Setelah hari itu, baik Josh maupun Jamie merasa lebih baik jika mereka berjauhan dan tak mengusik satu sama lain.
Josh duduk di pinggir lapangan depan gedung kampusnya. Ia berteduh di bawah bayangan sebuah pohon besar.
Beberapa mahasiswa bermain sepak bola di lapangan tersebut. Samar-samar ia dengar sedikit kericuhan ketika seorang pemain dinyatakan offside.
Namun, Josh masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
Josh berusaha tak ingin mengusik si tetangga sialan, tetapi ia merasa ada sesuatu yang mencurigakan darinya. Ia teringat kejadian yang telah lalu saat si tetangga sialan kerasukan di kediamannya dan ucapan William, ayahnya kepadanya. Josh mulai mengaitkan dengan kejadian saat di kampus.
“Dulu, Dad mengatakan agar aku tak mengusiknya, tapi dia mencurigakan,” gumamnya sendiri, “waktu dia kerasukan … sepertinya dia bisa melihat makhluk gaib. Dan kejadian beberapa hari lalu, dia dengan gesit menghindariku,
Josh mencengkeram lengan Jamie—si tetangga sialan dan menariknya saat ia hendak melewati Josh. Keduanya saling bertatapan. “Apa kau bilang? Memalukan?” tanya Josh saat mendengar pikiran si tetangga sialan. Si tetangga sialan membalas dengan tatapan terkejut. Seketika sunyi. Diikuti suara gemerincing lonceng angin di sekitar mereka. Tak terlalu kencang, tak juga terlalu pelan. Namun, mampu membuat keduanya sama-sama terdiam dan mencari-cari asal suara tersebut. Tak berapa lama, kembali sunyi, mereka kembali mendengar suara mahasiswa mahasiswi yang berada di koridor kelas dan juga Leslie. “Jams, Jamie … Jamieee!!” Suara Leslie menyadarkan keduanya. “Suara apa itu?” tanya Josh dan si tetangga sialan bersamaan. Keduanya masih saling bertatapan, sampai beberapa detik, kemudian sama-sama tersadar. Mereka melihat tangan Josh yang mencengkeram lengan si tetangga sialan. Josh melepaskan cengkeraman tangannya bersamaan de
Halo Kakak-kakak semua ... selamat tahun baru!!Semoga tahun ini penuh kebahagiaan, kesenangan, kesehatan, kesuksesan, dan kedamaian untuk kita semua ... aamiin.Salam kenal dari author. Ini novel pertama author, mohon dimaafkan jika masih banyak kekurangan.Author ucapkan terima kasih kepada kakak-kakak yang sudah membaca, menambahkan ke dalam daftar pustaka, sampai memberi gem untuk kisah Jamie dan Josh. Dan author akan sangat berterima kasih jika kakak-kakak berkenan meninggalkan review supaya author bisa menjadi lebih baik lagi.Mohon menunggu kisah Jamie dan Josh selanjutnya di tahun 2022.Terima kasih sudah menjadi orang baik dan tetap menjadi baik ya^^ jangan lupa selalu memakai masker dan mencuci tangan^^
Kemarin Jamie hanya memikirkan suara gemerincing lonceng angin, tetapi setelah berbicara dengan Miriam, neneknya, pikirannya berganti menjadi apa yang ia temui dulu saat kecil di Pittsburgh, Pennsylvania. Anna, ibunya mengatakan, dia hanya seorang manusia yang mencoba menolong dirinya, tetapi Jamie tak yakin sosok laki-laki bertubuh tinggi dan besar itu seorang manusia. Sepanjang jalan menuju gedung kampusnya pagi itu, Jamie hanya melamun. Dia bukan manusia! Aku yakin. Namun, Jamie pun yakin, dia bukan makhluk gaib. Saat itu umurnya belum menginjak lima belas tahun, ia belum mendapat kemampuan untuk melihat makhluk gaib. Jamie terlalu hanyut dalam lamunannya ketika ia memasuki gedung kampus. Ia tak menyadari trio roh telur mata sapi dan seseorang sedang memerhatikan dirinya ketika memasuki lobi gedung kampus. Ia berderap menuju koridor lobi. Trio roh telur mata sapi langsung mengikuti Jamie di sisinya. George—si roh ga
