Gal Jenner tak banyak bertanya, dia pun mengarahkan mobil ini ke arah pusat kota, di mana perumahan mewah yang katanya hanya di huni orang-orang kaya dan para ekspatriat itu berada.Abu Magun menceritakan secara singkat, kenapa dia berani menuduh Jake Al Farissi lah yang menjadi dalang penculikan ini.Gal Jenner ikutan geram, karena dia dan juga pacarnya yang tak tahu nasibnya kini. Jadi korban penculikan dan sempat di jual sebagai penari perut di klub malam.Sebelum di tolong Abu Magun, dan kini mereka bersama-sama menuju ke rumah sang pentolan penculik wanita-wanita muda ini.Namun mereka tak bisa masuk kawasan elit ini, di pintu gerbang mobil mereka di tahan 10 orang berpakaian militer dengan senjata otomatis.Abu Magun beri kode agar Gal Jenner memundurkan mobilnya, karena percuma memaksa, bakal menimbulkan masalah besar.“Kita cari akal, jangan ngotot,” bisik Abu Magun dalam bahasa Ibrani, hingga dua orang dari 10 penjaga berpakaian militer itu menatap keduanya dengan tajam. Kare
“Saya tak bawa apa-apa opsir, selain makanan dan minuman para pelanggan,” sahut Soleh tenang. Abu Magun sudah nekat akan menembak, kalau seandainya ada serdadu ini yang menjenguk ke dalam mobil.Namun dia salut juga melihat gaya Soleh yang terlihat tidak gugup, bahkan cenderung cuek. Padahal Abu Magun terlebih Gal Jenner sudah tegang, khawatir para serdadu ini akan membuka pintu mobil dan ngecek isinya.Tapi setelah menatap wajah Soleh yang bersikap culun, dua serdadu ini mempersilahkan Soleh meneruskan perjalanan.Soleh pun menarik nafas lega. “Sir dan madam keluar saja, sudah aman,” ceplos Soleh. Lalu singgah di sebuah rumah mewah dan mengeluarkan pesanan-pesanan pelanggannya di sebuh wadah khusus di depan rumah tanpa pagar ini.Kompleks perumahan ini memang ala barat, tak ada satupun yang berpaga. Karena sekeliling perumahan di pagar beton hingga 2,5 meteran dan di beberapa titik di jaga tentara.Abu Magun dan Gal Jenner kini mulai melihat-lihat bangunan mewah di kompleks ini. “Hon
Seakan paham, Gal Jenner tiba-tiba ikutin gaya Abu Magun, dia membuka kaca mobil ini dan mengeluarkan tubuh sampai se pinggang. Lalu serentak menembaki ke 10 prajurit di pintu gerbang perumahan mewah tersebut.Doorr….dorrr…dorrr, dengan gaya bak di film action, Abu Magun menembaki ke 10 serdadu ini tanpa ampun, peredamnya sengaja di cabut, agar nyali para serdadu itu ciut.Tentu saja tembakan ini membuat ke 10 serdadu ini kaget bukan kepalang. Kalau Abu Magun kedua tangganya gunakan dua pistol, Gal Jenner hanya satu tangan, itupun tembakannya semuanya meleset.Tapi hasilnya tetap baik, membuat 2 orang serdadu kalang kabut dan bersembunyi ketakutan, tanpa sempat membalas.Soleh..? Bukannya takut, anak remaja ini dengan tertawa malah benar-benar injak gas mobilnya, hingga mobil ini bak melompat saja saking cepatnya.5 orang terjengkang kena peluru di perut, 3 orang tertembak di bahu dan sisa 2 orang dengan ketakutan bersembunyi sambil tiarap.Benar-benar mental prajurit tempe ke 10 oran
Bagaimana tidak kesal Abu Magun, kembali pemandangan menaikan jakun tersaji di depan matanya. Gal Jenner sampai menahan mulutnya agar tidak tertawa. Karena burung pelatuk orang yang mereka duga Jake Al Farissi langsung ciut, saat Abu Magun menodongkan pistolnya.“Si-siapa kamu!” dalam kagetnya pria yang masih belum berpakaian ini langsung membentak Abu Magun.Dorrr…itulah jawaban Abu Magun, yang sengaja hampir kena kepala orang ini. Dua wanita yang masih telanjang bulat berteriak ketakutan. Mereka langsung tiarap lantai masih dalam kondisi tak berpakaian.“Kamukah yang bernama Jake Al Farissi, jawablah, atau pistolku ini langsung melubangi dahi kamu!” Abu Magun balik membentak.“Be-benarrr…tapi apa salah aku pada kamu, hingga kalian masuk dan menodongku. Kamu tak tahu siapa aku hahhh!” Jake rupanya masih punya nyali yang besar juga.Dorrr…dorrr…dua kali tembakan Abu Magun mengenai paha Jake, dia melolong bak anjing mau di sembelih.Abu Magun menatap Jake dengan tatapan bengis. Saat it
