Kediaman Royce.Hanna dan Alice tengah duduk di atas sofa dengan televisi yang menyala di depan mereka. Alice menekan tombol remote dan memindah-mindahkan saluran. Sementara Hanna, dia tengah mewarnai kukunya dengan sesekali bersenandung ria.“Bisakah kau diam!” ujar Alice dengan nada yang sedikit kesal.Hanna menatap Alice dengan kerutan halus di dahinya. “What's your problem, Alice?”Alice berdecak dan memutar bola matanya malas. “The problem is with you, Hanna. Bisakah kau diam? Kau sangat menganggu!”Hanna mengabaikannya. Lebih baik dia focus kembali mewarnai kukunya. Alice sangat tidak penting dan penuh basa-basi. Jika menurutnya Hanna menganggu, kenapa dia tidak pergi. Dia memiliki televisi di dalam kamarnya. Kenapa malah mempersulit keadaan.Tidak lama setelah perdebatannya dengan Alice. Terdengar suara seorang wanita dari acara gosip membawakan suatu berita. Di mana berita itu kini tengah viral dan tengah banyak diperbincangkan di seluruh infotaiment ataupun dunia maya.Hanna
Di sebuah kapal pesiar mewah tengah diadakan sebuah pesta besar. Para pengusaha kaya raya, pejabat, dan selebriti papan atas menghadirinya. Mereka berbaur, mengobrol, membicarakan mengenai bisnis dan lainya. Mereka tampak sangat akrab dan tidak ada kecangggungan sama sekali. Sangat berbeda dengan Clara yang sedari tadi hanya terdiam, dan selalu berada di samping Aland.Clara datang dengan mengenakan long dress berwarna putih yang terlihat sangat anggun ketika dia kenakan. Clara berjalan di samping Aland. Membuat semua sorot mata tertuju kepadanya. jujur saja, jika ini kali pertamanya Clara menghadiri sebuah pesta. Karena sebelumnya, jangankan datang pada sebuah pesta, Clara bahkan tidak pernah diperbolehkan keluar rumah sekalipun.Baru saja tadi pagi scandal Aland dengan Hanna beredar. Namun malam ini Aland malah datang dengan seorang wanita yang berbeda. Tentu saja itu akan membuat orang berpikiran macam-macam.Tiba-tiba seorang pria paruh baya menyambut Aland dengan sangat ramah. B
Clara terhenyak ketika seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya. Dia langsung menolehkan wajahnya dan membeliak ketika orang itu tak lain adalah Patricia. Patricia menyorot tajam ke arah Clara dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.“Kau- sejak kapan kau dekat dengan Aland Washington?” Namun Clara hanya diam dan tidak menjawab apapun. Dia hanya balik menatap Patricia dengan tajam. Clara memang tidak ingin bertemu dengan mereka, Dia belum siap. Namun bukan berarti Clara akan mengalah dan rela disiksa lagi seperti beberapa tahun kehidupanya yang lalu. Kini hidupnya sudah tidak berkaitan dengan Patricia ataupun anggota keluarga yang lain.Dia melepaskan cengkraman Patricia pada pergelangan tangannya. “Apa masalahmu, Patricia?” ucap Clara balik bertanya dengan nada yang sedikit pongah.Patricia membelalak mendengar jabawan dari Clara. Sejak kapan Clara berani menentang dan berkata seperti itu kepadanya. “KAU!” bentak Patricia seraya melayangkan satu tangannya ke arah pipi
Mereka berdua duduk di kursi belakang kemudi. Dan hanya hening yang anda di antara mereka kecuali suara mobil yang melaju kencang. Selama perjalanan, Aland sibuk dengan tablet di genggamanya. Sementara Clara, wanita cantik itu tengah merasa sangat resah.Clara memikirkan perihal ketika tadi dirinya berdebat dengan Patricia. Clara begitu pongah dalam berbicara padahal jelas dia mengetahui jika Hanna tengah dekat dengan Aland. Bagaimana jika Aland semakin menyiksanya karena hal itu. Clara begitu gugup.Tiba-tiba suara dentuman pintu yang tertutup dengan keras membuyarkan lamunan Clara. Dia menatap ke luar jendela, dan ternyata mereka sudah sampai di mansion. Dan Aland sudah keluar terlebih dahulu dari mobil. Oh Clara! Kau terlalu banyak berpikir.“Silahkan, Nona,” ujar penjaga mansion. Membukakan pintu mobil untuk Clara dan mempersilahkanya keluar.Clara langsung melangkahkan kakinya dan keluar dari mobil. High heelsnya menghentak lantai dengan suara yang menggema di seisi. Clara melan
