Share

27 | Hujan dan Halte

Author: BumiMars
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

GHEA

“Berhenti dulu, lo mau kemana sih?!” aku terpaksa berteriak sembari menarik tangan Lhambang agar dia berhenti berjalan. Kami sudah tiba di depan gerbang kompleks perumahan Tissa, tinggal menunggu taxi atau ojek lewat saja kami sudah bisa pergi dari tempat ini.

“Ke rumah Lendra!” teriaknya tak kalah kesal, sementara malam hari ini masih hujan. Orang-orang yang berteduh di sebrang warung sudah melihat ke arah kami.

“Percuma, dianya aja nggak ada dirumahnya!”

“Gue tunggu dia sampai pulang!”

“Bisa besok, 'kan?” aku memelankan nada suaraku. “Ngapain repot-repot ke sana kalau nggak ketemu orangnya, besok pas orangnya pulang baru deh lo kesana.”

Orang emosi memang bebas melakukan apa saja, orang emosi memang kadang pikirannya tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku memaklumi sikap Lhambang k

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   28 | 20:11

    TISSASyailendra nggak benar-benar memeluk diriku, kukira ketika dia bangun dari ranjangnya dan berjalan ke arahku itu akan menjadi hal yang menyenangkan. Aku sudah membayangkan dia akan membuka bajunya perlahan-lahan sambil berjalan ke araku, lalu ketika sudah mendekat dia akan berjongkok dan menggendongku lalu melemparkan aku ke atas ranjang dan permainan panas kami akan di mulai. Pemikiranku memang terlalu liar, mungkin karena itulah aku gagal menggoda Syailendra malam ini. Cuaca yang dingin serta hawa kamar yang terasa panas tak mampu membangkitkan gairah nafsu Syailendra, apa mungkin aku yang kurang menarik di matanya sehingga dia tak sama sekali kepikiran untuk tidur dengan aku saat ini?“Masih kedinginan nggak?” Dia bertanya sambil meletakkan minuman kaleng di meja, lalu dia duduk di sebelahku. Kami sama-sama menghadap ke arah laut saat ini. “Suhunya udah gue atur, kalau masih kedinginan bilang aja ya.”

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   29 | Apartment

    GHEAMemulai sesuatu memang berat, tapi percayalah. Nggak ada proses yang percuma, begitu yang aku tahu. Karena itu aku selalu bersemangat untuk memulai pendekatanku dengan Lhambang saat ini, karena aku tahu nggak akan ada proses yang percuma meskipun jalannya berat dan panjang. Tapi aku yakin banget kalau proses akhirnya adalah aku yang akan bahagia nantinya dengan apa yang sudah aku lakukan sejauh ini, ingat sekali lagi kalau nggak akan ada proses yang percuma. Proses itu nggak akan pernah mengkhianati hasil, aku yakin sekali itu makanya sekarang aku hanya perlu berusaha lebih keras lagi agar apa yang aku mau segera tercapai.“Apartemen ini nggak pernah ditinggalin?” Lhambang bertanya padaku, kami sama-sama sudah mengganti pakaian dan sekarang kami sedang makan mie instan.“Jarang.”“Kenapa?”“Dulu ini tempat minggat bokap gue, makanya

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   30 | Perjalanan Ini

    SYAILENDRA Akhirnya, aku mendadak langsung pulang dengan Tissa malam hari ini juga. Bukan karena aku takut terjadi hal-hal yang tidak mengenakan nanti malam tetapi karena kami—Aku dan Tissa—baru saja dapat kabar kalau Lhambang dan juga Ghea baru saja pulang dari rumah Tissa. Ibu Tissa yang menceritakan semua kronologi tersebut melalui telepon, saat kami sedang asik mengobrol sambil menikmati pemandangan laut yang aduhai, telepon itu pun masuk. Butuh waktu sepuluh menit untuk Tissa bertelepon dengan Ibunya dan butuh waktu lima menit bagi Tissa meyakinkan aku untuk pulang ke Jakarta karena ada hal yang harus dia urus, yaitu tentang kesalahpahaman Lhambang. “Tidur aja, nanti kalau udah sampai gue bangunin, Tiss.” Kataku. “Nggak apa, gue emang lagi pengen begadang sih malam ini. Gue temenin lo nyetir aja, nanti kalau lo capek atau ngantuk gantian aja sama gue nyetirnya.”

