Keduanya kini makin mabuk cinta, Abu Magun yang awalnya ogah menikahi Thaina, akhirnya baru sadar, cinta itu datang setelah menikah.Dia pun akhirnya bisa move on dari dokter Cecilia dan Loli, Thaina sudah mengubah itu semua, cinta yang datang dari hati memang misteri dan bisa datang tanpa di undang.Kalau saja kamar mereka tak di gedor adik-adik Thaina yang sengaja menggoda keduanya. Keduanya seakan enggan keluar kamar. Ketiga mertuanya hanya senyum maklum melihat pasangan yang sedang di ‘mabuk bulan madu’ ini.Dari dua istrinya, Abu Faisal memiliki 6 orang anak, Thaina adalah anak nomor dua, ada kakak Thaina, laki-laki sudah menikah dan tinggal di rumah sendiri bersama istrinya.Saat mereka menikah dulu, Abu Magun sudah dikenalkan dengan kakak iparnya ini, yang usianya masih 20 tahunan itu.Abu Magun sudah izin dengan mertuanya, akan membawa Thaina kelak ke Indonesia, mertuanya tak keberatan dan berharap keduanya tetap rukun sampai kapanpun.Hampir saja Abu Magun lupa dengan janjiny
Seorang pria yang terlihat di bahunya berpangkat Kolonel mendekati Abu Magun, dari pakaian militernya, di dadanya tertulis nama Brade. Abu Magun sudah bisa menduga kalau pria setengah tua ini perwira dari Amerika, terlihat dari seragam militernya.“Hmm…ini rupanya orang yang dikatakan bikin pasukan kami kocar-kacir dan banyak jatuh korban jiwa. Hebat...hebat…sayangnya skil sehebat ini tak di miliki anak buah saya. Tak ada ampun atau nego apapun lagi, kamu bertindak sendiri dan kini kamu harus bertanggung jawab dan harus segera di eksekusi!”Suara Kolonel ini terdengar berwibawa, tatapannya tajam dan seakan menyayangkan Abu Magun, yang sebentar lagi akan berakhir riwayatnya.Serdadu yang tadi berada di sisi kiri Kolonel Brade, kini mendekati Abu Magun. “Sebelum kamu di eksekusi, kamu sebutkan di mana sembunyikan harta karun yang merupakan milik pasukan di Al Iqra yang baru kalian hancurkan..?”Abu Magun kini menatap tajam wajah perwira yang berpangkat lebih rendah setingkat dengan Kolo
Mahia malah terlihat menghela nafas, sepertinya ada sesuatu yang menyesak di dadanya. “Beliau dan istrinya sudah meninggal dunia bang, mereka tewas di tembak milisi kriminal bersenjata dan merampok seluruh harta Abi angkatku itu, habis semuanya mereka ambil, baik uang maupun perhiasan...!”Kaget bukan kepalang Abu Magun, ternyata pria yang dulu berprofesi sebagai Mantri Kesehatan. Karena sempat kuliah kedokteran tapi tak lulus dan pernah menolongnya ini bernasib tragis.“Bagaimana kisahnya Mahia dan kenapa kamu bisa selamat…?” Abu Magun terperanjat juga dengan ucapan Mahia ini.Mahia pun mulai bercerita..!Sepeninggal Abu Magun, kehidupan Mahia awalnya berjalan baik dan masa depannya akan cerah. Dia dapat orang tua angkat yang baik dan menyayangi bak anak kandung.Mahia yang awalnya bercita-cita ingin jadi diplomat malah berubah, setelah tinggal bersama kedua orang tua angkatnya yang tak memiliki keturunan ini.Mahia ternyata punya bakat seorang dokter merangkap tabib. Sebab ilmu yang
“Hmm…mau tahu saja Abang ini, itu rahasia aku!” sahut Mahia pendek, hingga Abu Magun tertawa kecil dan bilang maaf. Tapi wajah tajam Abu Magun membuat Mahia tersipu malu. Mahia sebenarnya diam-diam tahu, Abu Magun kini dan dulu berbeda, dulu agak cuek dan tak begitu merespon perhatiannya. Tapi kini terlihat berbeda sekali, Abu Magun seakan tak pernah puas menatap dirinya. Hal yang membuat hatinya berbunga-bunga. Kini mereka berbincang soal pasukan asing yang kuasai Hom City dan sudah bangun pangkalan militer baru di kota ini. Inilah yang membuat kaum pejuang bertekad akan bebaskan kota ini dari ‘jajahan’ bangsa barat, yang dibantu anggota milisi yang berkedok pejuang tersebut. Semakin dekat denga Mahia, Abu Magun harus akui, hatinya mulai terpaut dengan gadis cantik bertubuh semampai sederhana ini. Walaupun berpakaian sederhana dan serba tertutup, tapi mata bangor pemuda ini tahu, body Mahia sangat ‘dahsyat’ dan membuatnya pusing sendiri. Terlebih dia sebenarnya masih belum puas