“Jamie, temani aku datang ke pesta itu, ya?” bujuk Leslie pada Jamie. Leslie mendapat undangan pesta dari seorang mahasiswa tahun ketiga, Ben. Dia adalah laki-laki yang menjadi pujaan hati Leslie. Ben mengadakan pesta ulang tahun di satu klub malam. Dia mengundang Leslie untuk datang dan mengatakan Leslie boleh mengajak teman perempuannya. Sekarang Leslie merengek pada Jamie untuk pergi dengannya. Jamie tak mengenal mahasiswa mahasiswi tahun ketiga di kampusnya. Satu-satunya yang ia kenal—tak disengaja sebenarnya, hanya Josh—si tetangga menyebalkan. Ia pernah melihat Ben dari kejauhan saat dia sedang bermain bola basket. Saat itu, Leslie meminta Jamie menemani dirinya untuk melihat Ben bermain dan dari sana ia mengetahui wajah dari pujaan hati Leslie. Dia tak begitu tampan, tetapi terlihat berkharisma dan senyumnya manis. Tubuhnya tinggi dan kekar, dengan rambut pirang yang dipotong pendek dan tambahan undercut di kedua sisi. Ben terli
Awalnya, Josh tak ingin menghadiri undangan pesta dari Ben. Ia memilih pergi dengan Mike, adiknya dan William, ayahnya, sore tadi ke sebuah pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota Toronto. Anehnya, ketika Josh melewati sebuah toko pakaian, ia teringat ucapan Jamie tentang dirinya yang terlihat seperti kutu buku. Tiba-tiba saja, seorang pramuniaga dari toko pakaian tersebut, memaksanya masuk ke dalam toko. Pramuniaga mengatakan Josh memiliki tubuh seperti seorang model. Dia menawarkan untuk mengubah penampilan Josh dan Josh pun tertarik. Setelah beberapa kali mencoba pakaian yang disarankan oleh pramuniaga, Josh meminta William membelikan beberapa pakaian tersebut. Mike dan William terheran-heran. Josh tak pernah ingin mencoba apa yang seorang pramuniaga sarankan dan ia juga tak gila belanja, tetapi kali itu Josh beralasan untuk keperluan kuliah. William memilih mendukung Josh karena ia tak lagi belajar dari rumah. Josh membutuhkan pakaian yang lebih berg
Jamie pergi meninggalkan Josh begitu saja, tanpa berterima kasih karena telah menyelamatkannya. Ia masih dalam keadaan terkejut dan ia menjadi agak sedikit linglung. Ia menceritakan kejadian yang ia alami pada Leslie ketika keduanya berada di kelas keesokan harinya. Dan Leslie memarahinya karena ia tak mengucapkan terima kasih pada Josh. Mendengar Leslie mengoceh, Jamie sebal dan meninggalkan Leslie di kelas. Ia memilih pergi ke toilet. Dalam perjalanan menuju toilet, ia mengubah arah. Jamie berderap menuju koridor kelas tempat lokernya berada—tempat di mana ia biasanya bertemu dengan Josh. “Apa aku seharusnya berterima kasih? Aku bahkan tak memintanya menolongku,” gumamnya pelan dan ragu saat ia hampir tiba di lokernya. “Tak usah, kau tak perlu melakukan itu.” Jamie terkesiap. Ia menoleh ke arah suara yang ia dengar jelas di telinganya dan George berada di sana. “Apa yang kau lakukan?” Jamie memekik ke arah George. Ia segera m
