Aldi bak dapat mainan baru yang tak kalah dengan Balia, pemuda ini makin larut dalam nafsu bersama artis cantik ini.“Gedein badan ya sayang…kalau kurus gini, nggak enak banget di peluk,” bisik Anastasia, saat untuk kesekian kalinya kembali mereka bercinta.Aldi pun langsung nganguk. “Tunggu nanti yaa, sesampai di Jakarta, aku akan bentuk tubuhku seperti milik Om ku!” Anastasia langsung sumringah, dia seperti lupa kalau di Jakarta memiliki seorang kekasih.Setelah seminggu, Kendra lalu mengajak untuk keluar dari tempat persembunyiannya di kota ini. Kini mereka bersiap menuju ke Yordania melalui jalan tikus, agar cepat sampai.Tanpa buang waktu, jelang siang di hari ke 8 mereka menuju ke Yordania, daerah Timteng yang makmur dan aman, beda dengan Suriah yang saban hari ada bentrok bersenjata.“Aku khawatir, kelamaan di sini, kalian berdua masuk angin. Nggak lucu ah, pas pulang tahu-tahu perut kalian maju ke depan!” olok Kendra saat mereka sudah berada dakam humvee.Aura dan Anastasia te
Tiga pria tampan ini duduk takzim di hadapan seorang pria yang masih terlihat ganteng dan sehat. Walaupun usianya sudah lebih 63 tahunan.Kendra dan Aldi yang paling di tatap tajam, paman dan ponakan ini hanya bisa menunduk saja di pandang begitu.Sedangkan Kandi sebagai orang tertua di antara ke tiga nya, hanya bisa diam saja memperhatikannya keduanya, lalu sesekali menatap pria tua ini.Pria tua itu adalah Langga Kasela Sulaimin.“Semuanya melenceng dari cita-cita semula, Kendra cuti terus kuliah, kamu Aldi…ku dengar juga tak beres-beres sekolah agama di Tarim. Masih untung Abang dan ayah kamu ini sudah tak macam-macam lagi setelah menikah yang kedua. Apa sih yang kalian cari sebenarnya!” tegur pria ini pelan, tapi kalimatnya menohok.Langga Kasela menyedot cerutunya pelan-pelan, matanya masih menatap tajam pada anak dan cucu nya ini.Langga Kasela dan istrinya Bunda Andina dan cucu kesayangan, Arini (anak Kandi dan mendiang Arini) sengaja ke Jakarta, karena ingin menjenguk cucu yan
Rowena tak bisa mencegah kepergian Kendra ke Timteng lagi, pas saat film Mendadak Santri sekuel 3 mulai di tayangkan di bioskop-bioskop tanah air dan lagi-lagi bomming.Aura Maramis pun sadar, Kendra tak sepenuhnya mencintainya, hingga dia tak melarang ‘kekasihnya’ ini pergi lagi ke sana.Beda dengan Aldi, pemuda ini tak ada beban, apalagi saat melihat Anastasia Klimo agak berat pisah dengan kekasihnya, dan kini lebih sibuk ngejar karirnya yang lagi moncer-moncernya.Kalau melihat kedua pemuda ini, mereka berdua bukan seperti Om dan ponakan, tapi bak kakak adik, bahkan hanya terlihat seolah kawan akrab.Badan mereka sama tinggi, tubuh sama kokoh dan berotot, tapi wajah merekalah yang agak beda. Kendra tampan manis, tapi wajah Aldi tampan macho, apalagi kini dia tak segan pelihara cambang tipis-nya.Sehingga sukarlah menentukan, siapa di antara keduanya yang paling ganteng, karena punya kelebihan masing-masing.Begitu mendarat di Yordania dan kini berada di ibukotanya, Kota Amman, Kend
“Duduklah…aku rasa kamu orang baik, bukan orang jahat!” Walaupun awalnya ragu, Aldi pun duduk juga. Si Kapten tentara ini malah meminta istri, ipar dan dua anaknya teruskan makan dengan tenang. Seolah-olah Aldi hanya tamu biasa saja bagi mereka.“Kamu juga ikut makan…mari, baru setelah ini kita lanjutkan bicara dan bercerita!” Aldi sampai bengong melihat ketenangan tentara ini, benar-benar di luar dugaan.Walaupun usianya belum terlalu tua, tapi pria ini agaknya sudah terbiasa memimpin pasukan, sehingga gayanya terlihat berwibawa dan selalu tenang.Wanita cantik yang Aldi lihat di dapur tadi malah dengan santuynya sodorkan piring ke pemuda ini, dan sekaligus mengambilkan makanan buatnya.Benar-benar keluarga yang tenang dan terlihat sudah terbiasa dengan situasi darurat apapun. Aldi mau tak mau terpaksa menyimpan kembali pistolnya di pinggang.Bahkan kini penutup kepalanya dia buka seluruhnya. Hingga kini wajah tampan machonya di pandang kagum sang wanita cantik ini, juga istri si te
Jam 7 pagi Aldi sudah berada di rumah Kapten Hasan, kini penampilan pemuda bak tentara saja, Aldi bahkan sempat memangkas rambutnya tadi malam, kini rambutnya agak cepak dan sangat mirip tentara sungguhan. Sehingga penampilannya benar-benar seperti prajurit sungguhan.Selena saja sampai menatap terus wajah Aldi, hingga Kapten Hasan dan istrinya senyum di kulum, melihat gadis jelita terpesona dengan pemuda macho dengan mata yang indah ini.Di sini para wanita tak sungkan menatap wajah seorang pria yang mereka sukai, sehingga Aldi yang awalnya jengah, lama-lama terbiasa dengan gaya di sini.Setiap kali mata mereka bentrok, Aldi pun melempar senyum, hingga Selena kini balik salting.Setelah sarapan pagi, yang lagi-lagi Aldi ikut makan dan pastinya di layani dengan sangat ramah Selena, Kapten Hasan langsung membawa Aldi ke penjara militer yang terletak di Kota Hasbah, 65 kilometer dari ibukota ini.Kita tinggalkan sejenak perjalanan Aldi bersama Kapten Hasan menuju ke penjara Hasbah ini.
