"Nad, ya Tuhan dari mana aja kamu? Masa jam segini kamu baru sampai sini?"Anita yang sedari tadi cemas memikirkan Dokternya kini bisa bernafas lega, dia mengira kalau Nadhira baru saja sampai di tempat. Ruang dimana Salsa di rawat berlawanan arah dengan ruangan Nadhira oleh sebab itu Anita tidak tau jika Nadhira baru saja melakukan tindakan pada wanita itu.Dia hanya khawatir kalau teman baiknya ini mendapat masalah baru dengan Dokter Nathan karena mengingat Nathan yang pernah menasehatinya."Aku ada di kamar VIp dari tadi mengurus satu pasien yang manja." ujar Nadhira sambil menutup mulut menyembunyikan senyumnya."Pasien manja? Siapa Nad?""Kamu lihat sendiri siapa di sana? Ya sudah, siang ini kita ada pembedahan kan? Kamu udah siapkan alat steril belum Nit?""Beres dong! Jadi hari ini kita bedah dengan Dokter Nathan lagi?"Nadhira hanya mengangkat bahunya, terserah dengan siapa pun dia menangani pasien paginya tak masalah, yang terpenting adalah tugas dan dia harus fokus bagaiman
"Alhamdulillah operasi berjalan lancar, Nit gimana kondisi bayi ibu itu?""Kondisi bayi baik Dok, tinggal lakukan pemeriksaan keseluruhan saja. Setelah ini akan saya lakukan."Sementara Anita mengurus bayi yang baru lahir, Nadhira kembali ke ruang kerjanya yang sudah terlihat sepi.Dia duduk menyender di kursi dinas sambil memandang ke atas pada langit-langit atap.Tugasnya begitu berat mengingat perjuangan ibu itu untuk sadar kembali. Berurusan dengan nyawa seseorang seakan menjadi makanan dia sehari-hari. Nadhira hanya termenung tanpa bicara apa-apa.Tok!Tok!"Nad.""Iya masuk."Siska datang membawa laporan hasil pemeriksaan barusan, semua organ dan tubuh ibu muda itu tertulis baik dan normal, hanya satu yang kini menjadi kekhawatirannya yaitu langkanya darah yang pasien itu butuhkan.Sementara si suami belum juga kembali membawa donor darah yang akan di sumbangkan. "Ini laporan hasil pemeriksaan tadi Nad, coba kamu cek lagi.""Alhamdulillah bagus Sis! Kamu coba tanyakan pada suam
"Sayang kamu hati-hati dong kalau makan! Untung ada Evelyn yang sigap memberimu air minum."Pelan-pelan mereka melanjutkan makannya kembali sampai habis, tidak banyak kata yang keluar dari mulut Nathan pasca insiden itu.Dia hanya diam sambil menghabiskan sisa makannya, hanya sesekali menjawab jika ada pertanyaan yang mereka berikan."Jadi bagaimana Nathan, apa kamu mau menikah dengan putri saya Evelyn?"Gadis itu terlihat malu-malu, sesekali Evelyn melirik wajah Nathan yang terlihat datar."Sayang kok kamu hanya diam sih? Itu Om Anwar tanya sama kamu loh!""Em, maaf! Beri Nathan waktu untuk berfikir. Keputusan ini sangat mendadak untuk saya jadi saya minta sedikit waktu untuk menjawab."Kata-kata yang bijak, dengan begitu tidak ada satu pun orang yang merasa kecewa sembari dia memantapkan diri keputusan apa yang akan dia ambil.Memang mereka belum membicarakan soal ini sebelumnya maka mereka memahami apa yang anak muda itu rasakan. Mereka sepakat untuk memberikan Nathan sedikit waktu
"Mau apa kamu ke sini? Salsa tidak ada di rumah!""Ups, Tante, nggak usah jutek gitu dong! Katakan di mana Salsa sekarang?"Muka bu Sita sama sekali tak bersahabat saat Dimas datang mencari Salsa, pria blasteran itu tidak ada takut-takutnya sama sekali dengan kehidupan Salsa yang sudah memiliki suami.Dia sengaja datang pagi hari karena tau kalau saat seperti ini Fahri tidak ada di rumah. Dimas datang sendirian Karana mengira kalau Salsa berada di rumah tanpa tau sekarang dia di rawat di Rumah sakit."Nggak ada, pokonya nggak ada! Udah sana kamu pergi! Mengganggu saja."Brak!Pintu di tutup dengan sangat keras, Dimas tak bisa melakukan banyak hal tetapi dia juga tidak mungkin membiarkan Salsa pergi begitu saja dari hidupnya karena merasa kalau wanita itu tambang emas untuknya."Aku harus cari Salsa sekarang."*****"Nathan kamu mau ke Rumah sakit sekarang?"Terpaksa Nathan menggantikan langkahnya saat bu Farida memanggilnya, hari ini memang sangat membosankan untuknya karena banyaknya
