Home / Pernikahan / Aku Rela Dimadu! / BAB 4 : Kehidupan Baru

Share

BAB 4 : Kehidupan Baru

Author: DELLINA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Za, lihat ada bayi perempuan ditemukan di bawah jembatan saat air sungai tengah meluap" Ucap Liya heboh saat berita online yang ia tonton menunjukan evakuasi seorang bayi perempuan yang hanya berselimutkan jarik tipis.

Dada Zahwa terasa sakit saat melihat tubuh bayi perempuan tersebut berwarna putih pucat yang bisa dipastikan bayi tersebut kedinginan dan kelaparan selama beberapa hari sebelum ditemukan.

"Dikabarkan bayi berjenis kelamin perempuan tersebut dibuang begitu saja oleh ibunya karena sang ibu yang tak ingin menampung aib nya diluar nikah"

"Dan bayi perempuan tersebut akan di identifikasi petugas lebih lanjut memastikan bayi berjenis kelamin perempuan tersebut dalam keadaan sehat dan akan diserahkan kepada pihak kelurga"

"Kenapa wanita-wanita di luar sana yang sangat mudah mendapat kepercayaan sebesar itu malah menyia-nyiakan nya?, sedangkan aku?-" ucap Zahwa terpotong saat ia menatap dirinya sendiri yang sampai sekarang belum bisa memberikan suaminya keturunan.

Liya mengusap punggung Zahwa memberikan sahabatnya itu kekuatan. "Kamu itu sempurna Za, dan rahim kamu juga baik-baik saja tidak ada permasalahan apapun, hanya saja mungkin tuhan ingin melihat mu bersabar sedikit lagi"

Zahwa tersenyum getir membalas ucapan Liya, Melihat layar ponselnya yang menunjukan pukul satu siang matanya beralih menatap langit yang sangat cerah siang hari ini, pasti sekarang Bram dan Gea sedang memilih-milih baju pengantin yang akan mereka kenakan besok.

Ya, besok adalah hari pernikahan Bram dan Gea yang sudah direncanakan Ayu dan mama Gea sejak dua minggu yang lalu.

"Kamu kenapa?" tegur ayu saat tatapan mata Zahwa kosong.

"A-aku tidak apa hanya pusing sedikit, mungkin karena belum makan" jawab Zahwa bohong.

"Biarkan aku pesankan makanan" Zahwa mengangguk setuju membiarkan Liya berlalu memesankan makanan untuk keduanya.

***

Rumah Rivaldo terlihat sangat ramai sekali orang yang berlalu lalang kesana-kemari menyiapkan pernikahan Bram dan Gea. Meski tak ada pesta sebesar pernikahan Bram dan Zahwa dulu saat kebahagiaan semua orang tersirat dari wajah mereka masing-masing.

Zahwa yang tak ingin berdiam diri juga ikut membantu para pelayan, apapun pekerjaan yang bisa ia lakukan akan ia kerjakan, meski hatinya terasa sakit saat ini, Zahwa berusaha tegar.

"Nona, biar kami saja yang menyiapkannya" untuk kesekian kalinya teguran itu Zahwa dapatkan saat para pelayan mendapatinya berjalan kesana-kemari.

"Tak-"

"Sudahlah jangan urusi dia, urus saja pekerjaan kalian yang belum selesai. Lihat itu masih banyak sekali yang harus kalian tata sebelum pengantin perempuan tiba!" ucap Ayu yang tiba-tiba saja datang memotong ucapan Zahwa.

"Ba-baik nyonya" mereka semua berhamburan ke arah yang ditunjuk Ayu.

Menyisakan Zahwa dan dirinya di dapur, mata ayu menatap Zahwa lekat. "Kenapa wajah mu cemberut seperti itu!"

"Ti-tidak ma" Zahwa memaksakan senyuman terbit diwajahnya.