Abu Magun terbangun saat Soleh menowel lengannya. “Bangun Om, kita sudah sampai di perbatasan Syria!” Abu Magun mengejapkan mata dan dia melihat gurun pasir yang membentang di depan mata dan ada tulisan negeri Suriah.Pagi sudah mulai menjelang, mereka memang hanya berdua, Gal Jenner tadi malam ternyata berubah pikiran ikut. Dia minta di antar ke Kedubes Israel di Baghdad, lalu Abu Magun dan Soleh berdua melanjutkan perjalanan.Gal Jenner beralasan dia dapat telpon dari ayahnya, yang minta dia segera melaporkan diri ke kedutaan, untuk di jemput dan di bawa pulang ke Tel Aviv.“Maaf honey, orang tuaku sangat khawatir, makanya aku harus pulang ke Tel Aviv, kelak kita berjumpa lagi yaahhh!” Gal Jenner mengecup bibir Abu Magun, lalu bergegas masuk ke kantor kedutaan Israel, dan Abu Magun bersama Soleh lanjutkan perjalanan.Abu Magun memaklumi alasan Gal Jenner, wajar saja ortunya khawatir, apalagi Gal Jenner sempat hilang di culik.Walaupun dia agak berat juga berpisah, karena mereka puny
Abu Magun awalnya hanya ingin menebus, bukan berniat membawa perempuan muda ini bersamanya. “Heii tunggu apa lagi, pergi kalian sono cepat!” wanita setengah tua yang ternyata istrinya malah mendorong Abu Magun dan perempuan muda ini, agar keluar rumah dan dia langsung menutup pintu, lalu klik menguncinya dari dalam.Sesaat Abu Magun sampai mematung di halaman di depan rumah ini. “Kenapa jadi begini…?” gumam Abu Magun bingung sendiri. Sambil menatap perempuan muda ini, yang wajahnya masih sembab, bahkan seperti ada kekerasan di lengannya.Tak ada jalan lain, Abu Magun lalu membawa wanita malang ke mobilnya dan kini dia bawa saja ke penginapan. “Nanti akan aku tanyai, siapa dia sebenarnya dan kenapa orang tuanya mau menjualnya,” pikir Abu Magun, sambil menjalankan mobilnya.Dia melirik, wanita ini malah terlihat lega sambil beberapa kali membersihkan cemung di pipinya. Sepanjang jalan menuju ke penginapan, perempuan muda tak pernah bicara, hanya yang aneh, dia terlihat begitu plong.Abu
Saat itulah sebuah rudal lagi-lagi hampir mengenai mobil mereka, bukan main kagetnya Soleh. Tapi Abu Magun malah marah bukan kepalang, agaknya pesawat ini sengaja ingin menjadikan mereka sasaran.Tak sengaja Abu Magun melihat beberapa orang sedang sibuk memasang rudal-rudal ke peluncur senjata, mereka berada agak terlindung di sisi bukit dan pepohonan.“Soleh ke arah sana, kita datangi mereka itu!”“Baik Om…!” Soleh lalu tancap gas, tapi sekitar 50 meteran dari tempat ini, Abu Magun malah meminta Soleh menyembunyikan mobil ini di sela-sela bukit dan pohon besar.“Kalian bersembunyi, jangan keluar dari mobil.” Tanpa menunggu jawaban Soleh dan Mahia, Abu Magun lalu berlari dan mendatangi 5 orang itu, mereka sedang mengarahkan rudal pada pesawat yang masih meraung-raung di lain desa ini.Soleh melihat dari kejauhan, Abu Magun terlihat berbicara sambil menunjuk-nunjuk pesawat itu.Ke 5 orang ini terlihat mengangguk-angguk paham. Abu Magun kini terlihat langsung ikut membantu memasang ruda
“Kita ke perbatasan Israel,” ceplos Abu Magun sambil memejamkan matanya, untuk beristirahat, setelah sebelumnya bikin kehebohan di Desa Ja’n, yang porak poranda di hajar dua pesawat zionis.“Siap Om..!” Soleh lalu memasang peta satelit di ponselnya lalu menaruhnya di dasboard mobil. Perjalanan jauh dan penuh resiko kembali mereka lakukan saat ini. Soleh sudah bisa menduga kalau bakal ada pertempuran seru lagi.Remaja ini benar-benar berlakon jadi asisten Abu Magun, baginya berpetualang dengan pemuda ini walaupun penuh resiko. Tapi membuat dia sangat antusias.Kini dia malah tak berpikir lagi mau melanjutkan pendidikan ke Mesir, maunya terus bersama Abu Magun saja.Malam menjelang, perjalanan panjang terus di geber Soleh, setelah hampir 8 jam dan hari pun sudah pagi. Abu Magun minta beristirahat di sebuah kota yang bernama Kom City.Ketika turun dari mobil, barulah Abu Magun sadar, Mahia agak ribet kalau jalan cepat dengan baju kurungnya ini.“Mahia…maukah kami pakai celana panjang?”
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d