Tante Eni yang sudah beri lampu hijau anaknya dengan pemuda ini, dia meminta Bannon tidur saja di rumah mewah yang miliki 6 kamar ini. Namun Bannon beralasan dia masih ada yang di urus. “Kenapa harus di hotel, kan ada kamar kosong?” protes Yurica bertanya saat mereka berduaan di teras samping rumah mewah ini, yang di depannya ada taman dan Naldy adik Yurica rupanya punya bakat merias taman itu, sehingga kini terlihat sangat indah. “Nggak enak, kan belum halal, lagian masa iddah kamu belum habis, masih beberapa hari lagi…takut khilaf!” canda Bannon. “Awas jangan macam-macam di hotel…aku sudah siap bikinkan kamu keturunan setelah masa iddahku habis. Kamu mau gaya apa aja aku ladeni kelak!” bisik Yurica, sambil mengigit hidung kekasihnya ini. Hingga Bannon tertawa dan dengan bercanda bilang tak sabaran ingin ganti oli dengan kekasihnya ini. “Sabar…aku tahu sejak di rumdin di Bangkayong kamu udah nggak sabaran. Tapi kita mesti bersabar yahh!” bisik Yurica, sambil membelai pipi kekasih
Suatu malam pengintaian Bannon agaknya mulai membuahkan hasil, dia melihat ada sebuah mobil masuk dan diiringi 2 buah motor.Bannon keluar dari mobilnya dan bermaksud menyatroni lebih dekat dan ingin dengar percakapan mereka itu. Malam ini Bannon pakai sweater hitam lengan panjang ngepres di badan dan celana jeans warna senada. Sehingga penyamarannya tak kentara.Tanpa kesulitan Bannon berhasil melompati pagar yang tinginya dua meteran. Dengan berindap-indap menuju ke bagian taman, di mana Kompol Enteng menerima tamu-tamunya tersebut.Bannon melihat-lihat apakah ada CCTV tersembunyi, dia lega tak ada di bagian taman ini. CCTV hanya menyorot bagian depan dan belakang.Kondisi taman yang tak terlalu terang membuat Bannon bisa mendekat ke tempat mereka berkumpul, yang mirip gazebo di tengah taman yang lumayan luas ini.Ada 5 orang dan mereka terlihat berbicara sangat serius, Kompol Enteng yang bertindak sebagai tuan rumah, terlihat serius mendengar ucapan ke 5 orang tersebut.Kini jarak
Bannon menatap Yurica yang hari ini tampil beda, dia kenakan baju kurung dengan kerudungnya yang manis. Hari ini juga telah habis masa iddah Yurica, setelah cerai dengan Koh Taruk, mantan suaminya.Ini adalah hari bersejarah bagi Yurica, yang memutuskan ikut keyakinan Bannon, agar mereka…bisa menikah. Yurica yang dulu sangat fanatik dengan keyakinan lamanya, terbuka hidayahnya berkat calon suami tampannya ini.Setelah dengan lancar mengucapkan kalimat syahadad. Giliran Bannon yang dengan mantap ucapkan ijab kabul di depan seorang ustad merangkap penghulu ini, dan sah lah hari ini dia memiliki seorang istri jelita.Tante Eni, Wen-Wen dan Naldy juga turut bahagia saksikan ini, kakanya mereka kini sudah mualaf dan jadi istri sah Mayor Bannon Al Sulaimin. Setelah bertahun-tahun hidup menderita menikah dengan Koh Taruk.Pernikahan ini sederhana dilaksankan di rumah seorang Ustaz Jali. Seorang kyai pemilik ponpes yang berada di pinggiran Kota Pontianak. Karena Yurica bilang ingin ringkas-ri
Kini terkuaklah kenapa perabotan Yurica bak pecah perawan lagi, padahal baru 3 bulan 1 hari masa iddahnya habis. Ternyata hampir 10 bulan Koh Taruk tak pernah menyentuh Yurica lagi. Hingga mereka resmi bercerai.Pertengkaran dan hobby mabuknya di tambah judi, serta penampilan Yurica di mata Koh Taruk sangat tidak menarik. Karena istrinya ini tak pernah lagi berias, gara-gara uang dihabiskan Koh Taruk main judi. Membuat Koh Taruk tak berselera menggauli Yurica.Dulupun saat ngumpul, si buntel itu hanya bertahan tak sampai 5 menitan sudah muncrat. Dan setelahnya ngorok kayak babi di sembelih.Sehingga Yurica tak pernah bisa hamil, apalagi kandungannya agak tinggi dan semprotan si buntel tak bisa mencapai indung telur Yurica.Dan itu tadi, perabotan si buntel tak ada apa-apanya di bandingkan Bannon. Inilah cerita Yurica pada suami ke duanya ini, kini Bannon paham penyebabnya dan tak lagi penasaran.Mereka pun selama semingguan tak kemana-mana, benar-benar bulan madu yang tiada puasnya. Y
