Clara duduk di atas sofa yang berada di dalam ruang kerja Aland. Sekitar setengah jam dia hanya diam dan menatap Aland bekerja. Clara benar-benar tidak memiliki aktivitas lain. Dia berulang kali meminta kepada Aland agar mengantarnya pulang, tapi Aland menolak.“Beri aku waktu lima belas menit untuk menyelesaikan pekerjaanku.” Hanya itu yang Aland ucapkan.Sementara Clara sudah merasa sangat bosan, tingkahnya saja sudah semakin gusar dan tidak tenang. Tapi Aland malah memintanya untuk menunggu lima belas menit lagi. Sepertinya Aland sangat senang membuat Clara menunggu.Aland sengaja melakukannya, agar Clara tidak berani lagi bertemu seseorang tanpa memberitahunya. Terlebih lagi dia bertemu dengan Jessie, di tambah Clara sudah memberitahukan masalah kehamilannya, bukankah itu sangat berbahaya?Jessie pernah mengatakan jika dia tidak ingin menyakiti atau menganggu Clara. Tapi, kita tidak pernah tahu dalamnya hati manusia. Terlebih lagi dulu, wanita itu terang-terangan ingin menghancurk
“Aland ...,” lenguh Clara.Sepanjang malam, wanita cantik itu tidak bisa tidur dengan tenang. Dia terus saja mengeluhkan sakit di kepalanya, dan mual di perut. Sebelumnya dokter sudah memeriksa, dan itu hanya hal biasa yang terjadi untuk ibu hamil.“Kenapa kau sangat senang membuat susah mamimu? Apa nanti ketika kau lahir, kau akan menjadi anak yang nakal?” gumam Aland seraya mengelus lembut perut Clara.Kehamilan Clara kini sudah menginjak usia dua belas minggu. Bentuk perutnya juga sudah lebih menonjol dari sebelumnya. Sangat biasa untuk ibu hamil merasakan hal seperti itu. Mual, badan lemas dan kondisi lainya. Untuk Aland, pria itu harus selalu sabar menghadapi sikap istrinya.“Aland, apa kau sedang mengutuknya?” protes Clara.“Tidak, aku hanya sedikit berbicara kepadanya.”Clara berdecak samar. “Bicaralah dengan lembut.” Clata menatap suaminya. “Mungkin ketika dia lahir, dia akan nakal sepertimu,” ejek Clara. Dan Aland langsung mengusak puncuk kepala istrinya dengan gemas. “Aland
Clara membuka kulit jeruk yang digenggamnya, sesekali dia menyuapi buah jeruk itu kepada Aland yang tengah fokus mengemudikan mobil. Hari ini, sesuai dengan rencana, mereka akan pergi untuk mengunjungi kediaman Royce.Sesampainya di sana, Aland terlebih dulu keluar dan membukakan pintu mobil untuk Clara. Pria itu menuntun istrinya dengan sangat hati-hati.Beberapa pelayan menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Beberapa juga terlihat senang dengan kondisi Clara saat ini. Karena nona mudanya itu tengah hamil.Hanna melenggang mendekati tamu yang baru sampai itu. Dia menyambut Clara dengan senyuman, dan memberikan sebuah pelukan ringan.Namun seketika, raut wajah Hanna terlihat dingin saat menyadari perubahan bentuk tubuh Clara. Mendadak hatinya terbakar oleh api yang membara.“Clara, kau hamil?” tanya Hanna.Clara tersenyum seraya mengelus lembut perutnya. “Ya, aku hamil.”Aland menatap ekspresi Hanna dengan intens. Dia sangat tidak suka melihat Clara dekat dengan wanita sundal itu.
