💌💌💌💌💌"Mas, pejamkan mata, dong. Aku mau kasih lihat kamu sesuatu yang pasti bikin kamu seneng banget. Tapi kamu harus pejamkan mata kamu dulu, oke?" ujar Mila sambil memeluk manja, memintaku menutup mata."Ada kejutan apa ini? Kok mas jadi deg-degan?" tanyaku sambil menatap penuh rasa ingin tahu kepadanya."Tutup mata dulu dong, baru aku tunjukkin surprise-nya," sahut Mila lagi sambil menggodaku.Aku pun dengan senang hati menutup mata hingga kurasakan sesuatu menyentuh jari yang kugunakan untuk menutup kedua belah kelopak mataku.Refleks, aku pun membuka mata bertepatan saat yang sama, Mila berseru riang."Surprise. lihat ini! Apa ini, Mas?" tanya wanita cantik itu pura-pura lugu.Namun, melihat semburat merah di wajahnya, aku menjadi bahagia tak terkira.
Aku menatap wanita berpenampilan sederhana berusia sekitar dua puluh tahun di depanku yang berdiri sambil memegang tas pakaian lumayan besar di tangannya itu dengan mata memicing.Tubuhnya pendek dan kurus dengan rambut panjang diikat seadanya ke belakang.Siapa dia ya? Calon Asisten Rumah Tangga yang diceritakan Mila kemarin? Tanyaku dalam hati."Mas, ini Siti. Asisten Rumah Tangga yang kuceritain sama kamu semalam. Dia biasa kerja rumah tangga sama merawat orang sakit. Dulu pernah ikut aku satu tahun. Gimana? Bisa nggak dia mulai kerja di sini?" tanya Mila, memperjelas perihal tamunya itu.Mendengar ucapan Mila, aku kembali meneliti penampilan gadis itu.Kalau dilihat dari penampilannya sih memang kelihatan sekali jika gadis ini biasa bekerja sebagai asisten rumah tangga.Tapi apa bis
"Mas, hari ini kamu ke kantor?" tanya Mila saat kami sedang sarapan pagi.Hari ini untuk pertama kalinya, aku dan Mila tak lagi memesan makanan siap saji dan siap antar dari restoran, melainkan makan masakan rumahan karena ternyata Siti sudah memasak dan menghidangkan lauk aneka macam yang sangat mengundang selera dan begitu lezat terasa di lidah.Tak salah memang Mila merekomendasikan gadis itu untuk menjadi asisten rumah tangga di rumah ini sebab ternyata wanita berpenampilan sederhana itu sangat jago memasak.Tadi pagi berdua Mila, mereka sepertinya pergi ke pasar dan membeli aneka bahan makanan untuk dimasak hari ini dan untuk persediaan besok.Dan hasilnya pagi ini di meja makan tampak aneka jenis hidangan seperti kari kambing, opor ayam, rendang daging sapi bahkan gulai jeroan terhidang menggugah selera.Aku pun makan dengan lahap.
POV ANDIN"Mbak Minten, tolong antar Andin dan anak-anaknya ke kamar belakang ya. Mulai hari ini Andin akan bekerja di sini merawat ibu. Jadi, Mbak nggak perlu repot lagi ngerjain rumah sekaligus merawat ibu sendirian karena sudah ada Andin yang khusus ngurus keperluan ibu ya," ujar lelaki berwajah teduh di depanku pada sosok wanita cukup berumur yang dipanggil Minten itu."Baik, Pak," ujar perempuan yang dipanggil Minten sambil mengangguk hormat lalu menoleh padaku. "Mari, Mbak Andin saya antar mbak sama anak-anak ke kamar, biar bisa istirahat dulu. Nanti habis ini baru kalau mau ngurus ibu, saya biar ke dapur," ujarnya ramah.Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Kubimbing lengan Sekar dan Seruni yang mengapitku kanan dan kiri lalu membuntuti langkah Mbak Minten setelah sebelumnya minta diri lebih dulu dari Pak Arga.Mbak Minten membawaku menuju kamar yang cukup l
Aku melangkah dengan kaki gemetar dan tubuh berkeringat dingin mendekati daun pintu kamar tamu yang tampak tertutup rapat di hadapanku.Semakin dekat ke pintu kamar tamu itu semakin jelas pula terdengar desah manja dan rintihan sepasang umat manusia yang sepertinya tengah dimabuk asmara yang mampu tertangkap oleh indera pendengaran ini.Namun, jika benar suara-suara itu adalah suara orang yang tengah dibuai surga dunia, lantas suara siapakah itu?Mila? Benarkah?Tapi kalau benar, lantas istriku itu tengah memadu kasih dengan siapa?Andrew? Mungkinkah?Ya, entah mengapa benakku dilanda perasaan tak enak padanya sejak awal bertemu dengan lelaki yang mengaku sebagai suami Siti itu di meja makan sore tadi.Saat itu aku seolah bisa merasakan tatap kebencian dan cemburu yang bersar
Aku tersadar dari pingsan dan merasakan nyeri yang tak terkira pada bagian tengkuk.Entah apa yang telah digunakan Mila untuk memukul bagian belakang kepalaku ini tapi yang pasti rasanya sakit tak terkira.Kucoba menggerakkan tangan hendak meraba bagian yang sakit itu tetapi alangkah terkejutnya saat aku menyadari kondisi tangan dan kakiku yang ternyata dalam keadaan terikat.Aku bahkan tengah dalam keadaan tersekap di dalam gudang belakang yang biasa kupergunakan untuk menyimpan barang-barang yang jarang dipakai tetapi masih dibutuhkan saat ini.Sialan Mila! Dengkusku marah dalam hati. Berani-beraninya dia menempatkan aku dan mengurungku di gudang yang pengap ini.Tak kusangka wanita yang selama ini kucintai setengah mati itu ternyata tak lebih dari ular betina yang tak malu membiarkan tubuhnya dijamah dan dinikma