Ayu melangkah mendekat kearah Zahwa membisikan sesuatu pada telinga menantunya. "Jangan melihatkan wajah jelek mu itu dihadapan semua orang!, karena mama tidak ingin satupun dari mereka berfikir pernikahan ini terjadi karena kehendak mama tanpa memikirkan perasaan menantu mandul seperti dirimu!"

Kepala Zahwa menunduk dalam, meremas ujung kain lap yang ada ditangannya. Sudah berulang kali ia mendengar kata-kata mandul itu masuk ke telinganya, tapi kenapa hatinya juga belum bisa terbiasa sampai sekarang?.

"Nyonya,nyonya" panggil pelayanan berjalan terburu-buru kearah ayu. Zahwa langsung memalingkan wajahnya kearah lain tak ingin satu orang pun melihat dirinya tengah bersedih sekarang.

"Apa?"

"Mobil mempelai wanita sudah memasuki halaman rumah, nyonya"

"Apa semuanya sudah siap?" tanya ayu memastikan.

"Sudah nyonya"

Mengangguk paham Ayu mengibaskan tangannya menyuruh pelayanan tersebut kembali ke pekerjaannya.

"Panggil Bram sekarang, bilang sama dia Gea dan mamanya sudah datang!"

Tau perintah itu untuknya Zahwa mengangguk lesu, berjalan terlebih dahulu ke kamarnya di lantai dua. Menghampiri suaminya yang sejak tadi tak ingin keluar dari kamar.

Membuka pintu secara perlahan Zahwa melihat Bram yang tengah duduk di tepi ranjang dengan membelakanginya. Melangkah masuk Zahwa berjalan mendekat kearah Bram.

"Mas" panggilnya lembut.

"Ada apa?" tanya Bram tanpa membalikan badannya.

"Gea dan mamanya sudah datang" jawab Zahwa.

Kali ini Bram membalikan badannya menatap Zahwa yang tengah tersenyum manis kearahnya. Salah itu bukan senyum manis, itu hanyalah senyuman pura-pura yang ditunjukan oleh istrinya agar ia terlihat bahagia.

"Zahwa pikirkan sekali lagi dengan keputusan mu!, kita masih memiliki waktu untuk membatalkan semuanya!"

"Aku tidak akan membatalkan apapun hari ini mas" jawab Zahwa yakin.

"Aku tidak ingin kau menyesal dikemudian hari dengan keputusan yang kau ambil secara sepihak-"

"Mas" potong Zahwa cepat. "Aku sudah memikirkan ini dan aku yakin kalo aku tidak akan pernah menyesal nantinya"

Zahwa ikut duduk di samping Bram, meraih tangan berotot milik suaminya itu. Mengulas senyum tipis. "Kita turun sekarang ya, pasti Gea dan mamanya sudah menunggu mu"

Bram menghela nafas berat, membuang pandangan nya ke arah lain, tangan Bram mengusap cepat air matanya yang jatuh. Kembali menatap Zahwa yang mengangguk kecil menarik tangannya keluar dari dalam kamar menemui Gea dan yang lainnya.

Di lantai satu Gea sudah duduk terlebih dahulu di depan penghulu menunggu Bram yang turun dari lantai dua bersama Zahwa.

Mendudukkan suaminya di samping Gea, Zahwa mengambil kain putih menutupi bagian atas kepala Bram dan juga Gea.

Duduk di arah Lain pandangan mata Bram dan Zahwa kembali bertemu, hati yang keduanya saling jaga sekarang harus tersakiti dalam waktu yang bersamaan.

"Apa acaranya sudah bisa kita mulai?" tanya penghulu menata bergantian pada Gea dan Bram.

Pernikahan yang dilakukan Bram dan Gea hanyalah pernikahan sirih.

Bram mengangguk lesu menjabat tangan penghulu yang sudah terulur terlebih dahulu.

"Za" panggil Bram membuat wanita yang tengah menikmati es krim di tangannya menoleh penasaran.

"Ada apa?"

"Kamu cantik" puji Bram langsung mendapat senggolan dari Zahwa.