Bahu Clara melemas, seluruh tubuhnya juga bergetar hebat. Bersyukurlah rapat itu telah usai. Clara tidak perlu berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Robert berkelanjutan. Sementara di dalam ruang rapat tadi, Clara diperintahkan untuk mencatat seluruh isi rapat. Itu yang dipelajarinya tadi malam.Mereka kini berada di dalam mobil. Clara masih gugup karena masalah tadi. Di sisi lain, pikiranya selalu bertanya-tanya. Apa maksud Aland yang selalu mempertemukannya dengan Robert. Apa yang Aland inginkan?“Apa yang kau catat?” tanya Aland, membuat Clara terkesiap.Clara memberikan catatan meeting tadi kepada Aland. Namun Aland hanya terdiam tanpa berkata apapun. Entah yang Clara lakukan itu sudah benar, atau malah sebaliknya.“Keluarlah, belikan aku Cofee dan ambil ini,” perintah Aland seraya memberikan sebuah credit card kepada Clara.Mobil berhenti tepat di depan sebuah cofeeshop. Clara turun, lalu tidak lama mobil itu melaju kembali meninggalkannya. Mendapati hal itu, Clar amalah
Clara tertunduk tepat di depan pintu lift hingga akhirnya lift tersebut berdenting dan seorang pria keluar dari sana. Clara sedikit menggeser posisinya, karena dia sadar posisinya berdiri telah menghalangi seseorang yang akan lewat.“Nona Clara.” panggil seseorang.Dan Clara langsung mendongakan wajahnya untuk menatap orang yang memanggilnya itu. Ternyata seorang pria berpakaian jas rapih sudah berdiri tepat di hadapanya. “Tuan Aland sudah menunggu anda.”Benar. Clara melupakan Aland dan coffee yang tengah di bawanya. “Maaf.”“Mari saya antar ke ruangan Tuan Aland.”“Baiklah.”Pria itu mengantarkan Clara pada ruangan Aland. Dia membukakan pintu, dan mempersilahkan Clara untuk masuk. Di dalam sudah ada Aland yang tengah berdiri sembari menatap ke luar dari jendela perancis di ruangannya. Sementara seorang wanita cantik tidak di kenal tengah duduk di atas sofa.“Tiga puluh lima menit hanya untuk satu cangkir coffee, Clara.”Clara tidak menjawab apapun, Clara akui bahwa dirinya memang la
Aland berada di dalam ruang kerjanya. Focus pada beberapa dokumen penting di atas meja. Tapi tidak lama kemudian ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari aplikasi pesan online miliknya. Aland meraih ponsel yang di letakan di atas meja tak jauh darinya. Dan dia langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.“Ya.”“Tuan, aku mengirimkan sebuah pesan penting kepadamu.” ucap Pria di seberang sana.Sejak tadi, bunyi notifikasi pesan online Aland memang tidak berhenti berbunyi. Dan Aland belum sempat melihatnya karena beberapa pekerjaan yang lain harus segera di tanda tangani. Namun seseorang tiba-tiba menghubungi dan memberitahukannya. Pasti ini bukan sebuah pesan yang sepele.“Aku akan melihatnya.” jawab Aland yang kemudian menutup sambungan teleponya.Dia langsung membuka aplikasi pesan online di dalam ponselnya. Beberapa pesan masuk yang belum di baca berderet memenuhi layar. Namun hanya satu yang Aland buka. Yaitu pesan dari orang yang baru saja menghubunginya
Aland masih mencoba membuat Clara tersadar. Namun selama beberapa menit Clara masih tidak merespon tindakannya. Merasa ada yang tidak beres, Aland menyelimuti tubuh Clara kembali lalu menggendongnya keluar kamar. Dia memerintahkan kepada beberapa pengawalnya untuk menyiapkan mobil dan pergi ke rumah sakit Jonathan.Mobil itu melaju pesat membelah jalanan yang cukup sepi karena waktu telah menunjukan pukul tengah malam. di dalam mobil, Aland terus menyentuh wajah serta telapak tangan Clara yang semakin lama semakin terasa dingin. Clara memang wanita berbeda. Dia adalah wanita yang paling merepotkan yang pernah Aland miliki.Di sisi lain, Aland memikirkan perihal bercak darah yang ada pada sprei dan selimutnya. Itu tak lain adalah darah Clara yang menunjukan jika wanita cantik itu masih perawan. Why? Kenapa Aland tidak menyadari itu ketika dia melakukannya. Damn it!Mobil masuk ke area basemant khusus rumah sakit. Di sana sudah ada beberapa perawat serta dokter yang menunggu kehadiran
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,