Hari ini adalah hari pertama Aldira bekerja sebagai asisten dokter. Namun, sebelum itu mereka harus melakukan tahap seleksi agar menentukan siapa yang pantas untuk posisi tersebut. Terlepas dari itu ia hanya berharap "mereka" tidak mengacaukan harinya yang indah ini.
Tok ... tok ... tok ....
"Masuk!" ujar seseorang dari dalam ruagan itu.
Aldira hanya mengikuti perempuan yang di depannya, kemudian terlihat seorang laki-laki yang tengah sibuk membaca beberapa laporan.
"Dok, ini adalah salah satu orang yang akan menjadi asisten dokter yang lain masih belum datang jadi kami membawakan dia sendiri terlebih dahulu. Ini juga adalah hari pertamanya bekerja di sini, jadi silahkan berikan arahan untuk apa yang dia kerjakan."
"Ouh iya, terima kasih silahkan tinggalkan kami berdua." ucap nya.
Laki-laki itu lalu menyuruh Aldira duduk, sementara ia terus memeriksa laporan itu tanpa menatap wajah Aldira.
"Apa ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Aldira.
Dokter itu tetap diam, beberapa saat kemudian ia lalu menaruh beberpa berkas tersebut.
"Ikuti saya!" ucapnya.
Aldira lalu mengikuti laki-laki itu, ia berjalan di belakangan seperti ekor, hingga akhirnya mereka memasuki sebuah ruang ICU.
Terlihat seorang wanita tua sedang dalam kondisi sekarat dengan kepala sudah robek, menunjukan daging berwarna merah muda yang sudah terkeluar dari tempatnya dan darah segar juga terus mengalir dari kepalanya.
Dokter itu menyatukan kedua alisnya. Kemudian memeriksa beberapa data yang sudah di periksa oleh orang sebelumnya. Lalu ia melihat ke arah Aldira yang hanya menunjukan ekspresi datar seperti sedang kesal.
"Lo gak takut?" tanya Dokter itu menggunakan kalimat santai.
Aldira tersentak mendengar kalimat itu dan segera menoleh ke lawan bicaranya. Ia tak percaya bahwa dokter tersebut akan berbicara menggunakan bahasa sehari-hari bukan dengan bahasa yang formal.
"Gue baru lihat, biasanya calon dokter yang jadi asisten gue itu rata-rata takut ngelihat hal yang lumayan mengerikan kayak gini." ucap Dokter itu yang tidak lain sosok itu ternyata adalah Alex.
"Ouh gitu." jawab Aldira santai dengan wajah yang masih datar.
Ia memang sudah terbiasa melihat hal yang mengerikan bahkan yang lebih parah dari itu. Ini hanyalah kecelakaan yang bisa di bilang kecil menurutnya.
"Kayaknya lo lagi kesel?" tanya nya. Karena melihat ekspresi Aldira dan mendengar cara gadis itu menjawab.
"Eh! Enggak, Dok ... maaf." ucapnya setelah mendengar hal itu.
Alex mengabaikannya dan mulai fokus terhadap pasien yang ada di depannya. Bagaimana ia tidak kesal, beberapa hantu-hantu yang ada di situ terus mengganggu dan mencoba menakut-nakuti dirinya bahkan ada juga yang memegang kakinya untuk meminta bantu padanya.
Ia ingin sekali menghilangkan penglihatannya itu karena ini sangat mengganggu dirinya.
"Permisi, Dok. Bisa saya keluar sebentar?" pintanya sopan.
Alex hanya mengangguk. Aldira melepaskan pakaian dan sarung tangan untuk melakukan operasi lalu segera keluar dari ruang ICU itu. Namun, masih ada beberapa yang mengikutinya.
Aldira berjalan menjauh dan melihat sekeliling apakah ada orang yang melihatnya, setelah merasa aman ia lalu menendang satu persatu hantu yang membuatnya kesal itu.
"Berhenti ngikutin gue!" makinya pada hantu-hantu itu.
Ia tidak hanya bisa melihat, melainkan ia juga bisa berbicara dan berkelahi dengan "mereka."
Hantu-hantu itupun pergi dengan kesakitan meninggalkan Aldira yang sedang kesal. Setelah merasa agak baik, Aldira lalu kembali ke dalam ruang ICU dan mengenakan kembali pakaiannya.
