Bannon yang bergerak sangat cepat, untungnya saat menembak begitu, Jenderal F yang masih rebahan di tanah tangannya gemetaran menahan sakit akibat tembakan Bannon.Sehingga tembakan itu luput, tapi tak urung satu peluru tetap menyerempet bahu kirinya, hingga salah satu pistolnya terlepas di lengan kirinya itu.Tapi tembakan Bannon tetap menembus dada si Jenderal ini, yang langsung meregang nyawa saat itu juga.Saat berdiri lagi sambil memegang bahunya yang mengucurkan darah, AKP Andrino dan puluhan polisi berdatangan dan meringkus semua kawanan ini.Ada 7 orang tewas dan sisanya antara mati dan tidak, termasuk Jenderal F dan Lukita yang ikut tewas tertembak Kolonel Bannon.Tewasnya Jenderal F juga membongkar praktek kejahatan yang bikin semua orang melongo, selain perdagangan orang, Jenderal F juga dalang penjualan narkoba plus penyelundup senjata api ke pasukan kriminal bersenjata di Papua.Polisi langsung menyegel rumah-rumah mewah milik Jenderal F yang tersebar di mana-mana, ada 15
Bannon sadar, di negeri Sudan ini pertempuran sangat ngeri, secara historis konflik di Sudan terjadi akibat ketegangan etnis, perselisihan agama, dan persaingan memperebutkan sumber daya alam.Di sini nyawa seolah tak ada harganya, pengungsi pun puluhan ribu orang yang tersebar di perbatasan.Kolonel Bannon bersama 150 tentaranya bergabung dengan 200 tentara lainnya dari berbagai negara, yang juga baru datang, menggantikan pasukan sebelumnya.Karena memiliki pangkat paling tinggi serta pintar beberapa bahasa, Kolonel Bannon pun di dapuk sebagai pemimpin pasukan di sini.Kolonel Bannon sadar, di sini nyawa sewaktu-waktu bisa melayang. Pertempuran berkecamuk di negeri itu akibat persaingan dua jenderal, untuk merebut kekuasaan di negeri tersebut.Serangan udara, tank di jalanan, tembakan artileri dan senjata berat pecah di seluruh negeri, bahkan ibu kota Khartoum perang juga tak terelakan.Sudan benar-benar jadi arena perang dan tak ada hukum ataupun tuan, siapa yang kuat dialah yang be
Bannon dan 150 pasukannya kini tiba di sebuah sisi pegunungan yang lumayan rimbun hutannya. “Aneh juga, Africa kok hutan lebat, mirip Indonesia,” pikir Bannon bingung sendiri.Tanpa buang waktu, sesuai dengan rencana yang sudah dia susun sebelumnya, aksi pembebasan sandera segera dilakukan.Bannon sudah dapat peringatan dari atasannya, Brigader Jenderal Kolaby, agar pasukannya murni hanya bebaskan sandera. Tapi jangan terlibat pertempuran atau membunuh para anggota kelompok ini.Tapi Bannon tetaplah Bannon, dia tetap jalan dengan planningnya, baginya para jenderal yang jadi pimpinan, hanya pintar retorika. Tapi banyak yang tak paham kondisi di lapangan.Begitu anak buahnya menyebar, puluhan anggota komplotan bersenjata langsung lancarkan serangan pada pasukan Bannon.Mereka kaget markasnya saat ini di serbu pasukan PBB, pasukan yang selama ini dianggap hanya lakukan pengamanan. Justru hari ini akan menyerang komplotan mereka.Bukan hanya tembakan senapan biasa, Bannon sangat kaget, ad
Tiga hari pasca pertempuran yang menghebohkan itu, seluruh warga yang kotanya porak poranda kembali ke kota itu.Harta mereka yang sempat di rampas juga di kembalikan lagi oleh pasukan Bannon. Bukan perkara mudah bagi warga bangun kembali kota yang hancur ini.Tapi kehidupan terus berjalan dan tak ada pilihan lain bagi warga yang masih hidup, selain berusaha bangkit lagi.Tapi kali ini mereka merasa aman, jaminan keamanan yang Bannon dan pasukan berikan, membuat mereka tak lagi di cekam ketakutan.Bahkan dua jenderal yang bertikai sengit di Sudan, tahu aksi Kolonel Bannon dan pasukannya ini, sehingga mereka diam-diam sepakat menghindari bentrok langsung dengan pasukan Bannon Cs.Patroli rutin terus di gelar Bannon dan pasukannya. Kondisi kotapun mulai aman dan daerah yang porak poranda kini pun mulai bersih dan banyak warga yang membangun rumahnya lagi.Bannon pas saat itu sedang patroli sendirian dan dia tak sengaja melewati rumah Zumairah yang sebelumnya ambruk.Saat Bannon tiba, di