POV AUTHORUsai menutup pintu gudang di mana Heru telah ia sekap, Andrew kemudian mengambil ponsel dari dalam saku celananya lalu segera menghubungi seseorang.[Halo, ada apa, Bos?] sahut satu suara dari seberang saat panggilan tersambung.[Jo, ada kerjaan buat kamu! Datang jam seperti biasa ya ke alamat ini,] ujar Andrew sambil menyebutkan alamat kediaman Heru pada lelaki yang dipanggil Jo.Lelaki di seberang telepon mengiyakan lalu setelah itu panggilan diputus dan Andrew bersama Mila kembali ke ruang tengah."Kamu yakin kita gak bakalan ketahuan polisi kalau kita lenyapkan Heru nanti, Ndrew?" tanya Mila saat mereka sampai ke ruang tengah."Kenapa tidak? Aku beberapa kali melakukan itu bersama Bejo sebelumya, kenapa sekarang harus khawatir ketahuan?" Andr
POV AUTHORByuuurrrrr!!!Tubuh lemah itu melayang cepat lalu jatuh menghantam permukaan air yang deras setelah sebelumnya sempat menggores batuan terjal di tepian jurang terlebih dulu.Heru tak dapat melukiskan betapa sakit yang harus ia rasakan saat kulit tubuhnya mengenai batuan cadas itu kemudian disambut air sungai yang dingin dan deras.Terlalu sakit rasanya!Sekujur tubuhnya terasa ngilu dan raganya yang sudah lemas tak mampu lagi melakukan pergerakan apa-apa dan hanya bisa pasrah saat air sungai yang dingin mulai menelannya.Ia hanya bisa merasakan tubuhnya perlahan-lahan terombang-ambing arus sungai deras yang kemudian mulai masuk ke lobang hidung dan lamat-lamat kesadarannya pun sirna.💌💌
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (142)"Tapi, Tante ... apa Mama mau kembali sama Papa lagi? Mereka kan sudah bercerai?" tanya Sekar dengan mimik ragu. Begitu pun Seruni. Wajah keduanya tampak bimbang dan tak menentu."Kalau kalian ingin ketemu Papa lagi dan ingin hidup bersama dengan Papa kalian lagi, maka jalan satu satunya hanyalah dengan membuat Papa Arga pergi dari rumah ini.""Kalau Papa Arga sudah pergi, maka Papa Heru akan kembali dengan Mama kalian lagi. Apa kalian nggak mau hal itu terjadi? Katanya kalian ingin ketemu Papa lagi? Cuma ini satu satunya cara supaya kalian bisa berkumpul lagi dengan Papa Heru.""Papa Arga 'kan hanya Papa tiri kalian. Sedangkan Papa Heru adalah papa kandung kalian. Masa kalian lebih memilih tinggal bersama Papa Arga dari pada dengan Papa Heru?" bujuk Yuli lagi."Tapi, Tan ... " Sekar dan Seruni ragu ragu."Kalian sayang sama Papa kalian kan? Ingat, Papa Heru adalah papa kandung kalian, sementara Papa Arga hanya papa tiri," tandas Yuli kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (141)"Hai, Sekar ... Seruni ... apa kabar?" tanya Yuli dengan nada ramah pada dua gadis kecil yang tengah bermain perosotan tersebut.Sekar menoleh lalu menatap heran saat melihat sosok Yuli yang tengah berjalan mendekati dia dan adiknya."Tante siapa? Kok tahu nama kita?" tanya Sekar dengan tidak mengerti, sebab baru kali ini dia bertemu Yuli tapi Yuli tahu namanya. Tentu saja benak gadis kecil itu merasa heran dan bertanya tanya.Ditanya seperti itu, sesaat Yuli kaget, tapi detik berikutnya cepat cepat dia meralat. Untung saja di dekat mereka saat ini tak ada Sri, Andin atau pun Bi Hanun, andai ada mereka juga pasti heran bagaimana bisa dia tahu nama dua gadis perempuan di depannya itu karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu."Hmm ... Tante tahu dong dari Mama kalian dan Mbak Sri. Tapi itu nggak penting. Yang penting Tante membawa pesan penting dari seseorang untuk kalian. Kalian ingin tahu nggak?""Oh ya, sebelumnya kenalkan Tante ini Tant
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (140)"Emang boleh Mbak saya melihat lihat sekeliling sama Mbak Andin? Kalau boleh, saya maulah jalan jalan ke taman," jawab Yuli dengan wajah berbinar.Bagus juga dia keluar dari kamar ini untuk mencari celah dan kesempatan yang kiranya bisa digunakan untuk mewujudkan rencananya, merebut cinta Arga dan memisahkan laki laki itu dari Andin. Apalagi Heru sudah banyak memberinya uang untuk merusak rumah tangga mantan istrinya itu dengan suaminya agar bisa kembali lagi pada Andin. Hal ini membuat Yuli semakin semangat untuk mencari celah dan kesempatan guna mewujudkan niatnya itu."Ya boleh aja sih kalau Mbak mau," jawab Sri lagi merasa senang karena Yuli tampaknya bersedia keluar dari kamar supaya dia bisa segera menggeledah tempat tidur perempuan itu.Itu sebabnya Sri tersenyum lebar saat Yuli menganggukkan kepalanya dengan gembira lalu segera keluar dari kamar setelah mendapat izin darinya.Segera setelah Yuli keluar dari kamar, Sri membuka dan meng