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   31 | Pelukan Di Tengah Hujan

    GHEASebuah kenyamanan itu pasti datang tanpa disengaja, seperti itulah yang aku rasakan saat ini. Saat aku dipeluk dengan begitu erat oleh Lhambang, pelukan ini terasa hangat dan nyaman. Membuat aku tak rela jika harus menutup mata untuk tidur, padahal Lhambang sudah menyuruh aku tidur sejak tadi. Sejak dia menyelesaikan permainan kami setelah dua ronde berjalan, katanya dia tak ingin membuat aku kelelahan padahal aku tahu dia masih sangat ingin menghabiskan malam yang panjang ini bersamaku.“Kamu nggak tidur?” dia bertanya, sambil memeluk tubuhku dari belakang.“Belum bisa.”“Kenapa?”“Nggak tahu.”“Pengen lagi?” Tanyanya. “Atau lapar? Mau aku belikan makanan?”Lihat kan, dia memang seperhatian dan sepengertian ini. Wajar kalau aku selalu ngotot kepada S

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   32 | Rumah Lhambang

    TISSATengah malam hari ini, aku sedang mencoba terlihat baik-baik saja walaupun sebenarnya terluka. Bagaimana tidak, baru datang ke rumah ini ketika si pemilik rumah membukakan pintu dan melihat siapa yang datang aku langsung di tampar tanpa tahu salahku apa, Syailendra sempat maju dan memarahi si pemilik rumah. Menanyakan apa maksud dan tujuannya langsung menamparku, dan betapa terkejutnya kami saat ini ketika mendengar Ibu dari Lhambang mengatakan alasannya. Katanya, aku selingkuh dengan laki-laki di sebelahku ini. Aku juga sedang mengandung anak dari laki-laki di sebelahku ini, aku tak tahu siapa yang menebar fitnah sekeji ini apakah itu Lhambang atau Ghea.“Tante denger dari mana berita nggak bener ini?!” kupanggil saja dia Tante saat ini karena aku tak sudi menyebutnya dengan panggilan Mama atau Ibu, terlalu istimewa.“Dari anakku,” katanya melipat tangan di dada dan menandangiku dengan raut

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   33 | Rumah Tissa

    SYAILENDRAIbu adalah perhiasan rumah, tak ada yang dapat mengetahui hakikat ini kecuali jika kita sudah kehilangannya. Melihat Ibu Tissa menangis sambil memeluk putrinya, aku jadi ikut sedih dibuatnya. Bagaimana tidak, saat datang ke sini sekitar satu jam yang lalu, yang membukakan kami pintu adalah beliau. Yang paling panik dan kaget melihat wajah putrinya memerah dan pakaiannya yang masih basah sedikit adalah beliau, aku bisa lihat dengan jelas raut wajah kekhawatiran itu terlihat jelas di wajahnya bagaimana dia ingin mendengar dengan cepat bagaimana cerita yang terjadi pada Tissa dan kenapa hal ini bisa terjadi dengan begitu tenang dan tanpa mereka—orangtuanya Tissa ketahui.“Kamu tahu dimana Lhambang sekarang, Ndra?” Ayah Tissalah yang membuka suara terlebih dahulu, istri dan anaknya masih sibuk menangis sambil berpelukan.“Nggak tahu, Om. Tissa udah hubungi Lhambang tapi dia nggak angkat tel

