Clara terbaring lemah tidak sadarkan diri di atas ranjang. Ada Anna dan Jilie yang terus merawatnya dengan baik. Memberinya obat, mengganti pakaian, dan mengompres dahinya yang hangat. Dokter sudah memeriksa kondisinya, Clara hanya kelelahan hingga menyebabkannya demam, tidak ada masalah kesehatan yang serius lainya. Dokter yang memeriksa kondisinya bukanlah Jonathan, dia adalah dokter lain. Jonathan tidak bisa hadir karena memiliki urusan yang mendesak.Clara membuka matanya, dia langsung beranjak dan Anna serta Jilie dengan sigap membantunya. “Nona, tetaplah berbarang. Anda sedang demam.”“Aku baik-baik saja,” ucap Clara. “Sudah berapa lama aku tidur?”“Empat jam, Nona.”“Empat jam?” tanya Clara terkejut. “Apa Aland sudah kembali?”Dua pelayannya itu menunduk lemah. “Nona, tuan muda memiliki banyak urusan, dia akan sedikit terlambat.”Terlambat? Ini sudah larut malam tapi Aland belum juga kembali. Clara merasa bukan karena pekerjaanya yang banyak, tapi Aland memang tengah menghinda
“Bantu aku bersiap, aku akan pergi menemui Aland di perusahaanya,” pinta Clara pada kedua pelayannya.Namun, alih-alih membantu Clara, Jilie dan Anna malah saling menatap satu sama lain, kemudian mereka tertunduk lemah dan tidak mengatakan apa-apa. Clara menatap keduanya dengan berkerut kening, dia menyadari jika dua pelayannya itu sudah tidak menuruti perintahnya lagi.Peraturan tetaplah peraturan. Meskipun kini Anna dan Jilie telah menjadi pelayan pribadi Clara, namun tetap saja dia bekerja di bawah perintah Aland. Tuan mudanya memerintahkan mereka untuk menjaga Clara, Aland juga berpesan tidak membiarkan nona mudanya untuk keluar mansion, dan jika itu dilanggar, semua pelayan sudah tau kosenkuensinya.Mungkin Clara tidak mengingat jika hukuman bagi pelayan yang melakukan kesalahan di dalam mansion Washington sangatlah kejam. Dia melupakan hari di mana dia pernah memohon kepada Aland untuk tidak terus menyiksa pelayan yang menjaganya di saat dia mencoba melakukan percobaan bunuh dir
Clara menopang dagunya menggunakan sebelah telapak tangan. Sesekali dia menyugar rambutnya ke belakang dan menyeka air yang membasahi matanya. Sudah berapa lama dia duduk di sana dan menunggu Aland, namun pria itu tidak kunjung datang.Selain itu, Clara juga harus mendengarkan beberapa ocehan para pekerja di sekitarnya. Mereka memandang rendah Clara sebagai wanita yang telah menggoda bos mereka. Wanita yang tidak tahu malu, tidak punya harga diri. Clara tidak peduli, yang jelas dia bukanlah wanita seperti itu.Clara menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangan, menguap beberapa kali. Rasanya sangat mengantuk karena harus mendengarkan gosip-gosip menyebalkan itu.“Kau mengantuk?” tanya seseorang seraya menyimpan satu kaleng drink coffe ke atas meja.Clara mendongakan wajahnya dan melihat siapa yang datang. “Jonathan?” tanyanya berkerut kening.“Bukankah aku sudah mengatakan jika akan datang menemuimu?”Perbincangan panas akan dirinya semakin nyaring terdengar. Telinga Clara semakin t
“Aland ….”Clara tertegun melihat Aland yang berdiri tepat di hadapannya. Lengan yang memegang ponsel tepat di depan telinga itu langsung turun dengan lemas. Baru saja William mengatakan jika dia tengah berada di gerbang mansion, tapi Aland sudah berada di depan pintu mansion. Mungkinkah mereka sudah bertemu?Aland melangkah mendekati Clara, berdiri tepat di hadapan istrinya. Sesat hanya terdiam, hanya menatap intens Clara yang terlihat sangat resah. Ya, bagaimana tidak? Hubungan mereka masih belum baik-baik saja, tapi kini sepertinya dengan kedatangan William, hanya akan menambah masalah baru di antara mereka.“Aland,”Aland maju satu langkah, berdiri di samping Clara kemudian berbalik. Tiba-tiba dia menggenggam telapak tangan Clara, membuat wanita cantik itu terkejut dan langsung menatapnya.“Bukankah kita harus menyambut tamu dengan cara yang sopan?” ucap Aland.Tidak lama kemudian, satu mobil sport masuk ke dalam halaman mansion. Seorang pria tampan keluar dari mobil, dia terseny