“Aku perlu bicara denganmu!” Josh menarik kursi dan duduk di meja yang sama dengan Jamie saat ia berada di kafe dekat gedung kampus.Setelah kejadian tadi, baik Jamie maupun Josh, tak menghadiri mata kuliah berikutnya. Jamie lebih dulu tiba di kafe untuk menenangkan dirinya. Ia mengabari Leslie yang sedang mengikuti mata kuliah.Jamie tak tahu Josh mengikutinya ke kafe tersebut.“Bukankah aku sudah pernah bilang kita tak saling mengenal dan tak ada yang ingin aku bicarakan denganmu?” Jamie membuang muka seraya menghela napas kesal.Josh membungkuk ke arah Jamie. Ia berbisik. “Aku seorang penyihir.”Pengakuan Josh secara tiba-tiba membuat Jamie yang sebelumnya penasaran dengan Josh, malah terdiam. Ia menoleh pada Josh.Keduanya bungkam seribu bahasa, hanya saling bertatapan.Menurut Jamie, mana ada maling teriak maling. Apalagi, penyihir! Mana mungkin seorang penyihir menyatakan dirinya penyihir. Wal
Leslie terus menerus mencurigakan Jamie dan Josh. Dia merasa ada sesuatu yang aneh dari mereka berdua. Dia memaksa Jamie mengakui, tetapi Jamie mengatakan tak ada apa-apa di antara mereka, membuat Leslie semakin penasaran.Pasalnya, kemarin saat dirinya tiba di kafe, Jamie dan Josh yang biasanya seperti anjing dan kucing atau bahkan lebih buruk—anjing dan kucing bahkan bisa hidup akur, kali itu dia melihat Jamie dan Josh duduk bersama dan terlihat akrab.Dan yang anehnya lagi, ketika Leslie tiba, Josh terlihat berbisik pada Jamie dan berderap meninggalkan kafe.“Kalian berpacaran, ya? Ya, ‘kan?” tanya Leslie menyelisik.“Apa kau gila berpikir kami berpacaran?”Jamie meletakkan ujung telunjuknya di dahi Leslie dan mendorongnya pelan. “Jangan bermimpi.”“Kalian sangat mencurigakan kemarin. Ingat Jams, kalian memulai hubungan dengan saling membenci, bisa saja suatu saat kalian saling mencint
Di tengah kecurigaan Jamie, dirinya teringat Darick pernah mengatakan Zaros memanipulasi pikiran seseorang di kantor pusat tempat dirinya bekerja agar melakukan perubahan pada data Jamie. Dengan begitu, Noir dan kelompoknya tak dapat menemukan keluarga Jamie. Jamie akhirnya mulai mencurigai Zaros. Ia juga berkali-kali melihat sosok Damien, Talon, Zaros, Carden, Gabriel dan Adam di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin menemuinya. Jamie menoleh pada Damien dengan tajam. “Apa kau pikir aku tak melihatmu dari jendela kamarku?!” ketusnya. “A-Aku … itu … hm, maaf, Jamie,” jawab Damien menyesal. Jamie menunjuk Talon, Zaros Carden dan Gabriel dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu Talon membersihkan apartemenku setiap datang! Aku tahu Gabriel dan Adam pernah mengunjungiku, tetapi kepergok oleh Josh, ‘kan?! Aku juga tahu Carden mengisap makhluk gaib di sekitarku! Aku tahu pasti yang membawa kalian berpindah pasti Zaros!” Talon, Zaros, Carden dan Gabriel gelagapan. “M-Maa
Adam mempersilakan mereka maju dan menghiraukan ucapannya karena dia akan bersembunyi di tempat persembunyiannya.“Apa dia minta mati kali ini?!” Darick menyeringai sadis.Darick melindungi kediaman itu dengan kekuatannya dan hanya manusia yang dapat masuk ke dalam kediaman itu. Sayangnya, Darick dan kelompoknya tak bisa membedakan aroma manusia yang satu dan lainnya. Jika manusia sudah masuk ke dalam kediaman yang Darick lindungi, tentunya manusia yang memiliki kekuatan bisa menggunakan kekuatan dalam kediaman itu.Darick juga melindungi pikiran dirinya dan kelompoknya dari kelompok lain. Oleh karena itu, hanya Darick dan kelompoknya yang bisa masuk ke dalam pikiran satu sama lain, seperti Carden yang selalu membaca pikirannya.Dan sekarang, ada manusia yang berani masuk ke dalam kediamannya bahkan memecahkan kaca kediaman itu. Tentu saja, Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang berani melakukan itu berdasarkan pengalaman.Mereka melesat mencari asal kaca pecah yang ternya