Pasar Entikong Pontianak malam ini sangat rame, jelang tahun baru imlek warga tumpah ruah berbelanja. Tapi bagi Bannon kemeriahan ini justru bikin dia harus terus waspada.Sesuai info yang dia ketahui saat mengintip pembicaraan di taman rumah Kompol Enteng Supriono, malam ini bakal datang 50 kilogram narkotika jenis sabu yang di kirim dari Malaysia dan di samarkan dengan angkutan pernak-pernik Imlek.Jenis mobil untuk mengangkut pun sudah Bannon ketahui, yakni sebuah mobil bok warna perak, ber plat Nopol KB 1446 NDT.Banonn kini berdiri dengan jarak 50 meteran dari toko lumayan besar merangkap gudang tersebut, dan dia terus mengamati mobil bok yang hilir mudik.Lewat jam 10 malam, harapan Bannon terkabul, terlihat mobil bok itu datang dan dia masuk lewat jalan samping menuju ke belakang. Karena gudang itu letaknya di belakang.Memanfaatkan masih banyaknya orang yang lalu lalang, Bannon pun bergerak cepat dan menyelinap, tanpa siapapun yang tahu.Sopir mobil bok dan kernetnya terlihat
Kolonel Ismail menatap Mayor Bannon, kegegeran penangkapan komplotan pa Bos Komandan benar-benar jadi headline di mana-mana. Nama Iptu Yono langsung harum di mana-mana.Padahal Mayor Bannon lah yang harusnya jadi pahlawan. Namun Bannon sudah bilang, dia jangan di sebut. Iptu Yono tak bisa berkata apa-apa lagi, karena ini amanah sahabat baiknya.Iptu Yono dapat penghargaan dan naik pangkat, dari Iptu jadi Ajun Komisaris Polisi atau tambah satu balok di bahunya, menjadi 3 balok. Tapi...langsung di mutasi ke Polda Kalbar!Tertangkapnya Kompol Enteng Supriono Cs juga membongkar praktek penjualan manusia yang sangat mengerikan. Karena ada penjualan organ tubuh manusia dan praktek ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun.Termasuk penjualan narkoba, yang sudah jadi musuh bangsa dan sulit di berantas, karena melibatkan oknum aparat, mulai dari berpangakt rendah, hingga perwira.Setelah menghela nafas panjang, Kolonel Ismail mengambil rokoknya. “Bannon, jujur saja, masih ada dalangnya yang
Bannon pulang agak sore, dia kaget kenapa sangat banyak polisi dan warga juga anak buahnya sudah berkumpul di depan rumah dinasnya. Juga ada mobil ambulance terparkir di halaman rumah dinasnya.Dengan hati deg-degan tak karuan, Bannon turun dari mobilnya, Serda Mukhlis anak buahnya langsung menyambutnya. “Ndan…i-ibu..!” suara Mukhlis terbata-bata.“Kenapa istri saya Mukhlis!” sentak Bannon kaget tak kepalang saat anak buahnya ini tak mampu teruskan kalimatnya.Bannon bergegas masuk ke rumahnya, tak pedulikan Serda Mukhlis yang tak mampu teruskan ucapannya. 5 polisi menyingkir saat si Mayor ini masuk dan…kakinya bak tak ada tulang. Bannon terduduk lantai dengan kaki terlipat ke belakang.Yurica yang sedang hamil besar dan kini kondisinya terlentang di lantai tak bergerak, nafasnya terluhat sangat lemah.Terlihat seorang perawat sedang memasangi slang di hidungnya, tak jauh dari di sisinya ada mayat si buntel Koh Taruk dengan pisau yang tertancap di dada. “Pria tambun ini mencekik ist
AKP Yono Sumarjono menatap iba sahabat baiknya ini. Sampai lama dia memeluk tubuh Bannon. “Sabar saudaraku…anggap ini ujian dari Tuhan..!” bisik AKP Yono.Bannon hari ini sengaja mengunjungi sahabatnya yang kini bertugas di Polres Bangkayong, setelah naik pangkat dari Iptu ke AKP, lalu di mutasi dari Polsek Bangkayong Utara ke Polda Kalimantan Barat.Kini AKP Yono kembali ditugaskan di Polres Bangkayong sebagai Kasat Lantas. Hari ini dia dikunjungi Bannon yang izin pamit akan kembali ke Jakarta, karena ingin minta cuti sekaligus minta di mutasi. “Bang…tolong sesekali tugaskan anak buah Abang, agar membersihkan makam istriku, minimal 2 bulan sekali!”“Tentu, Mas…hati-hatilah…ku rasa komplotan ini sangat kuat pengaruhnya di mana-mana.” Bannon mengangguk dengan nasehat AKP Yono.Dua hari kemudian, diantar AKP Yono ke bandara perintis, Bannon pun terbang dengan pesawat jenis cassa ke Pontianak dan mobilnya dia berikan pada AKP Yono. Termasuk surat-suratnya dia serahkan semua buat sahab
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d