Tasya malah menghela nafas panjang. “Harta itu berhasil di rampas kembali pasukan penjajah, aku hampir tewas, andai tak di tolong pasukan Abu Fathir ini”“Berarti sekarang harta-harta itu di kuasai mereka?”“Tidak..! Justru ini yang aneh, harta itu kabarnya menghilang lagi di bawa beberapa orang. Nah isu pun berkembang liar, ada yang katakan kalian yang mengambilnya. Ada juga yang bilang sudah di amankan pasukan penjajah!”“Ohh…terus apa sekarang langkah kamu Tasya..?” Abu Magun kini balik bertanya.“Aku akan selidiki kemana harta-harta tersebut lenyap, agaknya di antara petinggi pasukan penjajah itu kini terbagi 3 kelompok.”“Hmm…3 kelompok, apa maksud kamu Tasya?” Abu Magun mula tertarik.“Kelompok pertama, yakni Kolonel Brade, kalau ini sama sekali tak tertarik dengan harta itu. Mereka murni hanya ingin kuasai Hom City, karena di sini ada ladang minyak yang punya prospek luar biasa hingga 300 tahun. Tentu saja nilainya jauh lebih besar dari semua harta tersebut…!”“Woww…berapa duit
Abu Magun, Tasya dan Mahia kini bersiap-siap malam. Abu Magun sengaja memberi tahu Mahia soal pembunuh bayaran yang kini incar Abu Fathir.“Aku khawatir, para pembunuh bayaran itu justru sudah ada di pasukan Abu Fathir dan menyamar. Makanya kita harus mengajak Mahia, sebab dia hapal wajah-wajah pasukan ini!”Itulah alasan Abu Magun dan Tasya ternyata tak keberatan, keduanya masih kurang yakin pembunuhnya hanya dua orang, apalagi ini menyangkut harta karun yang nilai bukan main-main.Mahia yang dikabari soal ini ternyata sangat antusias, dia pun mengaku akhir-akhir ini sudah rada curiga. Ada penyusup di pasukan Abu Fathir yang juga ayah angkatnya ini.Saat di bawa melihat pada dua orang yang sudah di lumpuhkan, Mahia langsung geleng-geleng kepala.“Dua orang ini sejak awal bergabung sudah menunjukan gejala yang mencurigakan!” cetus Mahia. Abu Magun mengangguk dan tanpa banyak bicara, dia mendekati kedua orang tersebut. Sekali memutar kepala kedua nya secara bergantian, kedua orang ini
Akhirnya disepakati, selain Tasya dan Mahia, ada 5 anak buah Abu Fathir yang siap berjihad menemani Abu Magun di tempat ini.Abu Magun minta agar di tinggali granat dan juga ranjau yang akan di pasang di beberapa titik. Abu Magun yakin yang datang pasti pasukan darat.“Tapi bila musuh gunakan pesawat atau helikopter, kalian harus segera pergi dan gunakan jalur terowongan yang sudah ku beri tahu tadi, dan ke 5 anak buahku ini tahu arahnya!”itulah pesan Abu Fathir pada Abu Magun dan 8 orang lainnya ini. Dan malam itu juga mereka secara serentak pergi dari tempat ini. Karena sudah terlacak musuh melalui pembunuh bayaran tersebut.Namun sebelum pergi, anak buah Abu Fathir turut membantu meletakan puluhan ranjau yang sudah di beri tanda, sesuai permintaan Abu Magun.Sampai tengah malam dan jelang subuh, tak ada tak ada tanda-tanda musuh datang. Abu Magun bahkan terlihat tidur dengan nyenyak, sambil memeluk senjata otomatis yang di beri Abu Fathir.Sampai-sampai Tasya dan Mahia, termasuk 5
“Amit gendong Usman, kalian masuk duluan jangan ada yang berhenti yaa, aku mau tembak tu helikopter!” Semuanya kaget dengan ucapan Magun, tapi tak ada yang membantah.Abu Magun sengaja meminta Amit, karena pria ini berbadan besar dan kuat, sedangkan yang lain badannya kurus.Abu Magun kini sengaja berbelok dan dia agak menjauh dari pintu terowongan ini. Sekaligus beri kesempatan ke 7 orang ini kabur sejauh-jauhnya. Tembakan dari helikopter ini benar-benar beruntun, Abu Magun sampai jumpalitan menghindar.Abu Magun kini bersembunyi dan melihat 5 helikopter canggih ini terlihat berputar-putar memberondong bekas tempat persembunyian Abu Fathir, hingga tempat ini meledak dan terbakar.Abu Magun marah bukan main, dia mulai membidik dari tempat persembunyiannya dan menunggu ke 5 helikopter ini terbang rendah. Dia bersabar menunggu dengan hati murka, karena api berkobar menghanguskan tempat ini.Harapan Abu Magun terkabul, dua helikopter mulai terbang rendah karena merasa tak ada perlawanan
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d