Setelah mendapatkan kabar mengenai apa yang terjadi kepada Clara di tempat kerjanya. Aland langsung menghubungi wanita cantik itu untuk memastikan keadaanya. Sebenarnya, Aland sangat kesal dan sangat ingin memecat pegawai yang berani bermain-main dengan istrinya. Tapi, Aland tahu jika dia melakukan hal itu maka Clara akan marah kepadanya. Jadi, Aland mengurungkan niatnya dan diam-diam mengawasinya.Kejadian hari ini membuat Aland semakin yakin untuk membuat Clara agar mau meninggalkan pekerjaan kasarnya itu.**Sudah jam pulang. Setelah mengganti pakaian kerja, Clara dan Erly langsung pergi ke ruang loker untuk mengambil tas mereka. Di sana sudah ada Barbara yang tentunya tengah bersiap juga. Erly sempat meminta Clara untuk jangan masuk ke dalam ruang loker, dan lebih baik membiarkan Barbara untuk keluar terlebih dulu. Tapi Clara menolak.Clara membuka kunci lokernya dan mengambil tasnya di sana. Dengan sinis Barbara terus menatapnya tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Mengingat per
Seorang wanita cantik baru saja keluar dari sebuah mobil mewah. Kaki jenjang dengan balutan higheels itu menghentak lantai, melangkah memasuki area club malam. Tubuh sintalnya yang hanya terbalut dress slim fit berwarna hitam pekat dan hanya menutupi sebelah pahanya sukses membuatnya menjadi bahan perhatian banyak pasang mata liar di dalam sana.Pandangannya menelisik ke sekitar area club. Kemudian, dia memutuskan untuk duduk di depan meja bartender dan memesan satu gelas minuman. Tidak lama dia duduk di sana, seorang pria muda dan tampan tiba-tiba datang mendekatinya.“Sendiri?” tanya pria tersebut.Clara menoleh ke arahnya, menatapnya penuh selidik. “Menunggu seseorang.” Lalu, dia mengalihkan pandangannya kembali.Seketika pria yang tidak diketahui namanya itu menyentuh telapak tangan Clara. Membuat wanita cantik itu secara refleks memberinya tatapan sinis. Dia tersenyum dengan senyumannya yang terlihat nakal. “Siapa yang kau tunggu?”Clara menggeser telapak tangannya, melepaskan d
Aland terbangun sedari tidurnya. Kini, waktu telah menunjukan pukul sepuluh pagi. Sementara itu tidak ada yang membangunkannya, dan Aland juga sudah terlambat untuk pergi bekerja.Dia beranjak duduk di sisi ranjang. Aland sangat mengingat terakhir kali dia sadar. Tadi malam, di dalam mobilnya dan bersama Clara. Clara! Ya, di mana wanita itu sekarang? Bukankah ketika Aland mabuk tadi malam, secara tidak sadar dia telah memaksa untuk mencium Clara. Apa wanita itu marah?Dengan cepat dia keluar kamar dan pergi menuju kamar Clara. Sesampainya di sana, Aland tidak menemukan Clara. Tentu saja. Waktu sudah siang hari. Wanita cantik itu pasti sudah pergi bekerja.Aland hanya berharap, kejadian tadi malam tidak membuatnya berpikir ingin lari dari Aland.Dia mencoba menghubungi ponsel Clara beberapa kali, namun tidak berhasil. Setelah itu, Aland keluar dari kamar istrinya. Dia pergi menuju kamar Fiona dan Fillio. “Siapkan mereka. Aku akan membawanya peegi jalan-jalan,” perintah Aland pada ba
Clara dan Barbara baru saja keluar dari ruangan namajer resraurant. Kini, masalah mereka sudah jelas. Manajer itu menyimpulkan jika masalah yang menimpa para pegawainya hanya kesalahpahaman belaka. Jelas itu untuk melindungi Barbara dari kesalahamnya.Di luar, tiba-tiba saja Barbra dan Larein menghadangnya, dan seketika enghentikan langkah Clara. Ternyata mereka berdua tidak mengijinkan Clara pergi dengan mudah.“Kenapa manajer sangat membelnya?” ujar Larein seraya menatap Clara dengan sinis.Barbara yang sedari tadi memasang wajah memelas kini sudah berubah kembali pada watak aslinya yang begitu pongah. Tatapannya kepada Clara tak kalah sinis dari tatapan Larein.Kedua wanita itu seolah siap menguliti tubuh rival mereka.“Larein, apakah kau ingat ketika di ruang loker pada malam itu? Semua barang yang dibawanya adalah merk terkenal,” kata Barbara.“Tentu saja aku mengingatnya,” balas Larein. “Tapi Barbara, dia hanya seorang pelayan rendahan. Bagaimana mungkin memiliki barang-barang d