Ia lalu melihat wanita tadi yang tengah sekarat sedang berusaha di selamatkan. Namun, yang membuatnya terkejut adalah arwah wanita itu tengah berdiri sambil menangis melihat dirinya sendiri.
Aldira terus menatap wanita itu, hingga wanita tua tersebut menyadari bahwa ada yang bisa melihatnya.
"Nak, kamu bisa melihatku, kan?" tanya wanita itu berjalan ke arahnya.
Aldira hanya tertegun. Ia tidak bisa bicara, ia takut orang yang melihatnya akan menganggapnya aneh.
"Tolong selamatkan aku! Anak ku di rumah sendirian ... aku tidak bisa menginggalkan nya sendiri, ayahnya pasti akan terus menyiksanya. Aku sedang pergi mencari tempat tinggal supaya kami bisa pergi dari lelaki bajingan itu, tapi tidak tau kenapa tadi ada sebuah truk yang menghadang jalanku dan aku pun seperti ini."
penasaran?
tungguin critanya yah!
jgn lupa vote, coment and share yauw
Berteman juga yah disosmed aku:
I* : @yoselmie_selmie0902
F* : Yoselmie alexandra
sampai ketemu lagi😍
Aldira yang mendengar perkataan wanita tua itupun mendekat ke tubuh yang sekarat itu, ia malah mengambil alih penanganan yang sebenarnya adalah tugas Alex.Aldira berusaha menyelamatkan wanita itu, Alex merasa terkejut karena tubuhnya di dorong oleh gadis magang itu. Semua suster yang ada di dalam juga ingin menghentikannya.Tetapi Alex yang merasa penasaran membiarkannya dan menyuruh mereka untuk membantu Aldira.Wajah gadis itu terlihat sangat serius, ia mulai dengan menjahit bagian kepala wanita itu dengan hati-hati dan penuh ketelitian.Sesekali ia melihat ke sebuah monitor yang menunjukan garis detak jantung yang masih terus bergerak.Pendarahan itu mulai berhenti, namun, kondisinya masih kritis. Monitor yang menampilkan gelombang berwarna hijau tiba-tiba menunjukan angka 52.Alex benar benar terkejut, biasanya dokter yang magang itu tidak berani megambil tindakan seperti ini.Tapi dia berbeda ....Sikapn
"Lain kali, lo jangan berbuat kek gitu lagi, ini masalah nyawa orang ngerti?" tegur Alex ketika sampai di ruangannya.Ia melepaskan jas dan meletakkannya pada kursi itu. Lalu bersandar pada kursinya dan kembali membaca laporan yang ada di mejanya."Bukannya tadi dia muji gue? Aneh banget sih nih orang, gak ada akhlak."Batin Dira.Tit ... tit ... tit .... (dering telpon ceritanya)"Halo," ujar Alex."Dok, pasien yang ingin cuci darah sudah siap." sahut suara dari seberang telpon."Hmm." jawabnya singkat lalu ia kembali mengenakan jas nya, dan beranjak pergi.Alex adalah dokter yang memiliki dua spesialis, tidak banyak dokter yang memiliki dua spesialis berbeda. Salah satu yang memilikinya adalah Alex. Alex adalah dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis bedah.For your information ....Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur medis yang bertujuan untuk menggantikan fungsi ginjal akibat kerusakan pada organ
Kini gadis itu sedang fokus menyetir dan ia tidak mengerti mengapa sekarang ia malah duduk bersama sebuah arwah yang tidak jelas asal usulnya dalam satu mobil."Jadi mau gimana nih?"tanya Aldira pada arwah itu."Biasanya kalo habis pulang kerja dia balik ke tempat yang kemarin,"sahut arwah itu"Kasian amat hidup tu orang, gak bosan apa ke tempat yang sama mulu,"ledek Dira.Arwah itu hanya diam dan tidak bergeming sedikitpun. Ia hanya melihat jalanan dengan tatapan kosong."Lu ngomong kek, diam mulu bosen nih gue,"ucap Dira.Arwah itu kini menoleh dan hanya menatap Aldiria tanpa berbicara dengan tatapan yang kosong."Yaudah kalo gak mau ngomong, gak usah liatin gue gitu terus,"seru Aldira karna merasa risih.Tak beberapa lama akhirnya berakhirlah masa membosankan itu. Aldira keluar lalu bersandar pada mobilnya menanti kehadiran seorang lelaki yang tidak lain adalah Alex.Setelah beberapa menit menunggu dengan bosan, akhir