"Jangan memujiku, nanti kalo kamu memujiku aku bisa semakin cinta dengan mu" goda Zahwa membuat Bram terkekeh.

Menarik tangan Zahwa duduk di kursi taman yang kosong, keduanya menikmati malam yang cerah dipenuhi bintang-bintang.

Zahwa yang lebih suka diajak berjalan di pinggir jalan, selalu menolak tawaran Bram yang ingin membawanya ke mall hanya Sekar membeli baju. Tak ingin membuat wanita yang ia cintai merasa tak nyaman Bram menurut saja apa yang Zahwa sukai.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu"

"Apa itu?" tanya Zahwa masih sibuk menghabiskan es krim ditangannya.

Bram merogoh kantong jas nya mengeluarkan kotak perhiasan yang berisi berlian. "Aku mencintaimu sejak pertama kali kamu menolong ku, dan sejak saat itu juga hati ku sudah terpenuhi dengan nama mu. Dan malam ini, ditaman ini aku ingin melamar mu menjadi istri satu-satunya Bram Rivaldo"

Tangan Zahwa menutup mulutnya yang terbuka lebar akan lamaran dadakan dari Bram. "Bram jangan main-main"

"Aku tidak main-main, aku benar-benar ingin memiliki mu menjadi wanita ku satu-satunya di dunia ini"

"Well you mary me?" lanjut Bram sekali lagi sekarang beralih berjongkok dihadapan Zahwa.

"Bram jangan seperti ini, bagiamana kalo rekan bisnis mu melihatnya?" ucap Zahwa menatap ke sana kemari.

"Jawab pertanyaan ku, baru aku akan berdiri" ucap Bram yang tak ingin pindah dari tempatnya.

Zahwa menatap sorot mata Bram yang penuh keseriusan akan dirinya malam ini, Melihat pria yang sangat ia cintai bersimpuh dengan memegang kotak berwarna merah ditangannya Zahwa mengangguk kecil.

"I want to marry you"jawab Zahwa dengan suara menahan tangis bahagia.

Bram langsung memeluk tubuh Zahwa dengan erat saat lamarannya di terima oleh wanita yang ia cintai.

"SAH!" suara nyaring dari semua orang membuat lamunan bahagia Zahwa buyar.

Sekarang Bram dan Gea sudah resmi menjadi suami istri yang akan menempuh kehidupan baru setelah ini. Bukan hanya Gea, Zahwa juga akan menjalani hidup barunya mulai detik ini.

Bram membalikan badannya menatap wajah Zahwa yang kebetulan tengah meneteskan air matanya.

Dengan cepat Zahwa menghapus jejek dari wajahnya. "Ini air mata bahagia mas" ucap Zahwa melewati sorot matanya.

Related chapters

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 5 : Bersikap Adil

    Selesai Ijab Kabul Semua orang berkumpul diruang tengah. Zahwa datang dengan seorang pelayan menaruh cangkir teh dihadapan semua orang yang ada di sana.Setelah menyuguhkan teh Zahwa duduk di samping Bram."Oh ya setelah ini sebaiknya kalian segara program kehamilan, nanti mama kasih kontak dokter yang bagus untuk kalian menentukan jadwal konsultasi" Ucap Linda mama Gea.Ayu mengangguk setuju akan usul temannya itu. "Iyah lebih cepat,lebih baik bukan?. Mama sudah tidak sabar gendong cucu" Ayu membayangkan betapa ramai rumahnya nanti dengan tangis seorang bayi."Oh ya Bram, setelah ini ajak Gea bulan madu kemanapun yang ia mau" lanjut Ayu.Gea baru saja berfikir negara mana yang cocok untuk bulan madu mereka dan semuanya sirna mendengar ucapan Bram."Bram tidak bisa ma" tolak Bram cepat membuat semua mata menatapnya. "Bram sudah mengikuti ucapan mama untuk menikah dengan Gea dan keinginan mama sekarang sudah terwujud, setelah ini

