"Mas kamu udah siap? Ayok kita keluar sekarang."Nadhira keluar kamarnya lebih dulu sambil menarik koper berukuran besar, Nathan yang melihat istrinya kesulitan pun segera meraih dan menggantikan posisinya walau dasi yang dia kenakan belum terpasang rapi.Hari ini mereka akan pindah ke rumah orang tua Nathan yang lumayan jauh jaraknya dari rumah bu Nina.Dia dan Gio sekeluarga sudah menunggu di depan untuk melepas kepergian mereka dari rumah ini."Sini sini, biar aku yang bawa," ujar Nathan menggantikan posisi Nadhira menarik kopernya."Tunggu Mas! Ya Allah, suamiku kenapa begini pasang dasinya! Sini biar aku rapikan sebentar."Nathan menoleh sedikit ke atas saat Nadhira merapikan dasinya hingga selesai."Dah selesai! Kita temui mereka sekarang?" Bu Nina, Gio dan juga Linda berdiri seketika saat Nathan dan Nadhira mulai terlihat."Kalian sudah siap?""Sudah! Kak, Mah kami pamit sekarang, doakan rumah tangga kami selalu bahagia ya Mah."Bu Nina sudah mulai ikhlas menerima kenyataan, d
Dua bulan tingga di rumah mertua..."Sayang, lebih baik sekarang kamu nggak usah aktif ke Rumah sakit. Biar aku saja yang bekerja, kamu cukup jadi ibu rumah tangga, melayani aku sebaik mungkin."Pagi harinya Nathan menghampiri dan menyentuh lengan istrinya yang sedang bersolek di depan cermin, dia berharap kalau Nadhira mau mendengarkan saran dia untuk resign dari Rumah sakit.Melihat istrinya lelah setiap hari membuat Nathan tidak tega tetapi jawaban Nadhira justru membuat Nathan tercengang."Maksud kamu aku harus berhenti bekerja gitu Mas? Lalu untuk apa aku kuliah dari dulu! Kamu tau Mas kalau dari dulu cita-citaku adalah seorang Dokter?"Entah apa yang merasuki Nadhira saat ini, kenapa Nathan bicara dengan nada rendah sedang dia bicara dengan nada kencang terhadap suaminya.Sungguh tidak Nathan sangka sebelumnya padahal semenjak menikah wanita itu tidak pernah berkata keras terhadap siapa saja, tetapi hari itu serasa bukan Nadhira yang ada di hadapannya."Ma-maksud aku bukan seper
"Astaga, Dokter Nadhira kenapa Pak Nathan?""Aku juga nggak tau Dok! Tiba-tiba saja Nadhira pingsan seperti ini."Dokter Ridwan menyambut kedatangan Nathan yang membawa Nadhira ke rumah sakit. Dia segera melakukan tindakan akan tetapi saat dia memeriksa menggunakan stetoskop dia serasa mendapatkan sesuatu pada diri Nadhira.Terpaksa Dokter Ridwan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memastikan apa yang dia ketahui dan ternyata benar dugaannya, Dokter Ridwan yakin dan berani mengatakan hal itu pada Nathan."Gimana Dok, apa yang terjadi dengan istri saya Nadhira?""Maaf Pak Nathan, apa Pak Nathan tau kapan terakhir istri anda menstruasi?"Nathan memicingkan matanya sambil bertanya-tanya dalam hati kenapa Dokter Ridwan menanyakan hal itu kepadanya, tidak terbesit sama sekali di pikiran Nathan Tentan tanggal datang bulan sang istri oleh karena itu ketika dia di tanya Nathan justru menjawab."Kenapa Dokter menanyakan itu pada saya? Aku tidak ingat kapan Nadhira menstruasi! Memangnya ada
"Ada apa Mas? Nathan bilang apa?""Lin, Nadhira hamil! Dia sedang di rawat di rumah sakit sekarang.""Oiya? Alhamdulillah ya Allah! Akhirnya Nadhira bisa hamil juga ya Mas. Kita harus sampaikan berita bahagia ini pada Mamah Mas."Tanpa membuang waktu lama Gio masuk menemui mamahnya, sementara Linda meraih dan menggendong Desta sebelum menyusul suaminya ke dalam.Sudah bisa di pastikan kalau mamahnya sangat bahagia bila mendengar berita ini, kamar menjadi tujuan utama mencari keberadaan bu Nina yang kini tinggal bersama putra, menantu dan cucunya."Mah, Mamah!""Mamah dimana?"Mendengar suara Gio berteriak bu Nina yang semula sedang berbaring segera bangun dan menemui putranya itu.Awalnya bu Nina khawatir ada sesuatu yang terjadi pada mereka."Gio, ada apa kamu teriak-teriak Nak? Mamah sampai kaget!""Mah, kita harus ke rumah sakit sekarang! Nadhira ada disana Mah, Nadhira hamil!""Hamil? Nadhira hamil? Alhamdulillah ya Allah, akhirnya Nadhira hamil juga. Apa kata Mamah, Fahri itu sebe