Alex kini menatap wajah Aldira yang tengah menghela napas dengan kasar. Sebenarnya, entah mengapa ia juga merasa bersalah pada sosok perempuan di sebelahnya ini. Alex juga tidak suka bila merepotkan orang lain."Makasih,"gumam Alex."Ha?"tanya Aldira karna ia tidak mendengarnya dengan jelas."Yaudah pulang,"ujar Alex bangkit berdiri.Aldira tersenyum senang akhirnya ia akan segera bertemu dengan kasur nya.Gadis itu begitu bersemangat, saat bangkit berdiri ia tidak melihat lelaki itu sudah berada di depannya sehingga menabrak lengan kanan Alex yang keras."Aduh,"ucapnya spontan dan mengelus-elus jidatnya.Alex menoleh ke arah Aldira yang kini tengah menatapnya dengan kesal."Apa?"tanya Alex.Aldira hanya menghembuskan napasnya, karena memang ia yang salah tidak melihat Alex berada depannya."Kenapa diam? Mau pulang atau diam disini?"cetus Alex."Iya pulang,"jawab Aldira lemah ia lalu berjalan mengikuti Alex
Beberapa saat kemudian muncul lah sosok yang paling di tunggu oleh banyak anak magang itu."Halo,"Sapa nya ketika memasuki ruangan itu."Halo,"sahut anak-anak magang dengan antusias kecuali Aldira, ia malah memutar bola matanya dengan malas ketika tau siapa orang tersebut."Salam kenal saya Alex, semoga hari ini kalian dapat suatu pembelajaran,"ucapnya singkat.Tanpa banyak basa basi ia langsung berjalan dan diikuti oleh 10 anak magang yang teridiri dari 4 cowok dan 6 cewek termasuk Aldira dan Shuiyan.Shuiyan menarik lengan Aldira dengan semangat, dan kini mereka berdua berdiri tepat di belakang Alex.Sekarang mereka berada di ruang ICU dimana banyak orang sakit sedang berbaring dengan peralatan rumah sakit di sebelah mereka."Maaf menganggu waktunya, kami akan melakukan pemeriksaan,"ucap Alex meminta izin pada pasien itu."Kenapa hari ini ada banyak orang dok?" tanya lelaki muda itu terlihat seperti umur 21 tahun.
Selama pembelajaran berlangsung, tidak ada yang berani berbicara seperti awalnya. Bahkan tidak ada yang berani menatap wajah Alex.Kecuali Aldira, ia terus memperhatikan gerakannya dan setiap ekspresi Alex yang menurutnya biasa saja tetapi menurut orang lain menakutkan.Setelah beberapa menit memeriksa dan mencatat apa yang mereka dapatkan, pembelajaran yang sangat membosankan bagi Aldira itu akhirnya berakhir.Aldira lalu maju memberikan catatanya dan catatan Shuiyan kepada Alex untuk di periksa, ia memberikan buku tersebut dengan santai."Nih,"ucapnya Aldira.Alex menatap buku itu dan melihat wajah Aldira dengan tatapan tidak suka."Apa?"tanya Aldira heran.Gadis itu lalu menyerahkan buku tersebut pada tangan Alex lalu berbalik. Namun Alex mencengkam pergelangan tangan Aldira dan membuat gadis itu kembali menatapnya.Kini Aldira menemukan mata Alex yang begitu tajam sedang menatapnya, rahang bawahnya terlihat bergetar d