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 6 : Masalah Sepele

    Merasa ada ada sesuatu yang melingkar di perutnya mata Zahwa perlahan terbuka, batepa kaget nya ia mendapati Baram tidur di sampingnya mengingat kapan suaminya itu masuk ke dalam kamar memori otak Zahwa hanya mengingat dirinya mengantar Bram sampai di depan pintu kamar Gea dan seharusnya suaminya itu ada di sana bukan malah berada di sampingnya."Mas" "Apa sayang" jawab Bram khas suara orang bangun tidur."Mas kenapa bisa ada di sini? Bukan nya mas di kamar Gea tadi malam?"Tangan Bram memperkuat pelukannya pada pinggang Zahwa menengelamkan wajahnya pada celuk leher Zahwa. "Mas tidak bisa tidur dikamar lain sayang""Tapi mas, Gea bagaimana kalo kamu tinggal ke sini?""Sudah jangan pikirkan dia hari ini mas mau di manja sama istri cantik mas satu ini" jawab Bram masih memejamkan mata.Zahwa menghela nafas panjang milih tak melanjutkan topik tentang bagaimana suaminya bisa pindah kamar tanpa dirinya sadari karena memang tadi malam ia tidur sangat pula

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 7 : Bayi Tabung

    "Gak papa ma kalo mas Bram gak mau gk usah di paksa" potong Gea meraih tangan Ayu."Aku sudah selesai" Bram menatap Zahwa yang duduk di sampingnya. "Selama mas tidak ada di rumah kamu cukup didalam kamar saja jangan kluar""Iyah""Jangan terlalu di manjakan istri mu itu, santai-santai di kamar sedangkan banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan" sindir ayu tak menatap keduanya."Kalo begitu besok aku akan datang kan art ke sini""Buat apa art? kalo istri mu saja bisa melakukan semuanya""Zahwa bukan art yang harus mengurus semua keinginan mama, dan rumah sebesar ini. Zahwa istri ku yang artinya tugasnya hanya melayani ku bukan menjadi art di rumah nya sendiri!"Ayu meletakan dengan anggun sendok di tangannya, menatap wajah Bram dengan tersenyum manis. "Tugas istri bukan hanya melayani suaminya melainkan tugas istri juga mengurus rumahnya, kalo rumahnya tidak diurus bagaimana kamu bisa betah di sini""Baiklah kal

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 8 : Menemani Gea

    Bram masuk kembali keruang dokter kandungan seorang diri karena suster yang mengantarnya tadi langsung menuju laboratorium. Kening Bram menimbulkan garis halus saat mendapati dokter yang duduk di hadapan Gea bukanlah dokter yang sama saat ia keluar bebarapa saat lalu."Loh dimana dokter tadi?"Gea menoleh ke arah Bram yang baru saja datang. "Kamu sudah selesai?" tak kunjung mendapat jawaban atas pertanyaan nya, giliran Gea yang menjawab pertanyaan Bram mengenai dokter yang ada di hadapannya. "Dokter yang pertama tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi dokter ini yang menggantikan memeriksa ku"Melihat Gea menjawab ucapan nya tanpa rasa gugup dan nampak lebih tenang membuat Bram merasa keadaan ini benar-benar sangat aneh, memilih mengangguk kecil Bram kembali duduk di samping Gea. "Bagaimana dengan pemeriksaan Gea?""Semuanya baik tuan, sel telur nona Gea dalam ke adaan baik dan ini hasilnya" dokter tersebut menyodorkan surat hasil pemeriksaan kepada B

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 9 : Flat Shoes

    Sampai di depan rumah Bram terlebih dahulu turun mengambil barang belanjaannya di antara begitu banyaknya barang-barang Gea. Mendapatkan apa yang ia cari Bram berjalan masuk dengan langkah lebar ke dalam rumah meninggalkan Gea yang tengah kepayahan membawa semua barang miliknya."Bram jangan pergi dulu, bantu aku!" teriak Gea tak di indahkan Bram yang sudah masuk terlebih dahulu.Sampai di ruang tengah Bram melalui Ayu begitu saja menaiki anak dua anak tangga sekaligus. "Loh dimana Gea?""Dibelakang" jawab Bram sedikit berteriak.Sampai di depan pintu kamar Bram langsung membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu mengejutkan Zahwa yang tengah memasukan baju yang baru selesai ia setrika ke dalam lemari."Mas, kamu sudah pulang?" Zahwa menghampiri Bram yang terlihat bahagia. "Bagiamana hasil pemeriksaan nya?"Seketika raut wajah Bram berubah drastis saat Zahwa menanyakan hal itu di saat dirinya tengah bahagia seperti sekarang ini.