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   34 | Rumah Ghea

    TISSAGhea salah, yang dia butuhkan bukanlah seseorang yang sempurna. Tetapi, seseorang yang bisa menerima dia dengan sempurna dan menutupi semua kekurangannya. Singkatnya, bukan Lhambanglah yang dia butuhkan tetapi Syailendra namun dengan bodohnya dia membuang laki-laki yang sedang bersamaku ini hanya demi laki-laki yang mempunyai status denganku. Padahal sudah kukatakan berkali-kali kalau Ghea pasti akan menyesal jika menjadi pacar Lhambang, baik aku atupun Syailendra rupanya sudah mengatakan kepadanya kalau Lhambang itu orangnya seperti apa tapi Ghea tetap bersikeras ingin dengannya jadilah aku dan Syailendra tak punya pilihan lain selain diam dan membiarkan dia dengan pilihannya sendiri itu.“Awalnya memang Ghea telepon Mama, Ndra. Dia bilang Tissa lagi hamil anak kamu makanya dia putusin kamu dan sekarang lagi galau banget, dia memang minta izin nggak pulang tapi dia nggak ngomong mau ke mana. Makanya, Mama pikir dia baik-baik aja

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   35 | Tempat Ini?

    TISSAMaafkanlah, meski engkau dizalimi. aku ingat betul apa kata Syailendra ketika kami sampai di tempat ini, ketika aku baru turun dari mobil dia langsung menarik tanganku dan mengatakan bahwa aku harus memaafkan mereka—Ghea dan Lhambang—meski aku habis dizalimi. Dia sama sekali tak meralangku untuk marah, tapi setelahnya akan lebih baik kalau aku berbesar hati untuk memaafkan mereka agar semua masalah ini nantinya kelak tak jadi penyakit hati untuk diriku sendiri dan aku setuju untuk apa yang Syailendra katakan saat ini. Aku akan memaafkan mereka sekalipun mungkin aku akan menjaga jarak dengan mereka nantinya tak akan aku biarkan diriku atau orang-orang baik yang ada di hidupku berhubungan lagi dengan mereka.“105920 kode aksesnya, Ndra. Buka aja nggak perlu diketuk.” Titah Ibunya Ghea, saat ini kami sedang ada di sebuah apartemen milik Ghea. Jujur saja aku baru mengetahui tempat ini, selama berteman dengannya aku

Latest chapter

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   56 | Pedih

    GHEAAku dibawa ke rumah sakit oleh Tissa dan juga Syailendra, apa yang mereka pikirkan saat menolongku aku tidak tahu. Yang aku tahu adalah Tissa yang menangis saat dia melihatku di dalam kamar dalam kondisi yang tidak mau aku jelaskan, lalu dia pun menangis sepanjang jalan menuju rumah sakit. Dia terus mengusap punggungku tanpa mengatakan apapun, karena mungkin memang hanya itulah yang bisa dia lakukan, mengusap punggungku dan kemudian menangis. Syailendra tidak berbicara apapun padaku, sampai saat ini sampai kami tiba di rumah sakit dia tidak berbicara apapun padaku. Di UGD ini, aku hanya di temani Tissa, Syailendra sedang berada di luar ruangan menunggu Ibuku datang.Padahal aku sudah mengatakan kepadanya kalau dia tidak usah memberitahu kan Ibuku soal kondisiku saat ini, dan memang benar dia tidak memberitahukannya kepada Ibuku tapi dia malah memberitahu kakakku, jadilah sekarang Ibuku mengetahui bagaimana kondisi anak bungsunya saat ini. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hi

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   55 | Perasaan Tidak Nyaman

    TISSAAku berkali-kali mendapati Syailendra bergerak gelisah saat mengemudi. Berkali-kali pun jawabannya saat menanggapi obrolannya denganku tampak tidak nyambung, singkatnya. Syailendra sedang tidak fokus saat ini dan sialnya aku tahu kenapa dia jadi tidak fokus seperti itu. Berkali-kali aku memikirkannya, berkali-kali itu juga aku jadi kesal dibuatnya.Aku tidak bertanya kenapa kakaknya Ghea menelpon dan mengirimnya pesan, telponnya memang tidak dia angkat tetapi pesannya dia baca sehingga hal itulah yang membuat aku jadi kesal sendiri sebab setelahnya Syailendra terlihat sekali tidak fokus saat ini. Untungnya, hanya aku yang ikut di mobil Syailendra kalau betulan Mamaku juga ikut disini, bisa dipastikan suasana akan berubah menjadi canggung.Sejujurnya, aku penasaran sekali tentang apa isi pesan kakaknya Ghea kepada Syailendra sehingga pesan itu bisa membuat Syailendra menjadi seperti ini. Tapi, disatu sisi pun aku merasa bahwa aku tidak berhak bertanya sebab aku bukan siapa-siapa