“Clara, apakah ini kamarmu?” tanya Jessie saat satu langkahnya mulai memasuki sebuah ruangan yang indah sekaligus hangat.“Ya, Jessie.” Clara menutup pintunya hingga rapat. “Tunggulah di sini, aku akan membawakan pakaian untukmu.”“Clara, tidak perlu. Aku cukup membersihkan pakaianku dengan air.”“Jessie, kau akan merasa tidak nyaman,” ucap Clara. “Ah~ Ikut saja bersamaku, dan pilih pakaian mana yang kau suka. Sepertinya ukuran tubuh kita tidak jauh berbeda, kau akan nyaman mengenakan pakaianku.” Clara mengajak Jessie untuk masuk ke dalam walk-in closetnya, dan memilih pakaian apapun yang Jessie suka untuk Ia kenakan. Di sana Clara memiliki banyak pakaian baru, jadi Jessie akan nyaman untuk mengganti pakaiannya.“Clara, ini ....” Jessie menunjukan satu dress berwarna merah muda berpadu dengan silver. Sebuah gaun yang sangat indah.Clara tersenyum, meraih gaun tersebut dengan jemarinya. “Gaun ini sangat indah.”“Ya, apa aku bisa memakainya?”Clara terdiam sejenak, menatap intens gaun
Clara tersungkur di atas meja makan. Wajahnya memerah karena mabuk. Matanya sayu, bibirnya terus saja bergumam tidak jelas. Sesekali dia juga berkata untuk memaki Aland.“Kau ingin minum lagi?” Aland menyodorkan gelas berisikan redwine itu ke hadapan Clara.Clara hendak meraihnya, namun tiba-tiba Aland menariknya kembali. “Sudah cukup untuk malam ini,” kata Aland seraya meneguk redwine di dalam gelas hingga tandas.“Aland ….”Aland beranjak dari tempatnya, menarik bahu Clara dan membawa tubuh wanita itu ke dalam gendongan. Dia membawa Clara naik ke lantai dua, berjalan menuju kamar. Sesampainya di sana, dia membaringkan tubuh Clara ke atas ranjang, namun Clara tidak mau melepaskan pelukannya tangannya pada tubuh Aland, membuatnya tidak sengaja menindih tubuh Clara.“Aland … jangan pergi. Tidurlah bersamaku.”Tidur atau bermain? **Sementara di sisi lain, pada waktu yang sama. Hanna dan Jordan tengah berada di dalam sebuah club malam. Hanna berada di tengah-tengah lautan manusia, meli
Setelah berbincang dengan Jonathan dan juga Derreck tadi pagi, Aland sempat pergi melihat ke dalam kamar. Namun Clara malah melanjutkan tidurnya di atas ranjang. Dia terlelap sangat pulas sehingga Aland tidak tega untuk membangunkannya. Waktu juga sudah menunjukan pukul delapan pagi, Aland harus segera pergi bekerja.Beberapa jam berlalu, Aland kembali ke mansion untuk makan siang. Dia menanyakan keberadaan Clara kepada pelayan, namun mereka mengatakan jika Clara belum keluar dari ruangan sejak tadi pagi. Aland langsung pergi menuju ruang bacanya, dan mendapati wanita cantik itu masih terlelap.Kini, sudah pukul satu siang. Sementara Clara masih terlelap pulas tidak ingat waktu. Dia bahkan tidak bangun saat Aland menyentuh pipinya, mengguncang bahunya, serta memanggil namanya. Dia tidur seperti tupai yang tengah melakukan hibernasi.“Kenapa kau begitu bodoh? Pagi ini pria lain sudah melihat bagian tubuhmu.” Aland menatap paha mulus Clara yang tidak tertutup apapun. “Apa kau sengaja?”
Clara menggigit bibir bagian bawahnya, sementara jemari lentiknya sibuk bergerak di bawah sana. Aland yang menerima pijatan halusnya sesekali meringis ngilu, dan mengerang kenikmatan. Membuat orang beranggapan lain jika hanya mendengarnya.“Haruskah kau berteriak seperti itu?” tanya Clara.“Jika aku hanya diam, bukankah itu tidak mengapresiasi usahamu untuk memijatku?”Clara berdecak malas, menarik lengannya dari atas punggung Aland. “Aku tidak mau memijatmu lagi.”Bukankah perkataan Aland itu secara tidak langsung menyindirnya? Clara memijatnya hanya dengan ibu jari dan tanpa tenaga. Sangat mustahil untuk Aland merespon pijatannya dengan teriakan. Menyebalkan. Mungkin pijatan Clara lebih terasa seperti semut yang tengah berjalan di atas punggungnya.Aland beranjak dari posisinya, duduk tepat di samping Clara dengan kondisi bertelanjang dada.“Clara,” panggil Aland. namun istri cantiknya itu hanya diam dengan wajah yang mencebik kesal.Aland menjumput rambut legam Clara ke belakang te
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,