Flashback onSeorang lelaki dengan sebuah jas yang menggantung di lengan kirinya sedang berjalan di pinggiran jalan, ekspresi lelaki itu tampak sangat kesal.Begitu kesalnya ia menampar sebuah tiang listrik yang berada di depannya. Ia lalu menarik tangannya karna merasa sakit dan menunjukan tangan nya sudah berwarna merah karena benturan keras itu.Lelaki itu mengoyang-goyangkan tangannya yang terasa sangat nyeri itu. Tiba-tiba sebuah uluran tangan yang hangat menyentuh tangan lelaki itu.Akibat sentuhan hangat yang kecil itu, membuah ia terkejut dan dengan cepat menarik tangannya."Lo gak apa-apa?"tanya perempuan itu.Sedangkan lelaki itu menatapnya dengan wajah seakan-akan tidak suka atas kehadirannya, ia lalu pergi menjauh dari perempuan itu. Namun perempuan itu berjalan dan mendekatinya."Nama gue Alleta, gue cuma mau nolong lo aja,"ucap gadis itu."Gue gak perlu bantuan,"jawab lelaki itu dingin lalu pergi.Alleta berlari menghadang jalannya, "Gue liat tadi tangan lo kesakitan, ka
Alex berjalan menuju ruangannya sambil menggosok-gosok kepalanya dengan frustasi. Ia tidak tahu kenapa hari ini ia bertingkah aneh sekali. Jantung nya yang selalu bergetar hebat ketika melihat Aldira.Ia duduk sambil meutup mata dan menaruh tangan kirinya di atas keningnya, berharap mendapatkan sebuah ketenangan.Tiba-tiba, ketika matanya tertutup muncul bayangan wajah Alleta. Ia membuka matanya dengan cepat berharap menemukan sosok yang ia rindukan.Alex menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan bersamaan dengan telapak tangan yang mengusap wajah nya.Di sisi lain, Shuiyan masih dengan penuh rasa curiga menanyakan semua pertanyaan yang ia pikirkan."Dira, lo ngapain sih? Jawab dong yang gue tanya tadi,"ucap Shuiyan sambil menggerak-gerakan tangan Aldira karena temannya hanya terdiam tanpa memberikan jawaban.Aldira yang merasa risih sekaligus merasa tidak enak karena menyembunyikan sesuatu dari Shuiyan, akhirnya ia memutuskan untuk menjawab."Iya gue jawab, tapi ini rahasi
Seorang perempuan terbangun dengan wajah pucat pasi yang terkejut dan ia melihat ke sekelilingnya.Ia berusaha bangkit untuk duduk, meskipun dengan kepala yang sedikit berdenyut lalu melihat ke arah tangan kirinya yang sudah memiliki hiasan yaitu di infus. Di hidungnya juga terdapat alat bantu pernapasan selang oksigen."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pada dirinya sendiri.Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Yosia, akhirnya udah sadar juga." ucap seseorang yang baru tiba.Yosia sedang melihat ke arah seorang perempuan yang sedang menatapnya dengan senyuman itu dan tiba-tiba muncul perempuan lain dari belakang."Ada yang sakit gak?" tanya perempuan itu lagi. Yosia hanya menggeleng."Dok, saya kenapa bisa ada di sini?" tanya Yosia sopan."Kamu itu bisa di sini karna di duga mau mencoba untuk bunuh diri. Kamu membawa mobil untuk menabrak pembatas jalan dan tercebur ke dalam air yang kebetulan saat itu arusnya bisa di bilang cukup membahayakan bagi nyawa ka
Kecelakaan tersebut tidak bisa terhindarkan. Kerasnya benturan membuat mobil milik Alex terseret sangat jauh. Mobil yang di kendarai oleh Alex sudah ringsek tidak berbentuk.Aldira terkejut melihat hal itu, segera ia keluar dari dalam mobilnya dan berlari menghampiri Alex. Aldira bisa melihat Alex yang berusaha untuk keluar dari mobil yang terbalik itu. Adira menghampiri Alex dan membantunya berjalan ke tempat yang agak jauh dari mobilnya.Alex terduduk lemah dengan kondisi tubuh yang tengah penuh dengan darah. Aldira mengambil ponselnya dan segera menelepon ambulans."Alex." panggil Aldira di tengah isak tangisnya. Ia segera memeluk tubuh lelaki itu. Hal yang sangat di takuti olehnya benar-benar tidak bisa di hindari. Tiba-tiba Alleta datang di antara mereka. Ia hadir dengan meneteskan air mata sambil terus tersenyum. "Alex, gue datang jemput lo." lirihnya.Aldira menatap tajam ke arah Alleta. "Jangan bilang kalo lo yang udah mancing mobil itu ke arah Alex!" Tuduh Aldira.Alleta ha