Semenjak William mendonorkan darahnya untuk Robert, Hanna terus saja mengganggunya. Wanita cantik itu mengancam William menggunakan foto yang diambil pada saat William berada di taman bersama Clara.Jika saja semua itu tidak menyangkut Clara, William tidak akan mau menuruti setiap permintaanya. Tapi, karena William begitu menghargai Clara, dia tidak ingin mengambil resiko dan merugikan Clara karena hal ini.Sejak saat itu, Hanna terus memaksa untuk bertemu. Tapi William selalu mengatakan beberapa alasan untuk menolaknya. Sudah satu bulan berlalu, tapi Hanna tetap tidak ingin menyerah untuk memerasnya. Dan hari ini, William memutuskan untuk pergi menemuinya dan mengakhiri semua ini.Dia baru saja keluar dari ruangannya, dan tiba-tiba Hanna langsung mengiriminya pesan jika tempat pertemudan mereka berubah menjadi kediaman Royce.William yang sebenarnya tidak ingin menemui Hanna tentu saja menolak. Tapi hanya mengirimkan pesan kembali jika kini Clara berada di kediaman Royce tanpa Aland
William melangkah mendekati Clara. Dia menatap ke arah Clara, dan segera memastikan kondisinya. Wajah wanita cantik itu terlihat pucat, dan tanganya terasa begitu dingin.“Apa yang telah kau lakukan?” geram William seraya mencengkram erat lengan atas Hanna.Hanna meringis sakit karena cengkraman tangan William yang begitu kuat “kau menyakitiku!”“Katakan, apa yang telah kau lakukan kepadanya? Kenapa dia berbaring lemah seperti itu, dan tidak sadarkan diri!”Hana meronta, mencoba melepaskan cengkraman William pada lengannya. “Aku hanya memberikan apa yang seharusnya dia butuhkan,” jawab Hanna. “Apa yang telah kau berikan padanya, Hanna?” Cengkraman lengan William semakin kuat mencengkram lengan Hanna. “Apa kau gila? Bukankah kau tahu jika dia sedang mengandung? Kau tidak berpikir dengan kondisi kandungannya?”Hanna memutar bola matanya malas. “Jika suaminya saja tidak peduli, lalu untuk apa aku mempedulikannya? Dan kau, siapa kau? Kau juga tidak berhak untuk memperdulikannya!” pekik H
“Aku akan mengantarmu pulang. ”William tetap ingin mengantarkan Clara kembali meskipun Clara jelas menolak, dan Hanna terang-terangan melarangnya. Tapi pria itu tetap bersikeras ingin mengantarkan Clara pulang.Karena untuk William, selain bisa mengantar Clara pulang, dia juga bisa pergi menjauh dari Hanna dan juga kediaman Royce.William tidak ingin berada lama-lama berada di sana, dan menanggapi tingkah Hanna yang sangat menyebalkan.“Tapi supirku tengah menunggu,” kata Clara.“Aku akan tetap mengantarmu pulang.” William hendak pergi, namun Hanna menahanya. “Kenapa kau begitu keras kepala?” bisik Hanna. “Apa kau tidak takut aku akan menyebarkan fotonya?”William melepaskan genggaman lengan Hanna pada lengannya. “Coba saja,” ucap William. Karena di sisi lain William yakin, jika Hanna tidak akan berani melakukan itu. Karena jika dia melakukannya, maka dia tidak memiliki apapun lagi untuk mengancam William. Clara menatap William dan Hanna secara bergantian. Terlihat jelas wajah Will
Kini William sudah berada di ruang kerjanya. Dia kembali dengan tergesa. William langsung melepas jas serta dasinya, lalu melonggarkan kancing kemeja kerjanya. Di dalam hati, dia merasa marah, entah itu karena sikap Hanna atau karena gagal mengantar Clara pulang.Sepanjang perjalanan menuju kantornya kembali, William juga tak henti-hentinya memikirkan tentang Clara, dan juga kata-kata yang Hanna lontarkan. Jika benar Aland tidak mengharapkan Clara lagi, dan meskipun dengan kondisinya yang seperti itu, tapi William akan dengan senang hati untuk menerimanya.Jessie yang melihat William melangkah cepat memasuki ruangannya langsung menyusul kakaknya kedalam. Dia menanyakan apa yang telah terjadi sehingga William bersikap seperti itu.“Kakak,” panggil Jessie. “Apa yang terjadi? Bukankah kau pergi menemui Hanna?”William mengurut pangkal hidungnya pening. Dia tidak mendengarkan Jessie. Wiilaim malah meraih dokumen pekerjaannya di atas meja, dan menyibukan diri dengan itu. “Tolong sebutkan
Hanna yang tidak terima dengan semua itu langsung menghubungi William. Namun, belum sempat teleponya tersambung, Jessie terlebih dulu merebut lalu membanting ponsel Hanna ke atas lantai. “Jalang! Apa yang kau lakukan!” pekik Hanna kesal. Beberapa jam sebelum Jessie menemui Hanna, dia terlebih dahulu berbincang dengan William. Jessie memaksa agar kakaknya itu mau berterus terang dengan apa yang telah terjadi. Dan akhirnya Jessi mengetahui jika Hanna mengancam William dengan sebuah fotonya bersama Clara.Hanna benar-benar sundal! Jessie sempat memprotes karena sikap William yang terlalu lunak terhadap Hanna. Tapi William mengingatkan Jessie kembali, jika semua ini menyangkut Clara. Jadi, William harus melangkah dengan hati-hati.Jessie tidak habis pikir dengan pemikiran kakaknya. Bisa-bisanya dia mengorbankan dirinya sendiri demi kebahagiaan orang lain, terlebih lagi itu adalah Clara yang merupakan istri dari Aland Washington. Pria yang sangat dibencinya.Setelah mengetahui itu semu
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,