“Mami! Mami!”Baby girl itu terus saja memanggil Maminya. Sementara semua orang masih menatapnya penasaran. Sebenarnya, siapa yang tengah dipanggilnya itu. Siapa wanita yang sangat beruntung itu?“Mami!”“Kau melihat mamimu? Di mana dia?” tanya pria yang tengah mamangkunya.Clara langsung menundukan wajahnya. Berharap jika tidak satupun orang yang menyadari jika baby kecil itu tengah menatap ke arahnya. Tapi tak lama ....“Nona, sepertinya Nona muda kami memanggimu,” ucap seorang pria yang duduk di kursi tepat di hadapan Clara.Secepat kilat wanita cantik itu langsung mendongakan wajahnya dan menatap ke arahnya. Pria itu tersenyum sopan seraya menganggukan sesikit wajahnya. Dia sengaja!Aland .... Geram Clara dalam hati.Kini, semua mata tertuju kepada Clara. Membuat wanita cantik itu menjadi terpojok. Tatapan tidak percaya tentu saja hampir mengulitinya. Bagaimana mungkin seorang Clara bisa menjadi mami dari putri kecil pria tampan yang tengah dikagumi itu.“Clara?”Barbara tidak pe
Suasana restaurant masih sama. Clara masih duduk di samping Aland dan sibuk dengan kedua buah hatinya."Kau pulang denganku," ajak Aland pada wanita cantik yang duduk di sampingnyaSeketika itupupa Clara menatapnya. "Baiklah.""Kau menurut?" tanya Aland memastikan. Karena biasanya Clara selalu menentang perkataanya.Menurut atau tidak, itu tidaklah penting. Kini, semua orang di restaurant sudah tahu jika Clara adalah istri dari seorang pengusaha kaya raya. Apa Clara masih harus bekerja? Tentu tidak."Aku akan mengambil barang-barangku dan memgganti pakaian."Clara beranjak, memberikan Fiona kepada salah satu bodyguard."Kau tidak perlu melakukannya. Pinta seseorang untuk mengambilkannya untukmu," ucap Aland menyarankan."Tidak perlu."Kemudian, wanita cantik itu berjalan menuju ruang loker untuk mengambil tas serta mengganti pakaiannya. Ketika Clara akan mengambil tas miliknya, sudah ada dua orang wanita yang tengah menunggunya.Kedua wanita yang biasanya menganggu Clara itu hanya te
Suasana malam hari terasa semakin dingin disaat Clara mengutarakan keinginannya.Pergi? Terlebih lagi Clara pergi tidak untuk satu hari ataupun satu minggu! Dia akan pergi selama beberapa tahun. Dalam waktu selama itu, bagaimana Aland nantinya?"Kau ingin pergi?" tanya Aland memastikan."Ya," jawab Clara tanpa rasa ragu. "Aku sudah memikirkan semua ini dari jauh-jauh hari.""Bukankah aku memintamu untuk tetap tinggal dan menjaga putra dan putrimu?"Entah perasaan Clara saja, atau memang nada bicara Aland yang memang terasa dingin dan menusuk. Ketika pria itu berbicara kepadanya, Clara merasa jika pikiran dan hatinya seperti tengah dibekukan. Sangat dingin."Aku melakukan ini untuk kelangsungan perusahaan keluargaku. Bukankah kau yang memintanya?""Aku bisa membantumu.""Tidak," balas Clara cepat. "Jika kau membantuku, itu akan meragukan para pemegang saham nantinya."Aland menatapnya dingin. Sikap wanita cantik di sisinya itu memang sangat keras kepala. Seberapa berusahanya Aland, di
Kini, Clara sudah berada di dalam kamarnya semula. Kamarnya bersama Aland ketika mereka masih sepasang suami istri. Aland dengan sengaja membawanya ke kamar itu karena Clara telah menyetujui permintannya.Dia duduk di tepi ranjang. Sementara Alamd berada di dalam kamar mandi dan tengah membersihkan diri. Sudah sekitar lima belas menit namun pria itu tak kunjung keluar. Entah apa yang tengah dilakukannya.Clara mengetuk-ngetukan jemarinya ke atas nakas. Pandangannya menatap ke sekeliling Sudah berapa lama dia tidak tidur di kamar itu? Tidak ada yang berubah, hanya saja sekarang kamar ini tidak sehangat dulu.Clara menggigit bibir bagian bawahnya. Seketika bahunya melemas ketika dia mengingat hal yang paling penting diantara suami dan istri.Seketika dia langsung beranjak dari sisi ranjang.Gawat! Kenapa aku bisa melupakan hal yang sangat penting seperti itu?Kini, pandangannya tertuju pada pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Samar, terdengar suara gemericik air dari dalam sana
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,