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 10 : Hasil Laboratorium

    "Ma...hari ini hasil laboratorium Bram keluar, aku harus bagaimana sekarang?"Suara Gea nampak gemetar wanita itu berulang kali mondar mandir sendiri didalam kamar, sesekali mantap pintu berharap cemas jika Bram masuk tiba-tiba."Bukankah kalian hanya tinggal mengambilnya saja? kenapa harus takut?" jawab Linda nampak tenang dari sebrang sana."Masalahnya Bram ingin program bayi tabung itu setalah mengambil hasilnya. Jadi kalo hasilnya bagus, hari ini juga program itu akan dilakukan"Kini bukan hanya Gea yang merasa kalang kabut tapi juga Linda, wanita itu nampak mengomeli anaknya karena memberitahu hall sepenting ini secara mendadak."Ma ini bukan waktunya untuk memarahi ku, tapi waktunya kita cari solusi""Apa otak mu itu bisa mencari solusinya sekarang, hah?" bentak Linda.Gea sedikit menjauhkan ponselnya saat Linda berteriak dari sebrang sana. "Ya... tidak maka dari itu aku hubungi mama""Sudahlah biarkan ini menjadi urusan mama" ucap Linda dari sebarang sana nampak sangat pusing m

  • Aku Rela Dimadu!   Bab 11 : Musibah

    "Bagaimana ceritanya kamu bisa jatuh dikamar mandi, bahkan sampai kaki mu retak seperti itu?" cecer Bram melihat kaki Gea yang tengah di bungkus perban oleh suster.Gea yang baru saja sadar dari pingsan memijat keningnya yang terasa pusing akibat benturan tadi. "Tadinya aku hanya ingin membasuh muka tapi saat keluar, lantai kamar mandi terasa licin dan akhirnya aku jatuh"Gea meraih tangan Bram saat pria itu masih fokus pada kakinya. "Aku gak papa mas, lagian hanya luka kecil dan dokter bilang aku hanya butuh istirahat total""Luka kecil kamu bilang?" ucap Bram mengulangi kata-kata Gea. "Apa kamu tidak bisa membedakan mana luka ringan dan mana luka serius?""Aku...""Mungkin kamu bisa menganggap luka ini hanyalah luka ringan karena dokter mengatakan tulang mu retak, tapi bagaimana kalo tulang mu sampai patah? apa kamu masih bisa berkata bawah itu luka kecil?"Melihat Bram yang nampak sangat khawatir membuat Zahwa merasa menyesal karena kurang hati-hati tadi. Apa lagi seharusnya suamin

  • Aku Rela Dimadu!   Bab 12 : Usiran

    Kini Bram sudah berada tepat di depan Ayu. Menatap Ayu yang menunjukkan ke angkuhannya. "Mama ngomong apa sih? mama mau usir Zahwa dari ini?""Iyah!" Jawabnya tanpa banyak berfikir, tangan nya terulur menunjuk wajah Zahwa yang ikut berdiri di samping Bram. "Dia adalah sumber masalah yang ada di rumah ini Bram! Apa kamu tidak sadar hall itu?"Hati Zahwa sangat sakit saat dirinya di sebut sebagai sumber masalah yang terus bermunculan di rumah ini. Apa mama mertua nya itu hanya menatap kesalahan yang ia lakukan saja tanpa berniat menatap sisi baiknya? Apa semua kebaikan yang ia tunjukan hanya bayangan semu?."Bukan Bram yang harusnya sadar di sini, tapi mama yang harusnya sadar akan sifat mama sekarang!"Gea yang melihat suara Bram naik satu oktaf saat berbicara dengan ayu berjalan mendekat, mencoba menenangkan amarah yang muncul pada hari mertuanya."Bram tidak seharusnya kamu berbicara kasar seperti sama mama." nasihat Gea.Bram beralih menatap Gea dengan tatapan tajam. "Kalo ada yang m

Latest chapter

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 46 : Siapa Dia?