Hari kedua, barulah Kendra sadar, kaget juga dirinya saat berada di sebuah klinik kecil dan hatinya lega saat melihat wajah Aldi, ini menandakan dia selamat dan aman,.Serta kini sudah keluar dari penjara, lalu terbebas dari siksaan Mayor Rauf dan anak buahnya, yang terpaksa dia tahan selama berhari-hari.Untung saja fisik Kendra sangat kuat, berkat latihan rutin yang ia lakukan selama ini, sehingga cedera fatal bisa di hindari.“Om, kita secepatnya bersembunyi, karena pasti Mayor Rauf dan anak buahnya bakal nyari Om!” dengan hati-hati Aldi menjelaskan maksudnya, kenapa harus pergi dari sini, walaupun kondisi Kendra masih lemah.Kendra hanya mengangguk paham dan setelah minum obat dan di beri suntikan via slang infus. Pelan-pelan tubuh Kendra di pindah ke mobil milik dokter Bani, dan di bawa langsung salah satu anak buahnya.Ke sebuah tempat yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Kota Amman Yordania, atau sekiatr 35 kilometer dari desa kecil ini.Rumah kecil ini milik Kapten Hasan,
Namun semua keheranannya itu hanya dia ungkapkan ke Soha, istrinya, Selena pun tak tahu. Soha sama dengan Kapten Hasan, aneh dengan sepak terjang ke dua anak muda yang sangat menarik ini.Apalagi keduanya tak punya catatan kriminal di negaranya. Tapi Kendra malah punya julukan seram, si Penjagal Gurun dan kabarnya sangat di takuti komplotan bersenjata.Hari kedua, dengan alasan mau berbelanja buat makan malam, Selena minta temani Aldi ke pasar. Berangkatlah keduanya dengan mobil Kapten Hasan.Kapten Hasan pun bertanya hati-hati, apa misi Kendra dan Aldi berpetualang di Timteng ini. Awalnya ragu terbuka, tapi Kendra yakin Kapten Hasan yang lusa akan balik ke Amman, dan akan naik pangkat jadi Mayor bisa di percaya.Akhirnya dengan blak-blakan dia menceritakan misinya, yakni sebenarnya sedang mencari seorang wanita bernama Ratna dan anaknya. Yang lenyap sejak meninggalkan Mesir hampir 2,5 tahunan ini. Pencarian itulah yang jadi sebab dia berpetualang ke sana ke mari di Timteng ini.“Apak
Kendra melatih fisiknya dengan kerja keras, dia tak segan berlarian di atas gurun pasir, untuk kembalikan tenaganya yang sempat lama beristirahat. Akibat babak belur di siksa Mayor Rauf dan anak buahnya.Sambil bercucuran keringat, Kendra memperhatikan keponakannya yang selalu termenung, semenjak Kapten Hasan dan keluarganya balik ke Ibukota.“Hmm…kenapa, patah hati ya?” pancing Kendra. Aldi hanya diam sambil memaksakan senyum.“Aku paham…aku juga tak menyalahkan kamu dan Selena sampai bablas…berdoa saja agar jangan sampai masuk angin gadis cantik itu. Kalau ya, kamu harus berani temui ortunya dan bertanggung jawab!”“Hahh…apa nggak di parang ortunya Om?” tentu saja Aldi kaget bukan kepalang.“Resiko…kamu berani menabrak pagar ayu anak orang, ya berani tanggung jawab lah!” sahut Kendra cuek, hingga wajah Aldi langsung pucat. Terbayanglah bagaimana murkanya wajah ortu Selena kalau dia nekat datang dan ingin ambil Selena sebagai istrinya. Nyali Aldi ciut seketika, berhadapan dengan mus
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d