Tanpa sepengetahuan Dito, Riesa mencari waktu untuk bertemu Langga! Selain penasaran, Riesa pun mengakui dalam hati, kenangan manis bersama Langga selama di Amsterdam belum hilang dari hatinya hingga saat ini.Saat datang ke rumah Langga, Riesa tersenyum melihat pria tampan ini sedang bersandar santai, di samping mobil SUV bongsor mewahnya. Kacamata hitamnya bertenger di wajahnya, sehingga makin menaikan ketampanan sang mantan gigolo ini.Langga sedang melihat proses renovasi rumah nya jadi lebih mewah dan bertingkat dua. Langga juga sudah membeli rumah kosong di sebelah rumahnya. Sehingga rumahnya kini di buat makin besar dan pastinya jauh lebih mewah dari rumahnya yang dahulu.Langga sejak tadi sudah tahu Riesa datang sendiri dengan mobil mewahnya. Tapi dia pura-pura tak melihat, sengaja aseek merokok sambil melihat para tukang bangunan bekerja.“Ehmm…sombong banget sekarang, mentang-mentang udah kaya raya!” sindir Riesa dan kini berdiri di samping Langga. Riesa bahkan ikutan menga
“Diam saja kamu di situ Dito, nggak usah banyak tingkah, aku di kontrak memuaskan kekasih kamu ini. Kan kamu tahu profesiku sebagai lelaki komersil! Jangan salahkan aku yaa…!” sahut Langga cuek.“A-apa…?” teriaknya kaget, tapi Riesa tak berkutik saat mulutnya di sumpal mulut Langga dan pria ini malah makin gila.Tanpa ampun dan belas kasian, Langga membalik tubuh Riesa di sofa ini, lalu dengan kekuatan penuh, dia injak pedal gas sekencang-kencangnya. Memacu tubuh Riesa yang berada di bawahnya, hingga tubuh wanita cantik ini terlonjak-lonjak.Lalu tubuh Langgga menegang. Airnya sampai meluber ke sofa itu, dan semua adegan yang membuat jakun siapapun akan naik turun, berakhir di depan hidung Dito, yang hanya bisa berddiri mematung. Bingung harus berbuat apa!Dan setelahnya, dengan cueknya Langga melepaskan pelukan dari tubuh polos Riesa, lalu dengan tenang memakai pakaiannya kembali.“Dito…kekasih kamu ini memang the best, tak rugi aku melepaskannya di dalam rahimnya, moga saja tak jadi
Andina menatap bengong dua orang tamu yang baru datang, satu wanita cantik yang sepintas mirip artis dangdut Wika Salim, terlihat tengah hamil dan satu remaja yang tinggi badannya mirip dengannya.“Siapa yaa…?” tanya gadis kecil yang kini berusia 11 tahunan.“Aku Ange, ini ibuku Mamak (ibunda) Nelly, kamu pasti Andina kan, anak angkatnya daddy Langga?”“Iya…silahkan masuk, Om masih di kantor, sore baru pulang!”Andina lalu ke dalam dan mengambi ponsel, kemudian dia menelpon Langga. “Tante Nelly dan Ange ya! Ya udah kamu suruh mereka istirahat di kamar ya, Ange biar sama kamu. Tante Nelly langsung suruh istirahat di kamar Om, kasian lagi hamil…!” Bingung juga Andina, kenapa Tante Nelly di minta istirahat di kamar Om nya. Sedangkan Ange di minta se kamar dengannya.Namun Andina tak mau pusing, dia lalu sampaikan pesan Om nya ini pada keduanya, Ange langsung tersenyum, sudah paham. Abege yang sebentar lagi 17 tahunan ini sudah paham, pasti mamak nya dan daddynya akan lepas kangen.Andi
Lily menatap wajah Langga yang hari ini sengaja dia panggil ke ruang kerjanya yang mewah. Ada kecemburuan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Lily marah melihat Langga saat berjalan-jalan dengan Nelly di sebuah mal mewah.Kekagetan Lily karena melihat wanita cantik yang di gandeng Langga sedang hamil tua!“Hmm…tak ku sangka, kamu ternyata punya bini, hamil tua lagi!” sindir Lily, tak bisa menahan kecemburuannya.“Kami belum menikah!” sahut Langga kalem.“Tapi sudah hamil…?” serobot Lily. Langga hanya diam dia, ia enggan menceritakan lebih detil, lagian ini hak aku, buat apa Lily ngatur hidupku, pikirnya.Saking cemburunya, Lily ambil keputusan tegas, mulai hari ini Langga di copotnya sebagai salah satu direktur di anak perusahaannya. Ini juga sekaligus mengakhiri hubungan sumir keduanya yang berjalan lebih 6 bulanan.Lily adalah sosok wanita yang tak mau di duakan, dia ternyata sangat egois. Langga malas berdebat, dia pun tanpa banyak cincong mengemas semua barang-barang di ru