Darick berdecak kesal. “Sudah aku bilang jangan menemui Jamie lagi! Dia sudah cukup sedih sekarang!” perintahnya.“Kalau dia belum melupakan kita, dia pasti senang bertemu dengan kita, Darick!” Carden membujuk Darick.“Tetapi masalahnya tak semudah itu, Carden!” desis Darick sembari menggertakkan giginya.Zaros menunduk dan mengakui kesalahannya. “Aku tak memanipulasi pikirannya karena tak ingin Jamie melupakan kenangan bersama kita!” Zaros membela diri.“Ya, bagus itu!” jawab Adam yang tiba-tiba kembali lagi setelah selesai merajuk dan tak sengaja menguping mereka.“Masalahnya … aku memanipulasi pikiran orang lain dan membuat seolah kejadian yang Jamie alami adalah mimpi,” ungkap Zaros.Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja Zaros ungkapkan. “Apa maksudmu?” tanya Damien, Talon, Carden dan Adam bersamaan.Zaros memang mendapat perintah
“Mengapa setega itu pada Jamie, Darick?” tanya Zaros sedih.“Salah siapa?” hardik Darick.Darick melihat Zaros hanya mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu pengikutnya yang lain.“Halo, Darick,” sapa pengikutnya dari balik ponsel.“Earl, aku titipkan dia padamu,” tutur Darick.“Kau akan kembali sekarang? Kita tak jadi bertemu?” Earl sebenarnya tahu Darick datang bukan untuk menemui dirinya.“Maaf, aku harus segera kembali. Pastikan kau dan Kalen tak ketahuan olehnya, oke?” Darick memperingatkan Earl agar tak mengulang kesalahan seperti Damien dan Carden. “Dia sangat pintar mengenali vampire.”“Kau tak ingin berpamitan dulu dengannya? Aku sering melihat dia bersedih,” ungkap Earl membujuk Darick.Darick tersenyum tipis. “Tidak. Ini untuk kebaikannya juga. Penyihir itu pasti akan menja
Jamie menghela napas pasrah. Ia ingin menceritakan pada Josh yang sebenarnya terjadi. Namun, Jamie ragu sekaligus takut kalau sampai apa yang mereka katakan benar.Ia memilih menelan semua sendiri dan berusaha menganggap kejadian itu hanya mimpi, walaupun masih tak percaya itu hanya mimpi. Namun, sekeras apa pun dirinya mengelak, tak ada orang lain yang tahu kejadian itu selain dirinya, sekalipun Josh yang bersama dengannya saat kejadian.Satu yang pasti, itu bukan penglihatan karena Jamie sudah bisa membedakan mimpi biasa dan mimpi pertanda melalui penglihatan. Lagi pula, dalam penglihatan biasanya hanya kilasan kejadian yang akan terjadi dan tak sedetail yang dirinya alami.Jamie mulai menjalani aktivitasnya setelah cuti dan membiarkan kejadian itu menjadi misteri.“Jamie! Akhirnya kau kembali dari cuti!” sambut Mr Lewis.“Dasar tua bangka! Semua yang aku alami karenamu!” geram Jamie dalam hati.“Selamat pagi,