    Cih..."Setalah apa yang kamu lakukan pada ku, kamu masih berharap kalo aku memiliki rasa rindu dengan manusia berwujud iblis seperti mu?" Gea berdecit menatap jijik wajah Ian."Jangan bilang kamu masih mengingat kejadian itu sampai hari ini?" Ia memijat pelipisnya sebentar sebelum meraih pundak Gea. "Kejadian itu sudah sangat lama, Ge, jadi tidak perlu di ungkit lagi"Dengan mudah Ian mengatakan hal yang telah membuat hidup Gea tidak jelas sampai sekarang, bahkan raut wajah Ian tidak terlihat memperlihatkan seperti orang yang bersalah sedikitpun. Gea menyingkirkan tangan Ian dari pundak nya. "Bagi ku siapun yang telah membuat hidup ku tidak bahagia akan aku ingat sampai aku mati!""Termasuk orang yang kamu cintai ini?" Ian menunjuk dirinya sendiri. "Aku yakin kamu masih memiliki rasa cinta pada ku, karena apa? karena janin yang ada di kandungan mu itu adalah anak ku"Gea membulatkan mata saat Ian mengucapkan perkataan yang membuat nya semakin mematung di tempat. Ucapan yang tidak mau

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 45 : Apa Kamu Tidak Merindukan Ku?

    Derap langkah menggema di ruang VIP yang hanya terdapat seorang pria tengah menyesap sebatang tembakau. Tanpa menunggu di persilahkan duduk seorang wanita yang masih terlihat cantik meski perutnya sudah membuncit duduk di sebelah nya."Hai Ge" sapa pria itu mematikan rokok begitu Gea sudah datang."Sudah nunggu lama?" tanya Gea basa-basi."Tidak, baru juga satu jam yang lalu" ucap nya.Gea hanya tersenyum tipis. "Aku ingin menjadi model kembali" ucap Gea to the poin.Nampak pria itu menatap penampilan Gea dari atas sampai bawah, berhenti di perut buncit milik Gea. Gea yang menghubungi nya sejak jam tiga pagi tadi membuat Owen langsung menentukan jam pertemuan keduanya mumpung ia juga berada di negara yang sama dengan Gea. Namun saat bertemu dengan Gea Owen tidak mengira jika wanita itu tengah hamil, dan pertanyaan nya sekarang siapa ayah dari janin mantan model nya itu?. Ya, Gea merupakan salah satu model kesayangan Owen, dulu, bahkan saat wanita itu mengundurkan diri menjadi model Ow

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 44 : Butuh Waktu

    "Maksud mu?" perasaan Ayu mulai tidak enak saat tatapan Gea dengan cepat berubah."Bulan depan Gea akan memutuskan untuk lahir prematur agar Gea bisa kembali menjadi model terkenal seperti sebelumnya!"Deg!Jantung ayu berdetak tidak karuan bagiamana bisa menantu yang selama ini ia sayangi, ia rawat bak seorang ratu bisa memiliki fikiran seperti itu? apa hanya karena Bram tidak ingin memberikan nya uang tambahan Gea bisa se nekat itu melahirkan bayi yang belum saat nya keluar?. "Itu bukan jalan keluar yang tepat Ge""Terus mama punya jalan keluar untuk hidup Gea?" tanya Gea. "Gea benar-benar tidak bisa hidup sederhana seperti Zahwa ma, Gea dengan Zahwa itu beda kelas, Zahwa hanyalah seorang guru honorer yang gaji nya saja tidak seberapa kalo tidak di bantu Bram untuk menghidupi anak angkat nya itu mana mungkin Zahwa bisa, sedangkan Gea? Gea model terkenal yang biasa hidup glamor membeli apapun yang Gea mau, keluar masuk salon terkenal untuk memanjakan diri"Ucapan Gea sangat lah benar

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 43 : Keterlaluan?