"Alhamdulillah kita sudah sampai di rumah, Sayang kamu istirahatlah, aku keluar dulu supaya kamu bisa tidur dengan nyenyak.""Eh, tidak tidak! Aku mau kamu disini temani aku! Aku rindu dengan kamu, Mas," pekik Nadhira sambil bergelayut manja di lengan kekar Nathan.Suaranya mendayung indah seperti sedang menginginkan setelah tiga hari di rawat di Rumah sakit tanpa Nathan bisa menyentuh bagian pribadinya.Akan tetapi di usia kandungan yang masih muda membuat Nathan was-was kalau harus melakukan itu, dia takut terjadi apa-apa pada si jabang bayi kalau mereka melakukan hubungan sekarang mengingat Nadhira yang lama tak bisa punya anak.Sebisa mungkin Nathan menolak ajakan itu demi kebaikan istri dan calon anaknya."Eh, nggak nggak! Kali ini nggak. Nanti saja kalau kandungan kamu sudah kuat ya Sayang, pasti nanti aku berikan semuanya untuk kamu.""Tapi Mas ...""Sudah! Nurut saja, jangan bawel dan jangan membantah! Lebih baik kamu istirahat sekarang."Nathan membantu Nadhira untuk baring d
"Sayang besok aku temani kamu untuk periksa, tapi sebelum ke rumah sakit. Kita ke toko dulu untuk membeli perlengkapan si kecil," ucap Nathan sambil mengusap perut Nadhira yang mulai terlihat membesar mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk calon bayi mereka.Semenjak resign dari rumah sakit Nadhira hanya fokus pada keluarganya, apalagi badannya sekarang sudah semakin sulit untuk bergerak, banyak yang dia rasa dari mulai tidur yang tak bisa lelap, pinggang rang terasa pegal dan tenaga yang cepat lelah.Oleh karena itu saat ini Nathan lebih sering menemaninya di Rumah, untuk berjaga-jaga kalau saja istrinya mau melahirkan."Iya kebetulan sekali aku juga mau beli susu Mas, susu hamilku habis.""Ya Allah, kenapa kamu nggak beri tahu aku! Kalau kamu ngomong aku pasti beliin saat itu juga.""Nggak apa-apa Mas, besok aja sekalian. Untuk saat ini masih ada kok yang di minum, cuma untuk besok habis dan harus beli lagi."Sampai malam hari Nadhira tak bisa tidur dengan nyenyak, dia memb
"Memangnya kenapa kalau Nadhira hamil? Apa kalian heran?""Kalian pasti berfikir kenapa dia tidak mempunyai anak selama berumah tangga dengan kamu! Iya kan?"Senyum miring membias dari bibir Nathan membayangkan Fahri yang sedang berfikir demikian, laki-laki itu seolah tau apa yang ada dalam pikiran Fahri dan Salsa saat ini.Dan memang benar apa yang sedang mereka pikirkan itu yang di tebak oleh Nathan saat ini."Nadhira, bukankah kamu ...?""Salsa ingat! Kita bukan Tuhan. Kita cuma manusia biasa yang bisa berencana, tapi Allah-lah yang maha segalanya," ungkap Nadhira lembut tetapi justru membuat Salsa kesal.Merasa belum puas membuat wanita itu menyerah, Nathan kembali bicara satu kata special yang membuat mereka terus mengingat ucapannya itu."Apa kamu sudah yakin kalau Nadhira yang bermasalah dengan rahimnya? Apa anda tidak periksakan kondisi anda sendiri, Pak Fahri?"Degh!Fahri memicingkan matanya mendengar ucapan dari Nathan, sedang perasaan Salsa mendadak tersentuh. Memang selam
"Fah, kamu kenapa? Kok pulang belanja wajahmu murung seperri itu?" tanya Bu Sita sambil menemani cucunya bermain."Fah, sudah yah! Aku minta kamu nggak usah dengerin omongan dia."Salsa masuk ke dalam setelah mengucapkan itu, kini hanya tinggal ibu dan anak duduk santai dengan Maura yang sedang bermain boneka."Aku nggak apa-apa Mah!""Wajah kamu kusut gitu, nggak mungkin kalau nggak ada apa-apa! Cepat cerita sama Mamah, sebenarnya ada apa Fahri?"Rasa penasaran bu Sita semakin menggebu, dia yakin ada yang di sembunyikan dari putranya itu, apalagi larangan Salsa membuat bu Sita yakin kalau mereka ada masalah yang serius.Semula Fahri enggan bercerita, karena kalau dia bercerita tentu akan membuat Mamahnya menertawakan dia, tetapi rasanya Fahri tak kuat menahan beban pikiran sendirian oleh karena itu terpaksa dia menceritakan pada bu Sita."Mamah tau nggak? Tadi aku ketemu dengan Dokter Nathan dan Nadhira! Ternyata Nadhira sedang hamil Mah!""Apa?" gumam bu Sita terkejut."Na-Nadhira ha
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad