Mohon maaf ya, kadang hanya 2 bab, supaya ritme kisahnya tetap terjaga dan tak asal-asalan. Kalau 3 bab itu tandanya inspirasi lagi bagus. Sebab novel ini kalau tak masuk akal ceritanya, kan jadinya lucu. Support-nya pembaca terhormat selalu kami tunggu, salam. mrd-bb
Baru dua hari sampai di rumahnya, yang di tinggal berbulan-bulan, Kendra sudah kedatangan sang manajernya, Rowena.“Jadi kapan nih mau main film lagi, penggemar kamu sudah tak sabaran loh liat kamu main film baru lagi. Setelah film di ‘Mendadak Santri’ sekuel 2 dan 3 yang meleduk kayak kompor dulu?” pancing Rowena tertawa kecil, tapi kini dia merasa aneh melihat wajah Kendra yang terlihat bermuram durja tersebut.“Kalau temanya mirip-mirip di film sebelumnya, aku kayaknya nggak bakal mau deh comeback!” sahut Kendra datar.“Lantas kamu mau tema bagaimana?” sela Rowena lagi, sambil terus menatap wajah pemuda ini makin dalam. Pasti ada masalah besar di Timteng, pikir Rowena.“Mungkin yang lebih ke agak-agak film sejarah gitu..?”“Duhh film gituan susah laku Kendra, rugi donk produser, mana ada yang mau!”“Hmm…ya udah, mending aku nggak usah main film deh!”“Hadeuhh, o ha cerita deh, ada masalah apa di Timteng…apakah kamu sudah bertemu Ratna?” Kendra langsung terdiam mendengar pertanyaan
“Jadi kamu ke sini hanya wakili ibu kamu untuk ninjau perusahaan keluarga kalian?” Kendra bertanya sambil makan bareng di restoran ini.“Benar banget Om, ibuku kan sudah tua, dan sudah 3 tahunan ini pensiun dari dunia usaha, makanya aku yang lanjutin. Sejak 5 tahunan yang lalu kami udah pindah dari Jakarta ke Bagoya ini!”“Ayah kamu di mana Mahalini, ku lihat usia kamu juga belum terlalu tua, paling 22-23 tahunan?”“Hmm…23 tahun tepatnya, masih muda yaa…! Sulit deh di ceritakan, mami sampai kini hanya bilang mereka bercerai sejak aku dalam kandungan. Dan mami tak mau membuka siapa papa kandungku. Kata mami, kalau sampai adik tiri Mami tau, semua aset perusahaan akan di ambil, aneh yaa…apa hubungannya?” ceplos Mahalini yang tak sengaja malah curhat.Mahalini seolah sudah kenal lama dengan Kendra, dengan apa adanya dia bilang maminya kini berusia lanjut, sudah hampir 68 tahunan dan sering sakit-sakitan.“Aku lahir saat mami sudah berusia 45 tahunan, makanya saat Mami hamil itu, Mami sur
Kendra memberi hormat pada nenek ini, Lily Rudino tercekat juga saat bertatapan dengan pemuda ini secara langsung.Terbayanglah masalalu nya yang indah dengan kakak Kendra ini, yang akhirnya menghasilkan si cantik jelita Mahalini.Namun, mulutnya tetap terkunci dan tak mau membongkar jatidiri Mahalini ke Kendra. Sebuah kesalahan kecil yang harus di bayar mahal kelak.Kendra dan Kandi memang sangat mirip, struktur wajah keduanya bak pinang di belah kampak. Walaupun dari sisi ke tampanan Kendra menang! Karena ada turunan blasteran dari Bunda Andina. Tapi wajah mereka sepintas seperti kembar.“Maaf tante, mohon izin malam ini ajak Mahalini jalan-jalan ya..!” sapa Kendra sopan, hampir tak percaya juga Kendra, ibunda Mahalini sudah setua ini. Cocoknya Mahalini ini buyut atau cucu dari si nenek ini.Tapi sisa-sisa kecantikan Lily Rudino masih terlihat, walaupun sudah keriput sana-sani.“Iya…boleh…jangan kemalaman yaa!” pesan Lily singkat dan kini menatap punggung dua orang ini, menuju ke ha
Kendra pun bercerita singkat soal Ratna dan Helena, hingga Mahalini seakan ikut hanyut dengan kisah pemuda ini. “Jadi kisah di film Mendadak Santri sekuel 2 dan 3…?” Mahalini menganggantung kalimatnya. “Ya benar…50% kisahnya adalah perjalanan kisah cintaku dengan kedua orang yang sudah meninggal itu. Walaupun di film di kisahkan keduanya masih hidup dan sengaja di bikin menggantung untuk bikin penonton penasaran…biasalah, akal sutradara dan produser!” “Woww…tak kusangka, ternyata kisah di film itu 50 persennya pengalaman asmara Abang, yang dalam kehidupan nyata berakhir tragis. Tapi di film di buat menggantung, di mana Abang ceritanya menikahi seorang wanita. Tapi hati Abang ke seorang wanitaa lain yang hilang misterius…wuihh, tak ku sangka, wajar ajah film itu meledak!” sela Mahalini takjub. Kendra hanya tersenyum saja, kedua tangannya di masukan ke kantong celana, dan dia kembali menatap laut yang terang karena sinar bulan. Soal Qawiya, Kendra sengaja tak menceritakannya, ia
Sejak hari inilah hubungan keduanya makin dekat, namun keduanya memutuskan tak akan mau berduaan di tempat sepi. Keduanya sama-sama punya spanning tinggi. Maunya tak tahan untuk tidak bercumbu, dan selalu saja hampir menyerempet.Bahkan setiap hari sepulang Mahalini dari kantor, se jelita ini menjemput Kendra dan mereka jalan berduaan sampai malam.Hubungan ini cepat terjalin, karena Kendra benar-benar sangat terhibur dengan si jelita ini. Keceriaan Mahalini membuat batin Kendra yang semula kering pelan-pelan mulai tersiram air cinta.Kendra menghormati Mahalini yang tetap menjaga dirinya suci sampai menikah kelak.Dan tak terasa, sebulan kemudian, pas malam mingguan lagi, setelah puas jalan-jalan berdua dan mengantar Mahalini pulang. Seperti biasa Kendra hanya mencium dahi gadis jelita ini dan mencium bibirnya singkat.Perbuatan keduanya semuanya di lihat Lily dari balik kaca jendela rumah mereka. Lily pun memuji sosok Kendra yang terlihat sopan dan sepertinya sangat sayang dengan M
Kandi yang terkaget-kaget menerima telpon Kendra, satu hari kemudian terbang langsung ke Bagoya dengan private jetnya. Bukan kangen dengan Tante Lily, tapi penasaran dengan Mahalini, anaknya dengan wanita ini. Malam sebelum berangkat Kandi terbuka soal ini ke istrinya. Nabila awalnya kaget, tapi akhirnya dia memaklumi masalalu suaminya ini, yang penuh lika-liku. Nabila lah yang meminta suaminya agar segera menemui Lily Rudino dan Mahalini.“Walaupun statusnya sama seperti Aldi, tapi Mahalini tetaplah anak kandung Abang yang tercecer. Moga ini yang terakhir” cetus Nabila senyum kecil, sekaligus menyindir suaminya ini. Kandi hanya bisa menghela nafas dan minta maaf.Nabila sudah tahu sepak terjang kelam suaminya, yang kini sudah tobat sejak menikah dengannya.Kandi menyayangkan kenapa Lily selama ini menutupi hal ini, Kandi tentu saja menghormati perjanjiam tertulis mereka, yang di buat 23 tahunan yang lalu. Dan berkat Lily jugalah dia jadi seorang miliuner.Sebelum akhirnya tahu kalau
“Toni…kamu..?” Kandi terdiam sesaat sampai menatap iba mantan suami Irwina kekasih masa mudanya ini.“Kandi…!” Toni yang sempat terganggu jiwanya kini malah ingat dan waras saat melihat Kandi. Beberapa orang yang ingin mengangkat tubuh Toni yang berlumuran darah di tahan pria setengah tua ini. Agaknya Toni merasa nyawaya sudah akan sampai.“Terima kasih, kamu sudah menyelamatkan Tante Lily, ibu dari anakku. Sekarang kamu ku bawa ke rumah sakit yaa!” Kandi yang iba seakan melupakan dendam masalalu dengan pria malang ini.“Jangan Kandi…agaknya sudah tiba saatnya aku harus kembali ke sang pencipta. Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosaku. Aku juga minta maaf pada kamu dan keluarga kalian. Juga ke mendiang Irwina serta anak kalian yang buta gara-gara aku. Serta buat Papa Rompas Wagira tak ketinggalan kaka Arini”Kandi tersenyum. “Dia sudah tak buta lagi, kini sudah normal, mendiang istriku pertama jadi donor buatnya, Istriku itu kakak kamu Toni, Arini, tapi dia sudah meninggal dunia !” suara
Kendra pun menatap sebentar batu itu, sebagai mantan ‘serdadu gurun’, Kendra tak mau buru-buru mengambil batu itu, takutnya beracun atau malah itu granat.Apalagi ini malam hari, walaupun belum terlalu malam. Dia mendorong-dorong dengan ujung sapu, sambil minta Mahalini dan Tante Lily mundur.Setelah dirasanya aman, barulah Kendra memungut batu itu, itupun dengan sarung tangan plastik milik Mahalini.Setelah di buka, bunyi surat itu singkat saja.“Kami sudah tahu Mahalini itu anak haram kamu Lily. Segera kamu serahkan seluruh aset perusahaan dan harta kamu, datangi Notaris Rdiwan dan bikin suratnya di sana. Atau nyawa kalian taruhannya. Jangan coba-coba lapor polisi, atau kalian akan menyesal”.Gigi Kendra gemerutuk juga, orang ini benar-benar ingin merampok harta Tante Lily dan Mahalini.Tante Lily dan Mahalini langsung pucat. Kendra jadi iba juga melihat anak beranak yang kini menjadi sangat ketakutan. Mana keduanya wanita lagi, pikir Kendra gemes sendiri dengan pelaku teror ini.“T
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d