melihat mereka seperti suami istri yang sempurna.Aku menggeleng dengan cepat, bagaimana bisa aku berpikir seburuk itu. Aku tau, jika Mas Dafa hanya mencintaiku. "Mas, gendong Azka nya jangan sambil berdiri gitu. Mendingan sambil tiduran dekat aku," ucap tania dengan nada yang terdengar manja."Tania, saya datang ke sini hanya untuk menidurkan Azka. Jangan pernah berpikir macam-macam, karena jika kamu mengatak

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Kebodohan Jingga

    "Ngga, Mas." Langkah Mas Dafa kembali berhenti saat aku menghempaskan tangannya. "Jingga, kamu ....""Mas, aku mohon. Apa kamu tidak kasihan sama Papah, dan anak Tania. Dia masih kecil Mas, dia butuh banyak kasih sayang.""Jingga, kamu tidak tau apapun. Turutin perintah saya, ayo!" Mas Dafa akan kembali menarik tanganku, tapi dengan cepat aku menggeleng. "Maaf Mas, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap di sini. Mas, tolong kali ini saja jangan egois," ucapku membuat mata Mas Dafa melebar, seperti tak percaya dengan apa yang aku ucapkan. "Saya egois, kamu serius dengan ucapanmu, Jingga?""Iya, Mas," jawabku sembari menatap ke arahnya, berusaha untuk menutupi ketakutan ini karna sudah melawan dirinya. "Baiklah, kita akan tetap di sini," jawab Mas Dafa dengan nada yang terdengar kecewa.***Aku, Papah dan Hans mengikuti Mas Dafa yang berjalan ke arah kamar Tania, entah kenapa mendadak hatiku menjadi tidak tenang. Semoga saja, ini tidak membuat hubungan kami menjadi kembali reng

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Pergi

    Pov JinggaAku menggendong bayi Tania dengan air mata yang menetes, tak kuasa manahan tangisku saat bayi yang baru lahir ini sudah kehilangan Papahnya dan Ibunya seperti tidak menyayanginya."Jingga, kamu amankan dulu bayinya." Aku mengangguk, saat akan membawa bayi ini tiba-tiba Tania kembali berteriak. "Kembalikan bayiku! Jangan bawa dia, kamu mau nyuri dia kan? Karna dia pewaris keluarga William?""Astagfirullah." Hans menggelengkan kepalanya, sedangkan wajah Mas Dafa sudah memerah. Mas Dafa memgambil alih bayi itu, lalu kembali menurunkannya di dekat Tania. "Urus bayimu Tania!" ucap Mas Dafa, setelah itu ia akan kembali mendekatiku akan tetapi Tania malah mencekal tangannya. "Mm--mas Dafa," panggil Tania, membuat kami semua mengerutkan kening. "Mas, bantu aku buat jaga bayi ini. Kasian dia Mas, dia udah gak punya Papah." "Bukannya kamu tadi menuduh istri saya akan mencuri bayimu?" "Yah, karna dia bukan siapa-siapa. Dia pasti bakal ngelakuin segala cara untuk mengambil bayi

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Rencana Hans dan Dafa

    "Mas Satria, jangan tinggalin aku Mas."Tania terus menangis histeris, wanita itu hendak berlari menghampiri tubuh Satria namun di hadang beberapa orang. "Lepasin, tolong lepasin. Mas Satria!" "Tania, Satria sudah meninggal!""Ngga! Mas Satria gak akan ninggalin aku, gak mungkin," jerit Tania. "Tenanglah, Tania. Tenang," lirih Tuan William. Ia ikut menangis saat Satria dan Angel di nyatakan meninggal.Jingga menatap Dafa yang hanya diam, matanya terus mengarah pada Jenazah mereka yang sedang di urus. Jingga melihat Dafa yang hanya diam, matanya terpaku pada jenazah mereka yang sedang diurus. Air matanya mengalir deras di pipi, ia berusaha meredakan kepedihan yang mendalam di hatinya. Pemandangan tubuh mereka yang seperti itu terlalu berat baginya. Bagaimana mungkin mereka nekat melompat dari ketinggian 5 lantai? Tubuh mereka hancur dan jiwa mereka telah meninggalkan tubuh, namun tangan mereka masih saling berpegangan erat."Argh." "Tania, kamu kenapa?"Jingga langsung menoleh k

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Pelaku sebenarnya

    "Ke--kenapa ada polisi?" tanya Clara dengan suara yang terdengar gugup. Semua tamu yang hadir pun menjadi gaduh, karena ternyata ada beberapa polisi yang berada di belakang Jingga."Acaranya akan kita mulai sayang," bisik Dafa di telinga Clara membuat wanita itu langsung menatap heran ke arah Dafa. Dafa mendekati Jingga, ia menatap lekat wanita yang hanya diam itu. Seketika Jingga terlonjak saat Dafa menarik tangan Jingga dan membawanya ke tengah."Mas apa ini, bukannya kamu akan meresmikan acara kita?" tanya Clara. Sekarang wanita itu terlihat sangat bingung, terlebih banyak kusuk-kusuk omongan orang. "Maaf Clara, itu tidak akan terjadi karna saya sudah menemukan semua bukti tentang kalian!" "Bukti? Bukti apa Mas?" Dafa tersenyum sinis, lelaki itu lalu menyuruh orang untuk menyalakan proyektor."Ada apa ini? Apa maksud ini semua Mas?" "Lihat saja!"Tatapan semua orang mengarah pada layar putih di depan, mata mereka tercengang melihat sebuah video terpampang di sana."Sekarang, D

  • Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu   Semuanya datang

    Jingga duduk lemas di tepi trotoar, kaki terasa berat untuk melangkah. Ia tidak lagi memiliki rasa percaya kepada siapapun, hatinya begitu sakit karena semua orang yang pernah ia percayai telah menghianatinya."Bodoh, bodoh, bodoh. Kamu sangat bodoh Jingga, sangat bodoh. Kenapa kamu harus percaya sama mereka!" Jingga terisak, ia memukul kepalanya berkali-kali. "Dari semua hal yang paling menyakitkan, inilah yang paling sakit. Saat penghianatan itu datang dari orang yang kita percaya," gumama Jingga.Wanita itu terkekeh pelan. Ia terlihat benar-benar lelah karena setiap kali dirinya mencoba bangkit, dunia sepertinya selalu membuatnya kembali terjatuh. Jingga mengusap air matanya saat ponselnya berdering, wanita itu terdiam sejenak sebelum mengangkat panggilan telepon dari Papah mertuanya. "Hallo, menantu Papah. Apa kabar?" tanya Tuan William di sebrang sana. Jingga berdehem sejenak. "Alhamdulillah baik Pah ... Papah apa kabar?" "Kabar Papah baik Jingga, kamu lagi apa? Kok kaya di

DMCA.com Protection Status