Jamie merasa sesak dan bersandar pada kursi meja makan. Lama-kelamaan tubuhnya terkulai lemas dan dirinya hampir terjatuh dari kursi. Leslie buru-buru menahan tubuh Jamie. “Ada apa, Jams? Jams! Jamie!” Jamie mendengar suara Leslie semakin lama semakin menghilang dan matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang terjadi? Apa itu benar-benar hanya mimpi?” batinnya. Leslie menampar pelan wajah Jamie. “Jams! Jamie!! Ya Tuhan, ada apa denganmu?!” Jamie terkesiap karena tamparan pelan dan suara memekakkan telinga yang berasal dari Leslie. Ia menoleh dan melihat raut wajah Leslie yang panik serta khawatir dengan dirinya. Jamie melihat Leslie sepanik itu saat dirinya hampir terjatuh dari kursi atau saat dirinya berteriak dari dalam kamarnya. Jadi, rasanya tak mungkin kalau memang dirinya baru kembali dari Roxbury setelah tak mengabari berhari-hari dan Leslie memasang raut wajah biasa saja. “Jadi, aku hanya bermimpi?” gumam Jamie lirih. “Sepertinya tid
Jamie kebingungan karena berada di dalam ruang gelap. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, kemudian menyadari tadi dirinya tak menyalakan lampu karena langsung tertidur. “Apa sekarang sudah malam? Jadi aku tidur seharian?” gumam Jamie sendiri sembari bangkit dari tidurnya. Jamie merasa lapar yang luar biasa dan perutnya mulai mengeluarkan bunyi. Ia merasa heran karena biasanya Darick atau Adam yang membangunkan dirinya. “Aneh, biasanya Darick akan mengetuk pintu untuk membangunkan aku,” gumamnya lagi. “Apa dia terlalu lelah setelah pertempuran?” Jamie mendesis seraya memiringkan kepalanya. “Tapi … dia vampire. Apa vampire bisa lelah juga?” “Aku rasa Adam masih sibuk mengurus Gabriel,” gumamnya sambil meraba dinding untuk mencari sakelar lampu dekat pintu kamar. Jamie menyalakan lampu dan matanya membulat saat melihat ruangan di sekelilingnya. Ruangan itu tak lagi berdinding kayu dan tak ada jendela kayu besar yang tertutu
Zaros merasa ngeri dengan tatapan Jamie. Dia sudah menjadi vampire ratusan tahun, tetapi baru kali itu ada manusia yang menatapnya tajam sampai dia merasa takut.Zaros berderap ke belakang Darick. “Aku hanya disuruh, Jamie.”“Iya, tetapi … apa harus pakai penyadap?” tanya Jamie tak percaya. “Itu namanya … melanggar hak privasi!”“Kami tak menaruh di kamar mandi, Jamie,” ucap Carden setelah membaca pikiran Jamie. Dia tahu Jamie panik. “Lagi pula, penyadap tak seperti kamera CCTV.”“Kami juga hanya menaruhnya di ruang terbuka.” Damien menimpali Carden untuk menenangkan Jamie.Seperti biasa dan seperti yang semua orang tahu, mereka bagai ayah dan anak. Sekalipun Carden berbohong, Damien tak akan menyentuh tangannya untuk mendeteksi kebohongan Carden. Namun, dia dan Carden sekarang memang hanya mengatakan yang sejujurnya pada Jamie.“Bagaimana caranya kal
Zaros kembali membawa Gabriel dalam keadaan selamat, tetapi kurang sehat karena Gabriel terlihat pucat. Bukan karena Gabriel menjadi vampire, melainkan kedinginan. Pasalnya, suhu di Arlington, Vermont saat itu satu derajat celcius. Baik Arlington, maupun Roxbury, keduanya merupakan kota dengan kelembaban di atas sembilan puluh dua persen. Selama awal tahun rata-rata per bulan untuk hari kering hanya tiga sampai lima hari, hari berkabut tujuh sampai sembilan hari dan sisanya hari salju. Sinar matahari muncul hanya di hari-hari tertentu tak lebih dari lima jam. “Kau baik-baik saja, Gabriel?” tanya Jamie khawatir. Darick dan Damien hampir memarahi Zaros yang selalu ceroboh dan terburu-buru. Mereka paham Zaros pasti sangat ingin membantu pertempuran mereka dengan Noir dan kelompoknya semalam, tetapi khawatir juga Gabriel terkena hipotermia. Darick dan Damien mengurungkan niat untuk memarahi Zaros karena mereka juga salah. Mereka tak menyadari Gabriel tak