Aldira hanya tercengang ketika mendengar pengakuan itu. Akan tetapi, ia kembali tersadar dan mengajukan sebuah pertanyaan. "Lo udah selesai? Sekarang giliran lo yang harus ngaku semua kejahatan lo ke kantor polisi!" Perintah Aldira.Arya menatap Aldira beberapa saat. Ia bangkit berdiri dan menghapus air matanya seketika itu juga ia tertawa. "Lo pikir gue bakal nurutin kemauan lo? Gak mungkin!" Jawabnya sambil tertawa.Aldira hanya menggelengkan kepalanya. "Lo ada masalah hidup apa sih?" Tanya Aldira kesal. "Arya, lo seharusnya mempertanggung jawabkan semua perbuatan lo yang salah!" Seru Alleta berusaha meyakinkan. Arya hanya menatap sendu ke arah Alleta. "Gue gak salah! Gue cuma balas dendam atas kematian lo Al!" Jeritnya."Tapi yang bunuh gue itu bukan Alex, itu karna perbuatan lo sendiri Arya!" Seru Alleta mulai geram. Di sisi lain telepon Aldira tiba-tiba berdering. Hingga fokus mereka teralihkan ke arahnya."Halo," Sapa Aldira. "Hmm, iya naik aja di lantai paling atas." Ucap
Peringatan!Part ini akan sangat panjang dari biasanya jadi selamat menikmati🤗Jangan lupa vote dan comment yah!Baru saja tiba di rumah, Aldira langsung melemparkan sebuah vas bunga yang berada di meja itu. "Lo kenapa?" Tanya Anggika. "Gue gak suka sama apa yang terjadi!" Serunya. Shuiyan berusaha menenangkan Aldira. Sedangkan Alleta dan Anggika hanya saling menatap. Disini tidak ada Fiona, karena ia telah diantar sampai kerumahnya terlebih dahulu."Lo tenangin pikiran dulu, nanti kita cari solusinya kalo udah tenang." Ucap Alleta. "Gimana gue bisa tenang, gue gak suka sama permainan aneh ini." Cetus Aldira. Aldira menghembuskan nafas kasar, ia lalu mengambil segelas air dan meminunnya. __________"Gue bisa buat lo ketemu sama Alleta." Kalimat itu terus menghantui Arya. Ia duduk di suatu ruangan gelap ditemani dengan penerangan yang sangat minim dan cukup sunyi. Arya mengusap wajahnya frustasi, mencoba untuk melupakan omong kosong itu. Bagaimana mungkin dia bisa bertemu deng
"Jadi lo ngebunuh banyak orang cuma demi balas dendam kisah lo doang?" Ucap Aldira meremehkan.Sosok misterius itu yang ternyata adalah Arya. Sahabat dekat dari Alleta. Dia hanya tertawa mendengar perkataan Aldira. "Gue gak nyangka, cuma karna mau balas dendam sama Alex lo bahkan rela membunuh banyak orang." Ungkap Fiona. "Iya, lo egois banget. Gue yakin Alleta gak mau sama lo itu pasti karna dia tau keegoisan lo!" Seru Shuiyan. Arya hanya tertawa mendengar setiap perkataan mereka. Ia berjalan mendekati Alex dan melepaskan ikatannya. Arya menyuruh beberapa sosok misterius lainnya untuk memegangi Alex. Ia hanya menatap lelaki itu yang di paksa bejalan meskipun sedang kesakitan. "Gimana? udah puas bunuh orang?" Cetus Aldira. "Lo gak usah ikut campur, gue dengar bahkan lo gak pernah jatuh cinta jadi mending diam aja gak usah ikut campur." Ucapnya tegas pada Aldira. "Hahaha, lucu banget. Lo bilang cinta? dari yang gue lihat dan dengar, lo bukan cinta tapi lo cuma terobsesi karna ga