Langga terduduk lesu depan gundukan tanah, atasnya tertulis di sebuah nisan nama Imel. Tim dokter tak mampu menyelamatkan sepupunya ini.Luka parah di kepala dan dada membuat gadis cantik ini tak mampu bertahan. Langga yang di temani Darmadi akhirnya pulang kembali ke hotel, setelah hujan mulai turun rintik-rintik.Sepanjang jalan Langga hanya diam membisu, Darmadi seakan paham suasana kebatinan pria muda ini, dia mendiamkan saja hingga sampai di hotel. “Langga…inilah surat wasiat Imel, dia mewasiatkan harta yang dulu di terima dari kakek kalian buat kamu…semuanya. Seandainya ada apa-apa terhadapnya!” Darmadi menyodorkan sebuah surat ber materi ke depan Langga. Ketika mereka duduk bersama di kafe hotel ini, yang terletak di lobby.Inilah yang dulu Darmadi bisikan saat di rumah sakit, Darmadi membisikan ada surat wasiat dari Imel buat Langga. Terdiamlah Langga membaca isi wasiat itu.Kakek mereka Aban Sulaimin sudah membagi hartanya yang 11 triliun, yakni buat Langga 7 triliun, yang s
Langga tertegun juga melihat indahnya tubuh Syifa saat ini, dadanya bak gunung merapi kembar yang mencuat naik. Saat turun ke bawah lagi, tersajilah sebuah hutan rimbun yang menimbulkan aroma dan sensasi berbeda.Langga langsung lupa dengan masalah-masalah pribadi yang datang bertubi-tubi padanya.Tubuh berbau harum Syifa sang pramugari cantik dari maskapai plat merah ini, melupakan semua nestapa di otaknya saat ini.Apa yang di alami Langga, juga di alami Syifa!Syifa sebenarnya di pesawat itu sudah sangat penasaran dengan pria tampan ini. Sehingga saat berduan begini, dirinya memuaskan rasa penasarannya itu.Langga melepas pakaiannya pelan-pelan, sebagai pria yang juga ‘Raja Bercinta’, Langga tahu bagaimana cara membuat pasangannya penasaran dengan dirinya.Syifa sampai tak berkedip menatap tubuh kokoh Langga! Kalau tadi Langga yang terpana dengan tubuhnya. Kini giliran Syifa yang mengagumi tubuh berotot Langga, yang ramping di bagian perut dan bidang di bagian dada.Syifa jadi inga
Darmadi memeluk erat tubuh Langga, semua kini sudah beres, pria muda di depannya saat ini bukan lagi pria sembaranganDengan uang 10 triliun dan beberapa saham yang terus menghasilkan income setiap tahun, kekayaan Langga akan terus bertambah seiring waktu. Di tambah warisan ibunya, dari penjualan lahan ke Lily yang lebih dari 500 miliaran, yang baru terpakai 7 miliaran, setelah Langga beli mobil dan permak rumahnya di Jakarta .Darmadi tentunya juga dapat komisi yang tak sedikit, pria ini diam-diam memiliki 3 istri, dengan uang yang baru masuk ke rekeningnya, mau nambah 1 atau 2 istri pun kini dia mampu. Komisi yang dia terima tak main-main…yakni 155 miliar!Bak berjalan di awan Darmadi saat ini. “Tapi dibandingkan Langga, punyaku ini tak seujung kuku miliknya. Tapi kenapa tak kunjung punya bini yaa…moga saja normal, kasian keturunan Aban Sulaimin habis di dia saja kalau tak menikah,” batin Darmadi.“Om…di mana bisa beli rumah di sini yang langsung bisa di tempati,” kagetlah Darmadi m
Langga menatap pemandangan indah Banjarmasin dari balkon kecil hotel ini, di ranjangnya masih nyenyak Syifa yang tidur.Tadi malam kembali mereka bertarung sangat dahsyat sampai tengah malam. Hingga kamar yang siang kemarin rapi, kembali berantakan.Langga hari ini sudah bukan Langga yang kemarin-kemarin, dia adalah seorang milyuner dengan warisan harta segunung.Tak pernah Langga mengimpikan jalan hidupnya akan sedrastis ini berubah. Dari seorang anak seorang PSK, lalu jadi gigolo yang pengecut. Menjadi seorang preman berdarah dingin, dan kini jadi miliuner yang tinggal apapun bisa dia lakukan kini.Tapi pesan bijak Nelly akan selalu dia ingat. “Mau segunung juga, kalau kamu salah gunakan, semuanya akan ludes Langga. Alangkah bijaknya kalau kamu investasikan kemana gitu…agar uang-uang kamu itu terus berkembang!” itulah pesan ‘kekasihnya’ selalu terngiang di benaknya.Siapakah orang yang cocok di ajak kerjasama…?”Langga langsung senyum sendiri, siapa lagi kalau bukan Lily Rudino. “Hm
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d