Banyak yang kecele dengan penampilan Kandi, dikira dia sudah menjadi seorang pemuda, padahal usianya baru jalan 15 tahunan. Wajahnya yang selalu serius penyebabnya.Celana jeans dan baju kaos di padu jaket denim pemberian Bripka Yono, yang sudah Kandi anggap orang tua angkatnya ini cocok sekali di badannya. Juga sepatu kets bekas, yang ukuran kakinya cocok di kaki Kandi, tapi masih layak pakai.Setelah membeli tiket ekonomi seharga 550 ribu, Kandi pun naik kapal besar ini selama 3 hari 2 malam. Perjalanan lancar, karena tak ada gelombang tinggi. Untuk ngirit biaya, Kandi terpaksa hanya makan sekali sehari di kapal ini, yang harganya lumayan mahal.Kandi sangat antusias, dia seolah travelling saja, karena akan menuju ke sebuah pulau yang sama sekali tak di kenalnya. Kecuali hanya lewat bacaan di buku sekolah dan juga melihat tayangan di TV atau baca koran bekas.Kandi yang terbiasa tidur di mana saja, bisa nyenyak di kapal besar yang berpenumpang lebih 1000 orang ini.Begitu sampai di
“Nggak usah bu, aku tadi refleks saja menolong, ibu tak apa-apa..?”“Duhh tanganku lecet, kakiku juga kayaknya terkilir,” sahut wanita ini meringis dan baru sekarang sadar lengan dan kakinya terluka.“Ibu bisa bawa motor untuk berobat ke rumah sakit atau puskesmas nggak?” tanya Kandi lagi, sambil mendirikan motor yang terjatuh tadi.“Nggak tahu dek, duhh dasar jambret sialan!” kutuk wanita ini berjalan terpincang-pincang menuju motornya.Karena melihat wanita ini agak kesakitan, juga atas saran beberapa warga yang berkerumun dan sempat menyaksikan aksi Kandi tadi. Mereka minta remaja tanggung ini sekalian saja menolong membawa wanita ini berobat.Kandi pun mengiyakan, dia kini membawa motor ini dan si wanita ini duduk di jok motornya dengan berpegangan erat di badan kokoh Kandi.“Maaf ya bu, baju saya bau apek!”“Tak apa, yang penting kamu orang baik,” sahut si wanita ini cuek, sambil terus berpegangan ke tubuh Kandi.Setelah berobat di IGD puskesmas, wanita ini lalu meminta Kandi kem
Suatu hari…!Kandi pulang agak malam, ada kerjaan lembur yang tak bisa ditunda, karena pemiliknya ingin segera mengambil mobilnya isok pagi.Setelah pekerjaannya beres dan kembali di puji Mang Atok, Kandi dan dua pegawai lainnya permisi pulang, sambil mengantongi bonus lumayan besar dari bos bengkel ini.Kandi punya kebiasaan mandi langsung di bengkel ini, sehingga badannya tetap bersih dan harum setelah pulang kembali ke rumah Tante Nova.Kandi malam ini bermaksud ke mal mau beli pakaian baru, karena dia dapat bonus gede malam plus gaji bulan ini, yakni 3,5 juta dari Mang Atok.“Masih sempat, belum tutup, biasanya kan tutup jam 11 malam,” pikir Kandi, lalu menggeber motor jadulnya, hadiah dari Mang Atok yang sudah dia modif, lalu menuju ke mal terbesar satu-satunya yang ada di kota Bagoya ini.Kandi memilih satu jeans yang sejak dulu dia sukai dan idam-idamkan, yang identik dengan angka 5*1.Apalagi dia melihat discon gede-gedean, hampir 40 persen. Dari harga 1 jutaan jadi 600 ribuan
Nova tertawa geli melihat Kandi terpejam-pejam saat meminum minuman berakohol untuk pertama kalinya. Malam ini keduanya sengaja ke kafe merangkap pub, untuk rayakan ulang tahun Kandi yang ke 17 tahun.“Kok rasanya pait dan bau Ka Nova?” seru Kandi hampir terbatu-batuk, Nova yang sudah anggap Kandi adik angkatnya, sengaja meminta Kandi jangan lagi panggil tante, tapi di rubah jadi kaka.“He-he dasar bocil gede, kamu mulai malam ini sudah boleh minum itu, karena usia kamu 17 tahunan tauu…!” Nova terkekeh melihat kelakuan Kandi yang dianggap-nya lucu ini, lalu mencomot rokoknya dan mengisapnya dengan santai.Aseek ngobrol berdua, datang seorang laki-laki yang mendekati keduanya. “Heii Nova, lama tak melihat kamu nih…malam ini temani aku yukss!” tanpa basa-basi pria ini mendekati dan merayu Nova.“Aku tak selera, malam ini aku lagi temani adik-ku ultah, sono pergi jangan ganggu!” elak Nova dengan ketus.Pria ini kaget, baru sadar ada remaja tampan di depan Nova, kaget juga dikatakan si re
“Sayang, jemput kaka ya di hotel A malam ini, bawa mobil, jangan bawa motor!” Kandi langsung membalas ya. Malam ini Nova kembali dapat klien untuk berkencan, dengan bayaran 2 juta shortime.Nova sudah berencana, setelah ini dia akan berhenti menjadi wanita open BO. “Umur kaka sudah 30 tahunan lebih…saingan juga banyak. Setelah ini kaka akan menikmati masa tua sambil bantu kamu sampai lulus kuliah kelak..!” itulah janji dan tekad Nova, yang makin sayang dengan remaja tampan ini. Kandi tak berani melarang, karena sejak belum kenal dengannya, profesi Nova adalah wanita penghibur. Padahal semua gajinya pasti diberikan ke Nova dan diam-diam disimpankan wanita ini.Karena Kandi bercita-cita tinggi…yakni jadi dokter.Tak pernah sekalipun remaja yang makin tampan tapi berwajah dingin ini sadar, kalau malam ini akan ada insiden yang tak dia duga-duga.Seperti biasa, Kandi menunggu di parkiran hotel dengan sabar, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi.“Kandi tolongggg…aku di kamar 1156, aku di tu
“Jadi begitulah Kandi, Ibu Nelly dan abangku Mulyana Suherman hanya memiliki anak bernama Ange, yang juga mendiang kakak kamu itu. Makanya aku agak kaget, ibu Nelly mempunyai anak lagi yakni dirimu…!” Iyan Suherman kini menatap wajah Kandi.“Jadi…Om juga tak tahu, siapa suami kedua bundaku..?” Iyan Suherman langsung menggeleng, Kandi kini terdiam lama.“Andai kamu ketemu dengan seorang pria bernama Harun itu, yang tadi kamu katakan kerabat ibu Nelly dan menjual rumah peninggalan ibu kamu tersebut. Mungkin nama suami kedua ibu-mu ini akan ketahuan siapa.”Kandi kini benar-benar tak bisa lagi bicara. Iyan Suherman jadi iba melihat remaja ini, yang terlihat syok begitu.“Maaf Kandi, hubungan ibu kandung kamu itu dengan keluarga besar Om, ku akui kurang begitu akrab. Karena kami baru tahu kalau Abang Mulyana memiliki istri siri setelah beliau meninggal..!” Kandi hanya bisa terhenyak, dia menyandarkan punggungnya ke jok kursi, buntu lagilah otaknya, misteri ayah kandungnya hingga kini bel
Seminggu kemudian, di hari Minggu Kandi kembali bersantai di rumahnya, namun lagi-lagi dia kaget, saat mendengar ada pertengkaran di sebelah rumah bidakannya.Walaupun terganggu, tapi Kandi tetap tak ingin ikut campur persoalan rumah tangga Sisca dan suaminya ini. Biarpun masih remaja, Kandi paham, urusan rumah tangga menjadi private suami istri.“Hmm…pasti suami mba Sisca datang lagi dan mereka bertengkar! Kasian sekali mba itu, dapat suami kok istrinya banyak dan ringan tangan! Tak tanggung jawab lagi.” batin Kandi dan kini sengaja bersantai di teras, sambil merokok dan menikmati kopi panasnya.Di depan kos ini ada mobil milik suaminya, Kandi diam saja dengan tenang, dia benar-benar tak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain.Tiba-tiba terdengar bunyi tamparan berkali-kali, dan Sisca mengerung menangis. Kandi kaget, tapi dia tetap bertahan dan tidak mau ikut campur.Walaupun hatinya tak tega mendengar wanita ini kena tampar hingga berkali-kali dan bentakan-bentakan dari suam
Sore ini Sisca tak jadi jemput anaknya, karena hujan deras, dan ketika dia datang ke rumah bidakannya naik ojek. Saat bersamaan Kandi juga datang, sehingga mereka barengan tiba.Tiba-tiba…blappp…listrik mati.Sisca pun kaget, dia lalu cari lilin dan menyalakannya. Karena hari sudah senja dan kini makin gelap, karena awan hitam dan hujan yang sangat deras.Tok..tok…!”Kandi membuka pintu dan heran melihat Sisca sudah ada di depan pintu rumah bidakannya.“Kenapa mba Sisca..?”“Aku phobia gelap dan hujan…temani ngobrol ya mas!”Dengan singkat Sisca yang masih kenakan seragam kerjanya sebut agak ngeri berada sendiri di kamarnya, lalu minta Kandi menemainya ngobrol di kamar nya ini.“Baik mba, bentar aku matikan lilin dulu. Nanti aku susul ke kamar mba!”Kini keduanya ngobrol santai sambil di temani kopi panas dan kue yang tadi di beli Sisca. Hujan masih turun dengan deras dan listrik pun juga belum nyala hingga kini.“Maaf ya mas, aku ganti baju dulu!”Sisca pun berdiri lalu menuju lemari
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d