    "Apa maksud ucapan mu!" Gea yang di katakan seperti binatang liar pun menatap tajam Bram.Menghela nafas pelan Bram membalas tatapan Gea dengan lembut. "Bisakah kamu bersikap lembut? biar setelah anak ku lahir dia memiliki sifat itu""Tidak! sekarang jelaskan apa maksud mu berbicaralah seperti tadi!" ulang Gea."Aku hanya tidak ingin kamu terlalu liar dengan keadaan mu yang sedang hamil, Ge" dengan lembut Bram mencoba menjelaskan. "Apa kamu mau tanggung jawab jika terjadi sesuatu pada nya? atau kamu mau anak mu lahir sebelum waktunya karena ulah mu sendiri?""Kamu mendoakan hal buruk seperti itu?"Lagi dan lagi Gea membatah ucapan Bram yang berbicara lembut padanya sejak tadi. Pantas saja hubungan nya dengan Gea tidak memiliki kemajuan jika saja Gea akan selalu marah karena hal sepele sekalipun. "Tidak, aku akan mendoakan anak ku lahir tepat waktu dengan keadaan sehat" setelah itu Bram berbalik badan berniat masuk ke dalam kamar."Tunggu dulu!" cegah Gea. "Kasih aku yang belanja tamba

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 42 : Protes!

    Dengan langkah bahagia Gea membawa tiga buah paper bag di tangan nya yang berisi dua set perhiasan dan satu set skincare. Berjalan ke arah tangga Gea terus mengintip satu persatu barang yang baru saja ia beli. "Aku tidak sabar mencoba nya dengan dress yang kemarin, pasti akan terlihat sangat cantik" guman Gea terus melangkah ke arah tangga.Sampai nya di lantai dua Gea berpapasan dengan Bram yang keluar dari kamar. Dengan senyum merekah Gea menyapa Bram seperti hari-hari kemarin tidak lupa ia juga mencium punggung tangan Bram hal itu ia lakukan agar Bram menganggap nya istri yang berbakti dengan suami."Dari mana jam segini baru pulang?" tanya Bram penuh selidik. Di jam yang menunjuk pukul tujuh malam Bram memergoki Gea baru pulang sedangkan wanita itu pergi sejak pagi tadi."Aku baru saja habis perawatan, dan membeli perhiasan" semakin mendekatkan jarak keduanya Gea mengeluarkan satu set perhiasan, di tunjukan benda tersebut pada Bram. "Bagus bukan? ini hanya ada tiga set di mall dan

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 41 : Membatasi

    "Kamu mau kemana Ge?" melihat menantunya begitu rapi Ayu menghampiri Gea. Menatap penampilan Gea dari atas sampai bawah. Usia kehamilan Gea yang sudah memasuki bulan ke tujuh membuat Ayu sedikit bingung pasal nya perut Gea sudah terlihat membesar seperti orang yang tengah mengandung delapan bulan."Gea mau ke salon, mama mau ikut?" ajak Gea."Apa tidak sebaik nya kamu berada di rumah saja?" Lagi-lagi ucapan itu yang menghalangi Gea untuk keluar rumah bahkan segala aktivitas nya terganggu karena Ayu sering kali melarangnya dengan ucapan agar janin di kandungan nya tetap aman sampai lahiran nanti."Gea juga butuh hiburan ma, bukan hanya di rumah diam tanpa melakukan aktivitas apapun, bisa-bisa Gea stres kalo seperti itu"Sifat Gea yang mulai berubah saat kehamilan nya memasuki bulan ke lima membuat Ayu sedikit tidak enak pasal nya selama dua bulan ini Gea selalu melakukan hal yang membuat nya pusing dari keluar secara diam-diam di malam hari, makan-makan yang tidak di khususkan untuk i