"Cie yang habis makan berdua! Kalian cocok deh.""Apaan sih kalian! Itu tadi nggak sengaja soalnya nggak ada tempat kosong lain selain di kursi itu.""Yah Nad, aku galau lagi! Ya sudahlah, Dokter Nathan buat kamu saja," pekik Siska bercanda yang mengundang tawa kedua temannya itu."Eh, nggak Sis. Kamu nggak usah khawatir, aku dan Dokter Nathan tidak ada perasaan apa-apa, tadi itu hanya kebetulan saja."Ketiganya asik bercanda tertawa lepas sampai terdengar dari depan. Pekerjaan mereka kini sudah selesai tinggal nunggu berkemas untuk pulang.Sore hari mereka pulang ke rumahnya masing-masing, begitu juga dengan Nathan, akan tetapi kepulangannya kali ini serasa malas untuknya karena dia harus di hadapkan dengan pertanyaan Mamahnya lagi mengenai perjodohan dengan sahabat kecilnya Evelyn.Mobil Nathan sudah berhenti di halaman rumah, tetapi rasanya enggan untuk turun. Wajah Nadhira kian menari-nari di pelupuk matanya, bayangan ketika dia mengusap bibirnya masih membekas bahkan kian masih t
"Tapi bukan jawaban seperti ini yang Mamah harapkan!""Maaf mah, Nathan nggak bisa!""Nathan dengerin Mamah dulu Nak. Kamu bisa pacaran dulu sambil nunggu kamu siap Nak. Nathan dengerin Mamah!""Maaf aku nggak bisa Mah! Mamah tidak bisa memaksa aku untuk ini. Lebih baik aku pergi dari rumah dari pada aku harus menuruti keinginan kalian.""Tidak tidak! Nathan dengerin Mamah. Nathan!"Sekeras apapun bu Farida berteriak tak mengubah keputusan Nathan untuk pergi dari rumah. Mungkin dengan begitu mamahnya bisa sadar dan nggak akan memaksanya lagi.Di tengah kegelapan malam Nathan menyusuri di sepanjang jalan sambil berfikir kemana waktu akan membawanya.Bisa saja dia tinggal di Apartemen atau Hotel tetapi Nathan lebih memilih untuk mencari rumah kontrakan walau tidak terlalu besar tak masalah baginya.Nasib seolah membawa dia semakin dekat dengan si Dokter wanita, tanpa sadar mobil Nathan menyusuri sampai pada sebuah rumah kontrakan yang tidak jauh dari rumah Nadhira.Rumah itu terlihat ke
"Pagi Dokter Nadhira!""Pa-pagi Dok-Dokter Nathan! Sedang apa Dokter ada di sini?""Kenapa? Heran aku ada di sini? Aku tinggal di rumah ini."Nathan memberanikan diri untuk menyapa Nadhira yang baru saja akan berangkat. Nadhira sama sekali tak menduga kalau Nathan ada di tempat ini, padahal dari rumahnya tentu sangat jauh.Nadira mengira kalau Nathan hanya main atau tinggal bersama keluarganya di sini tanpa tau apa yang terjadi sesungguhnya pada Dokter muda itu."Iya kenapa Dokter Nathan ada di sini? Bukankah ... ?""Ini kontrakan saya. Aku tinggal di sini sekarang.""Kontrakan?" jawab Nadhira lirih, dia tidak mengerti, kenapa Nathan harus ngontrak, bukankah di rumahnya terlihat begitu luas?""Kontrakan? Jadi Dokter Nathan tinggal disini?"Dia mengangguk dengan sedikit senyum kecut memendam masalah yang tidak bisa di ceritakan pada setiap orang."Owh! Senang bertemu dengan anda disini Dokter! Semoga betah tinggal disini. Em, kalau begitu saya berangkat sekarang, permisi Dokter. Assala
"Lo beraninya melawan perempuan Lo yah! Sini kalau berani lawan aku.""Siapa kamu? Jangan ikut campur urusan kami!"Hiiiaaat!Kedua preman itu menyerang secara bersamaan, namun tidak terlalu sulit bagi dia untuk melawan perampok-perampok tengil ini.Satu tangan dari mereka di genggam erat dan di hempas ke belakang, sementara kakinya berhasil melakukan tendangan telak tepat mengenai perut perampok satunya.Bugh!Bugh!Plak!Gerakan itu tak lantas membuat mereka menyerah begitu saja, kedua perampok itu bangkit kembali dan menyerang dengan membabi buta."Sialan!"Hiiiaaatt!Tampak sebuah kayu balok berukuran besar tergeletak di bawah tanah, menggunakan dua kakinya, dia sigap mengapit dan melempar ke atas yang kini di tangkap oleh tangannya. Balik itu segera dia pukulkan pada ke dua perampok hingga babak belur."Kabur Jo , kabur!""Pergi kalian sana ke laut! Cuih!"Di ambillah ponsel Nadhira yang tergeletak di bawah, dengan rasa kasihan dia membawa untuk di berikan kembali pada yang punya
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad