Aland pergi setelah mendapatkan telepon dari sahabatnya, Gareth. Dia seorang mafia terkenal, dan memiliki beberapa hacker handal di dalam anggotanya. Aland meminta bantuan Gareth untuk menyelidiki siapa yang sudah berani bermain-main dengannya. “Tidak ada data yang bisa di temukan.” ucap Gareth.Aland terkekeh samar tidak percaya. “Bahkan untuk seorang hacker handal.”“Seseorang menutupi jati dirinya begitu ketat, sama seperti yang kau lakukan.”“Itu artinya dia bukanlah orang biasa.”“Seseorang tengah mengawasimu, kau harus tetap waspada.” Gareth memperingati.“Aku tahu apa yang harus aku lakukan.” Aland meneguk brandly miliknya hingga tandas.Tiba-tiba, ponsel Aland berdering. Satu notofikasi masuk dari aplikasi chat miliknya. Dia membuka pesan tersebut, dan di dalamnya menampilkan sebuah gambar seorang wanita dan pria yang tengah duduk bersama di dalam sebuah coffeshot.Clara ….“Kau bisa menyelidikinya.” pinta Aland, kemudian beranjak pergi dari sana.Tidak lama kemudian ponsel G
Aland membawa tubuh Clara ke dalam gendongannya dan melangkah menuju kamar mandi. Dia mendudukan Clara di atas wastafel, dan mulai membuka pakaian milik wanita cantik itu. Sementara Clara hanya diam, dia menerima apapun yang tengah Aland lakukan padanya.Aland mendekatkan kembali wajahnya untuk meraih bibir Clara. Mereka saling mencium, dengan tangan Aland yang terus membuka satu-persatu pakaian Clara. Aland meraba punggung Clara yang kini sudah polos tanpa sehelai kainpun. Sentuhan-sentuhan seductivenya membuat wanita cantik itu mengerang pelan.Namun tiba-tiba, Clara mendorong tubuh Aland sedikit menjauh hingga ciuman mereka terlepas. Mereka saling mengatur napas satu sama lain. Setelah itu, Aland mencoba menciumnya kembali namun Clara menolaknya.“Apa kau … sudah melihatnya?” tanya Clara dengan nada rendah.“Apa?” tanya Aland parau.“Tubuhku ….” lirih Clara seraya menunduk lemah.Aland melihat tubuh Clara dari bayangan cermin di belakangnya. Dia sudah mengetahui itu semua jauh sebe
"William Garendra," ucap Gareth.William Garendra. Seorang pria tampan berusia 30 tahun. Memiliki tubuh yang atletis, wajah tampan, dan seorang pengusaha sukses kaya raya. Tahun ini adalah tahun pertama dia menjabat sebagai CEO di perusahaan GN. Yang tak lain adalah perusahaan keluarga turun temurun.Latar belakang, pendidikan, dan kehidupannya. Semua jelas. Tidak ada satupun yang mencurigakan. William hanyalah seorang pria biasa yang mungkin tertarik kepada Clara. Gareth langsung memberikan informasi kepada Aland pada hari itu juga.Aland tengah berada di dalam ruangannya. Focus menatap layar ponsel miliknya yang menampilkan moment keakraban Clara dengan seorang pria asing. Mereka tampak menikmati pertemuannya satu sama lain. Bagaimana Clara bisa mengenalnya?Pria tampan itu meminta tangan kanannya untuk menyelidiki hubungan Clara dengan William. Setelah berbulan-bulan bersama Clara, baru kali ini Aland mendapati seseorang yang mengenalnya selain keluarga Royce.Aland menyimpan pons
Sudah beberapa menit mereka berdiri di atas balkon. Sementara suasana malam terasa semakin dingin. Clara memeluk tubuhnya sendiri, sesekali dia juga menggosokan kedua telapak tangannya dan meniupnya pelan.Sejak tadi Aland memperhatikan gerak-gerik Clara. wanita cantik itu tidak mau masuk ke dalam ruangan, dan malah keras kepala menemani Aland di balkon. Sementara udara malam sudah semakin dingin. Aland memutuskan untuk segera masuk ke dalam ruangan. Pria tampan itu berbalik dan berjalan masuk ke dalam ruangan. Seperti dugaan, Clara langsung menyusulnya dari belakang. Kini Clara bertingkah seperti anak itik yang terus mengikuti ibunya.Beberapa langkah Clara bejalan, tiba-tiba langkahnya terhuyung dan tubuh rampingnya jatuh. Satu lututnya terbentur lantai, dan membuatnya meringis kesakitan. Aland yang sudah berada di dalam ruangan hanya terus memperhatikan tanpa mau menolong.Clara menatih tubuhnya untuk berdiri kembali. Namun dia tidak berhasil. Mendadak kepalanya terasa berat, semen
Seorang wanita cantik tengah mematut dirinya di depan sebuah cermin. Memoleskan make up, memakai aksesoris, dan mengenakan gaun yang cantik dan tentunya adalah salah satu brand terkenal, dan keluaran edisi terbatas. Hanna Royce. Wanita cantik itu kini tengah bersiap untuk menghadiri suatu pertemuan komunitas penting ibukota.Satu komunitas khusus yang hanya bisa dihadiri oleh kalangan tertentu saja. Seperti selebrity, istri pejabat, pengusaha kaya raya, dan lain sebagainya. Dan Hanna adalah seorang aktris dan model terkenal. Tidak mungkin jika dirinya tidak masuk ke dalam komunitas tersebut.“Bagaimana penampilanku?” tanya Hanna kepada wanita paruh baya di sampingnya.“Kau terlihat sangat sempurna,” jawab wanita paruh baya tersebut dengan senyum merekah.“Aku akan pergi, Mom.”Wanita cantik itu melenggang keluar dari pintu kamarnya dengan Patricia yang berjalan di belakangnya. Baru saja beberapa langkah, Hanna sudah dikejutkan dengan kedatangan Alice yang tiba-tiba muncul. Adik peremp
Hanna melihat tidak suka ke arah wanita yang tengah dikerumuni wanita sosialita lainnya. Bagaimana mungkin dia masuk ke dalam komunitas yang sama dengannya? Apa dia pantas? Apa status sosialnya? Dia tak lebih dari sekantung sampah yang menjijikkan.Wanita cantik itu menarik Jane selaku leader di sana. Dengan niat protes kepada Jane karena telah menerima anggota yang tidak jelas asal-usulnya itu. Dia sangat tidak terima dengan hal ini.“Jane!” bisik Hanna penuh penekanan. Dia menarik Jane ke pojok ruangan supaya tidak ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka.“Ada apa, Hanna?” tanya Jane tampak terkejut.“Jane, bagaimana bisa kau-” Hanna mencengkram rambut pirangnya menggunakan kedua telapak tangan. Dia terlihat sangat gusar.“What's wrong with you, Hanna?” tanya Jane khawatir.“Jane, siapa anggota baru itu? Apa kau serius? Dia?” cecar Hanna.“Ya, ada apa dengan itu? Bukankah kau yang merekomendasikannya?” ungkap Jane, membuat Hanna membeliak seketika.“Whats? Kau bercanda, Jane
Setelah Hanna keluar dari toilet. Clara segera merogoh obatnya di dalam tas kemudian meminumnya. Syukurlah dia dapat sedikit menahan rasa sakit itu di hadapan Hanna. Karena jika tidak, Hanna akan mencari tahu apa yang sudah terjadi kepadanya.Merasa kondisinya sudah lebih baik, Clara beranjak keluar dari dalam toilet. Dia melenggang menelusuri lorong, dan kembali ke aula tempat perkumpulan para anggota komunitas. Sesampainya di sana, Clara melihat para anggota yang sudah mulai berkurang. Apakah dia melewatkan sesuatu?Tiba-tiba Jane mendekatinya, sembari tersenyum ke arah Clara. “Senang bertemu denganmu, Clara. Tapi sayang, hari berlalu begitu cepat,” ucap Jane seraya memberikan cipika-cipiki kepada Clara.Clara baru menyadarinya. Lantas dia langsung melirik arloji di pergelangan tangannya. Waktu pertemuan sudah usai, itulah kenapa beberapa anggota mulai keluar gedung dan pulang. Clara melihat ke depan gedung, di mana mereka semua telah dijemput oleh supir dari kediaman mereka. “Apak
Clara duduk di atas kursi yang berada di dalam kamarnya, dan masih memegang satu buket bunga pemberian Aland. Clara terdiam dan merenung. Memikirkan apa yang sudah terjadi hari ini. Masalahnya dengan Hanna, membuat Clara merasa sangat tidak tenang. Apalagi ketika Hanna terang-terangan mengatakan, jika dia akan merebut Aland darinya.Aland baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya. Pria tampan itu hanya menggunakan handuk berwarna putih untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, dan satu handuk kecil dia gunakan untuk mengusak rambut yang basah.Pria tampan itu berjalan menuju walk in closet. Namun tidak sengaja, dia melihat Clara yang tengah duduk melamun di atas sofa. Tanpa berpikir panjang, Aland langsung mendekati Clara, dan duduk di sampingnya. “Kau ingin mandi?” tanya Aland.Clara yang baru saja menyadari Aland duduk di sampingnya, langsung menoleh ke arah Aland. Menatap pria itu dengan raut wajah terkejut.“Apa yang tengah kau pikirkan sehingga kau tida
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,