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   54 | Panggilan Mendadak

    SYAILENDRAPagi hujan, siang cerah. Kondisi cuaca Jakarta memang tidak bisa dipresiksi semaksimal mungkin, aku hampir saja merutuki cuaca karena mereka hari ini aku terpaksa datang dengan salah konstum. Kalau tahu siang hari ini tidak akan turun hujan juga seperti pagi hari tadi, mana mau aku datang ke kedai kopi kakaku dengan swetter panas begini.Yah, tapi apa mau dikata deh. Sudah kejadian, lagipula mau datang pakai baju apapun aku, aku yakin aku masih dan akan sangat terlihat tampan.Hahaha ...Kok aku geli sendiri ya mendengarnya? Biarlah, aku kan jomlo, tidak ada yang memuji aku ganteng lagi sekarang jadi biarkan saja aku memuji diriku sendiri saat ini."Kenapa sih?""Hah? Apa? Apa yang kenapa?""Kamu kenapa?""Aku?" aku menunjuk diriku sendiri saat Tissa bertanya aku kenapa, aku kamu dengan Tissa memang hal yang baru tapi entah kenapa aku nyaman dengan kata ganti Lo-Gue diantara kami ini. "Aku kenapa?""Kayak orang bingung." Tissa menggaruk kecil hidungnya, kemudian melemparkan

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   53 | Hujan Hari Minggu

    GHEAMalam minggu kemarin, aku tidak pulang ke rumah Ibuku. Aku juga tidak masuk lembur, padahal hari sabtu kemarin adalah hari dimana aku seharusnya bekerja lembur tapi aku tidak melakukannya sebab Lhambang tidak memperbolehkan aku untuk pergi ke kantor. Jadi, dari pada wajahku kena tampar lagi olehnya lebih baik aku menurut saja dan mengatakan kepada pihak kantor kalau aku sedang sakit.Yah, walaupun aku tidak menjamin alasan itu akan diterima oleh atasanku mengingat lembur kemarin adalah aku yang meminta sendiri dan aku juga yang membatalkan senaknya. Aku meminta lembur karena aku butuh uang lebih diakhir bulan nanti, tentu saja untuk mengganti uang yang aku pinjam untuk Lhambang, aku berjanji untuk menggantinya meskipun aku meminjam uang tersebut kepada kakakku."Ghe?" Itu suara Lhambang, yang baru saja terbangun dari tidurnya.Dengan langkah cepat aku menghampiri Lhambang di dalam kamar, aku tidak mau kena omel lagi hanya karena aku terlalu lama menghampirinya padahal katanya jar

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   52 | Efek Jatuh Cinta

    TISSASelimut yang masih menyelimuti tubuhku, pendingin ruangan yang masih menyala serta hujan yang mengguyur bumi menjadi saksi bahwa hari mingguku kali ini benar-benar sangat nyaman. Masih menscroll media sosial, dari satu aplikasi lalu ke aplikasi berikutnya jam sembilan pagi ini aku masih betah tidur-tiduran diatas kasurku.Tumben sekali, biasanya Ibuku akan masuk kamar lalu menyuruhku untuk bangun. Setidaknya untuk membantunya membereskan rumah yang sebenarnya selalu rapih ini atau sekedar olahraga bersama keliling komplek dan berakhir singgah di pasar untuk membeli kebutuhan rumah. Tapi hari minggu kali ini agak berbeda, sedikit lebih tenang dan sedikit lebih membahagiakan karena ketika aku bangun ada satu pesan yang selalu aku mimpikan untuk masuk ke dalam ponselku ketika pagi tiba. Yap! Chat dari Syailendra yang berhasil membuat pagiku yang sedang mendung ini menjadi lebih berwarna.Pesannya memang bukan sebuah pesan yang romantis, dipesan itu Syailendra hanya membalas pesanku

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   52 | Tak Sengaja

    SYAILENDRAHari ini aku berjanji untuk berkunjung ke rumah Tissa, tapi sebelum berkunjung aku sudah menyempatkan diri datang ke tukang martabak pinggir jalan. Bukan abang-abang yang sedang berdagang di pinggir jalan melainkan di sebuah toko yang letaknya kebetulan berada di pinggir jalan, katanya ayahnya Tissa sangat suka martabak telur di tempat ini sebab itulah aku membelikannya martabak telur saja sebagai bawaanku malam ini. Karena aku bingung, apa yang harus aku bawa ke sana. Niatku hanya ingin bertamu karena Ibunya Tissa mengundangku untuk makan malam, jadilah aku ke sana malam hari ini selepas pulang bekerja. Ini pun aku datang agak telat, biasanya memang aku pulang sore tetapi tadi ada sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini juga makanya aku datang agak terlambat sedikit."Ndra!" Seseorang memanggil namaku dari arah belakang, ketika aku menoleh. Aku sudah menemukan seseorang yang sangat aku kenali sekali.Karena itulah, sembari tersenyum aku melangkah mendekatinya

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   51 | Pada Akhirnya

    GHEAPada akhirnya Lhambang mengantarkan aku pulang ke rumah, dengan mengancam perihal mobil yang akan aku ambil barulah dia mau mengantarkan aku pulang ke rumah. Sepanjang jalan menuju rumahku ini dia terus-terusan mengoceh perihal ini dan itu membuatku makin malas untuk meladeni dirinya. Bukan, ini bukan pekara aku yang sudah tak cinta lagi dengannya tapi ini perkara harga diri. Sampai saat ini aku masih menyukainya, saat ini aku hanya sedang memberikan pelajaran saja bagi dirinya kalau dia tak boleh semena-mena dengan diriku karena semua yang dia pakai dan gunakan saat ini adalah milikku. Jadi satu-satunya orang yang boleh sombong dan semena-mena itu adalah aku."Kamu masih marah sama aku?" Sambil menyetir, dia menoleh padaku sesekali untuk melihat ekspresiku saat ini. "Ghe?""Hmm?" Tadinya aku masih enggan untuk menyahuti dirinya t

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   50 | Anggap Ini Cobaan

    GHEATiada satupun dari kita yang selalu tertawa tanpa hadirnya air mata. Namun Allah tak akan menguji hamba-Nya melebihi kadar kemampuan nya. Aku selalu ingat ketika Syailendra ceramah mengenai hidup manusia, dulu ketika Syailendra mengatakan kata-kata bijak perihal hidup aku tak pernah sama sekali mendengarkan apa yang dia katakan dengan seksama. Tapi kadang-kadang kata-katanya itu bisa masuk ke dalam pikiranku dengan sendirinya, membuat aku berpikir kalau apa yang dia katakan itu sebenarnya memang benar. Akunya saja yang selama ini menolak ini dan itu perihal perkataannya padahal perkataannya itu adalah benar, sangat-sangat benar dan memang fakta."Udah?" Aku menoleh pada Lhambang yang baru saja keluar dari kamar mandi."Apanya yang udah?""Transfer ke aku, udah belum?" Katanya santai sambil

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   49 | Bincang Malam

    SYAILENDRADulu waktu umurku masih belasan tahun, sering berkata kepada teman-temanku kalau nanti ketika aku ingin menikah aku pasti tak perlu pusing mengajak wanita manapun untuk menikah. Aku tampan, aku kaya. Keluargaku baik, aku juga bukan tipekal orang yang suka macam-macam. Siapa yang tak mau denganku? Pastilah mau, karena pada saat kita ada di umur-umur belasan tahun sesorang hanya akan mengagumi orang lain hanya dari kemewahan. Ketulusan hati? Tak perlu, pada umur-umur belasan tahun aku tak pernah memikirkan perihal hati. Semuanya dengan mudah bisa aku dapatkan kalau aku kaya dan hidup berkecukupan, wanita manapun pada saat umur belasan tahun pasti akan memikirkan hal yang sama.Tapi diumurku yang sekarang, yang hampir mencapai angka tiga, saat ini aku lebih memilih mengagumi seseorang karena ketulusan hatinya. Sebab itulah mungkin saat ini aku selalu gagal perihal per

DMCA.com Protection Status