Aktivitas mendebarkan tapi aseek ini terhenti sejenak, saat baby Asyfa terganggu, gara-gara ada ‘saingan’ di dada ibunya.Zumairah dan Bannon saling pandang lalu sama-sama menutup mulut agar jangan tertawa, saat tangan mungil Asyfa menampar wajah Bannon.“Abang jadi saingan Asyfa, sama-sama doyan,” bisik Zumairah terkekeh sambil membersihkan mulut Bannon yang belepotan ASI. Kini kembali keduanya saling melumat, saat si baby itu mulai nyenyak lagi tidurnya.Zumairah kaget, saat pelan-pelan kepala Bannon turun ke pinggulnya dan menarik gaun panjangnya.“Ja-jangan Bang…bau…!” bisik Zumairah tak percaya diri.Tapi bagi Bannon yang nge-gas hingga 80 km/per jam, ia tetap membuka itu dan Zumairah antara risih dan menikmati. Saat wajah perwira tampan ini mulai tenggelam di antara paha mulusnya.Zumiarah aslinya wanita konservatif, baru kali ini dia merasakan permainan baru dari sang fuckboy cinta ini.Dulu dengan mendiang suaminya, dia tak pernah begini, paling gaya misionaris saja. Buka gaun
Perjalanan jauh lebih 2.000 kilometer pun di tempuh Bannon. Namun Zumairah dan Ainun terlihat malah senang, mereka beranggapan sedang darmawisata saja.Bannon sengaja tak naik pesawat, karena dia memang ingin menikmati perjalanan dan Zumairah serta Ainun juga menyambut antusias mereka hanya lewat jalan darat. Walaupun jarak yang ditempuh tidaklah dekat dan harus berhari-hari..!Untungnya Zumairah bisa bawa mobil, sehingga Bannon tak kecapekan berhari-hari bawa mobil SUV mewah khusus gurun pasir ini.Seharian mereka sudah lahap hampir 500 kilometer, hanya istirahat makan dan isi BBM, selebihnya mobil terus tancap gas.Bila Bannon mulai ngantuk, Zumairah tanpa ragu ambil alih setiran dan baby Asyfa di pegang Ainun. Bannon kadang senyum sendiri melihat Zumairah sangat lihai bawa mobil berharga hampir 8 miliaran ini, padahal second."Kami dulu punya mobil bang, aku sering bawa sendiri, karena aku hobby jalan-jalan, Ainun juga bisa loh bawa. Tapi dia masih di bawah umur, maka belum ku bole
Bannon menuju ke sebuah tempat yang di sebutkan Manajer Rohimin, sebelum sampai di tempat yang di tuju, Bannon membongkar senjata otomatisnya yang dia simpan di lantai mobil ini dan ditutup sedemikian rupa.Senapan otomatis canggih yang diam-diam dia miliki dan di beli di Amerika, melalui perantara seorang agen penjual senjata.Selain lebih ringan, senjata ini juga mampu memuat 50 peluru sekaligus dan mudah di tenteng ke mana-mana.Bannon juga pasang rompi tipisnya dan kini dia sudah berganti dengan baju tentaranya, yakni loreng coklat, lengkap dengan sepatu tempur septinya. Bannon benar-benar siap tempur.Di pinggangnya ada granat hingga 10 biji dan pastinya sangkur tak pernah ketinggalan. Kali ini Bannon benar-benar akan perang melawan para penculik Zumairah dan Ainun serta baby Asyfa.Baru saja selesai berganti pakaian, tiba-tiba telponnya berbunyi. Melihat nomor dan kodenya Bannon langsung tahu, ini nomor dari Mesir.“Hmm…para penculik sudah mengontak aku, pasti Zumairah mereka te
Setelah mengendong Zumairah dan diikuti Ainun yang ketakutan sambil gendong baby Asyfa, karena melihat banyak mayat bergelimpangan berlumuran darah. Bannon lantas berhenti dari jarak 50 meteran dari bangunan ini.“Ainun tunggu sebentar ya…tutup kuping agar jangan kaget, Juga peluk Asyfa yaa!”“Abang mau kemana?” Ainun bertanya keheranan.“Tenang saja, Abang mau ratakan tu bangunan,” bisik Bannon, hingga menyentuh daun telinga Ainun yang tertutup kerudung. Gadis yang baru berangkat remaja ini kaget dan bulu kuduknya meremang.Sentuhan tak sengaja yang Bannon lakukan membekas di hatinya..!Bannon mengeluarkan dua buah granat nenas dan bergegas balik lagi ke bangunan tadi. Tak lama kemudian…duarrr…duarrr….terdengar dua kali ledakan dahsyat di bangunan ini.Puluhan warga desa yang geger dan berhamburan keluar mendengar bunyi ledakan dahsyat di bangunan ini. Mereka heran dan bertanya-tanya, siapa yang melakukan ini.Tapi Bannon bersama Zumairah, juga Ainun dan baby Asyfa sudah sangat jauh
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d