"Gue bisa liat hantu," ungkap Aldira tanpa basa-basi. Alex mengalihkan pandangannya, sebenarnya ia sudah menduga hal ini saat Aldira mulai bersikap aneh dan berbicara sendiri. "Pemandu kita tadi, dia sebenarnya gak ada hubungannya dengan jebakan ini. Dia tadi sempat ngasih penglihatan kalo emang dia nerima telpon buat balik ke rumah sakit, tapi di tengah jalan dia di cegah sama beberapa orang yang dia gak kenal. Dia sempat ngelawan tapi ada sosok dari belakangan yang mengunci lehernya yang buat tulang lehernya patah dan dia di bunuh dengan cara yang gak wajar yaitu di bakar." jelas Aldira.Aldira tahu ucapannya itu tidak masuk akal bagi orang normal (tidak bisa melihat dunia lain), bagaimana caranya orang yang sudah meninggal bisa mendatanginya dan menceritakan semua yang terjadi padanya. Alex akhirnya menatap kembali kedua bola mata Aldira. Ia menggenggam erat tangan gadis itu berusaha memberikan kenyamanan padanya. "Ouh iya," balasnya santai. "Shuiyan lo juga bisa liat hantu?" t
"Yaudah, sekarang kita harus mikirin gimana caranya supaya bisa keluar dari ruangan ini," ucap Aldira mengalihkan topik pembicaraan. "Dira, lo ngerasa ada yang aneh sama tempat ini gak?" tanya Shuiyan. "Iya, ini kayak bukan jalan untuk keluar tapi menurut gue mungkin ada perangkap lain." tutur Aldira. Aldira lalu membuka kembali ponselnya, "Gak ada jaringan di ruangan ini."Aldira menatap ke arah Alex, ia melihat Alleta yang duduk di samping nya sedang menangis melihat kondisi lelaki itu."Ini sebenarnya tempat apa?" tanya Alex lebih kepada dirinya sendiri. Aldira yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya, tiba-tiba muncul sebuah suara yang memenuhi ruangan itu."Saya tidak menduga kalian semua bisa sampai di tempat ini, tapi selamat karna kalian telah mencapai puncak permainan. Kini kalian harus memikirkan bagaimana caranya agar kalian bisa terus bertahan." Semua yang ada di ruagan menoleh ke arah kiri dan kanan mencari dari mana asal suara tersebut, tidak lama kemudian se
"Fiona, lo tadi bilang kalo lo udah pernah di bawa ke sini terus gimana caranya lo keluar?" tanya Alex. "Gue biasanya keluar kalo udah pagi dan pintu ke buka sendiri," jawab Fiona."Ha? Lo yakin kita bakal terus di sini?" tanya seorang perempuan magang lainnya. Fiona hanya diam tak menjawab, Aldira melihat ke kiri dan kanan untuk mencari jalan untuk keluar. Tiba-tiba Alleta muncul tepat di hadapan Aldira dan membuatnya terkejut. "Gimana udah ketemu?" tanya Aldira pada Alleta, ia sudah tidak peduli apa yang orang pikiran begitu melihatnya. "Gue gak gak ketemu jalan keluarnya, semua beneran rapi gak ada jalan buat keluar satupun." Jawab Alleta. "Lo yakin udah nyari ke semua tempat?" tanya Aldira lagi."Dira lo kenapa?" tanya anak-anak magang yang menatap heran ke arahnya. "Gue lagi ngomong sama teman gue," sahut Aldira. Alleta menggelengkan kepalanya lalu berjalan mencari sesuatu agar mereka bisa keluar dari tempat ini."Lo gak usah becanda gak lucu," seru perempuan lainnya."Yan
Baru saja Aldira melangkahkan kaki memasuki rumah sakit itu. Ia langsung bertemu dengan Shuiyan yang sudah menunggu kedatangannya sedari tadi."Akhirnya lo datang juga," ucapnya."Ada apaan kok lo panik gitu?" tanya Aldria.Shuiyan menariknya dan membawanya ke tempat khusus mereka para anak magang beristirahat. Gadis itu lalu mengambil tasnya dan mencari sesuatu."Lo lihat ini!" kata Shuiyan sambil memberikan sepucuk surat.Aldira membuka surat itu dan melihat sebuah tulisan. "Tunggu saja, permainan akan di mulai kalian pasti akan sangat menyukainya." "Dari mana lo dapat surat ini?" tanya Aldira."Itu tadi pagi tiba-tiba sudah ada di depan pintu rumah gue," jawab Shuiyan."Shuiyan, Aldira, di panggil dokter Alex ke ruangannya!" seru seorang perempuan yang baru saja tiba."Iya, makasih." sahut Shuiyan dan segera menyembunyikan surat itu di saku jasnya.Shuiyan segera menarik tangan Aldira keluar, tapi Aldira malah berhenti dan menatap sosok perempuan yang sedang merapikan tas dan men