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 40 : Hampir Lelah

    "Bisa gak kamu jangan bikin masalah lagi? sudah cukup suasana kemarin panas karena masalah ini. Satu lagi kamu jangan asal bicara mengenai orang lain tanpa ada bukti, bagaimana kalo Malik sudah punya istri dan istrinya marah begitu mendengar tuduhan tanpa bukti itu"Dengan santai Gea mengangkat bahu. "Kalo dia sudah memiliki istri seharusnya Zahwa tau, tapi di sini dia tidak menceritakan sedikitpun siapa dan tinggal di mana istri Malik itu""Karena aku baru mengenal nya, tidak pantas rasanya jika aku mengurus kehidupan pribadi orang lain" bela Zahwa."Sekedar bertanya tidak ada salahnya kan?""Sudah cukup!" lerai Ayu memijat pelipisnya yang terasa pusing begitu perdebatan ini tidak ada ujung nya. "Bisakah kalian diam? kepala mama mau pecah mendengar keributan seperti ini"Meja makan kembali hening tidak ada yang saling mengeluarkan suara, Zahwa yang memilih menunduk hanya bisa menumpahkan air matanya, sedangkan Gea dengan santai melahap buah yang ada di tangan nya."Za" panggil Ayu pan

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 39 : Penolakan Tes DNA

    "Lantas bagaimana dengan foto tadi? apa kamu juga akan membela Zahwa yang jelas-jelas salah?" ucap Gea yang masih tidak terima Zahwa selamat begitu saja dari kejadian ini kembali menyudutkan Bram."Kita semua belum mendengar penjelasan Zahwa mengenai hal ini jadi kita tidak boleh menyudutkan dia secara sepihak seperti ini"Brak...Zahwa yang berada di balik pintu pun tersentak kaget mendengar suara pukulan dari luar, terlihat Gea memukul meja di hadapannya dengan nafas yang menggebu-gebu. Bram dengan tenang menatap istri keduanya yang sangat marah akan ucapan nya. Ayu mengusap punggung Gea meminta wanita itu agar tetap tenang, ia tidak ingin amarah Gea berakibat pada janin nya."Bahkan di saat Zahwa mencoba menduakan mu kamu masih begitu membela nya, sedangkan aku yang hanya ingin kita akur selama mengandung saja sangat susah untuk kamu kabulkan!" "Kamu fikir aku tidak memiliki rasa iri? aku juga ingin menjalani rumah tangga kita dengan harmonis tapi apa yang kamu lakukan? tidak ada s

  • Aku Rela Dimadu!   BAB 38 : Iri

    "Mama jangan bilang kaya gitu, Gea ikut panik kalo mama bisa berfikiran yang macam-macam" Gea yang semakin panik di buatnya jalan kesana kemari membuat beberapa suster yang melewatinya menatap dengan tatapan bingung."Mama hanya takut""Apa lagi Gea ma, Gea juga lebih takut dari mama. Gea baru saja merasakan hidup enak tanpa harus capek-capek bekerja, masa ia masa itu hilang dengan sangat cepat""Kalo kamu tidak ingin ke hilangan masa-masa itu maka pintar-pintar lah mempermainkan kondisi""Bagaimana caranya"Linda menepuk jidat. "Sudah mama hilang pintar-pintar lah memainkan keadaan, malah tanya bagaimana caranya, ya mana mana tau Ge""Percuma aku telfon mama" Gea memutus sambungan telfon saat tidak menemukan solusi dari masalahnya.Tepat saat sambungan telefon nya berakhir terlihat Bram, Ayu, dan Zahwa keluar dari poli kandungan."Di jaga kandungan nya ya nona, jangan melakukan aktivitas berat atau sampai stres karena itu akan berpengaruh pada janin nya. Dan untuk vitamin nya bisa di

DMCA.com Protection Status