"Doni, cepat pergi cari proyek. Jangan sok-sokan di sini!" Bernard tersenyum saat berkata, "Perlu nggak aku beri beberapa telepon untuk kamu telepon? Kalau beruntung, kamu mungkin bisa dapat beberapa proyek, tapi ... proyek miliaran belum tentu ada. Aku bisa ajarkan satu cara. Kamu bisa kumpulkan ratusan proyek kecil ratusan juta, biar dihitung jadi satu. Kami anggap kamu berhasil."Rupert tidak bisa menahan tawa. "Doni, kalau kamu bisa dapatkan ratusan proyek kecil dalam tiga hari, aku juga anggap kamu berhasil!"Tepat saat itu, pintu ruangan rapat diketuk.Doni tersenyum. "Oke, proyek sudah datang. Sayang, ayo buka pintu."Meskipun kebingungan, Helen tetap pergi membuka pintu.Jena berdiri di luar dan berkata dengan panik, "Bu Helen, presdir ... presdir Grup Harris datang ke perusahaan kita. Dia sedang tunggu di luar.""Apa? Grup Harris?" Helen termangu. Lalu, dia menoleh pada Doni. Dia tahu ada hubungan yang tidak biasa di antara Doni dan Harris.Doni tersenyum. "Kenapa lihat aku? C
Doni menatap Helen dan tiba-tiba tertawa. "Sayang, kamu cantik sekali. Tetap cantik saat marah.""Kamu ...." Dada Helen naik turun karena marah. "Dasar sialan!""Huh ... kamu bilang aku preman, nggak tahu malu, dan sialan ...." Doni mengembuskan napas. "Aku sedih sekali! Kamu tahu nggak aku sedang mengobati penyakitmu?"Helen mengernyit. "Mengobati penyakit? Penyakit apa?""Lemah saraf, insomnia, mudah bangun, dan banyak mimpi," jawab Doni sambil tersenyum. "Benar nggak kamu begini belakangan ini?""Sepertinya ... ya.""Berarti benar. Aku mengobati penyakitmu dengan cara menciummu!""Kamu bercanda? Mana ada yang seperti itu?"Doni tersenyum."Jangan lupa, aku ini dokter terkemuka! Punya wawasan yang sangat luas!""Kamu harus melepas stres dan solusinya adalah rasa bahagia.""Rasa bahagia berasal dari dopamin yang dikeluarkan oleh otak.""Ciuman antar lawan jenis akan merangsang sekresi dopamin.""Jadi, itu bisa melepas stresmu.""Tentu saja, ciuman ibu juga bisa melepas stres anak.""K
"Hmm ...." Harris mengangguk. "Karena kamu ayah mertua Doni, nggak salah kamu sebut namanya. Tapi kalau orang lain berani bersikap kurang ajar terhadap Tuan Muda Doni, nggak akan kumaafkan!"Rupert dan yang lain tidak berani bersuara. Akan tetapi, mereka bertanya-tanya dalam hati. Mengapa Presdir Grup Harris begitu hormat kepada Doni? Itu sangat aneh!...Di sisi lain, Doni menjelaskan tentang dopamin kepada Helen. Melihat Helen marah, dia berpura-pura sedih."Sayang, aku benaran hanya ingin membantumu melepas stres! Bukan sengaja macam-macam denganmu! Kalau kamu merasa rugi, aku kasih kamu cium balik."Setelah itu, Doni mendekatkan pipinya ke mulut Helen.Helen langsung menendang Doni yang berlagak preman. "Minggir. Jangan main-main! Ini di perusahaan. Kamu harus bersikap dewasa!"Doni tertawa terbahak-bahak."Katanya pukul dan marah itu afeksi. Tendang juga.""Kelihatannya kamu terlalu mencintaiku sampai menendangku!""Sayang, aku benar-benar terharu.""Kamu ...." Helen mengentakkan
Doni mengambil kantong berkas itu. Doni langsung menjejalkannya ke tangan Helen tanpa membaca terlebih dahulu. "Sayang, aku nggak terlalu paham tentang ini. Kamu saja yang baca."Sambil berkata, Doni melepaskan tangan Helen yang dipegang olehnya.Harus tahu batas saat mengambil kesempatan, akan lebih efektif.Helen mengambil kantong berkas itu dan duduk di kursi. Dia hendak membacanya.Doni langsung duduk di kursi utama ruang rapat dan menunjuk kursi di sebelah. "Pak Harris, silakan duduk.""Terima kasih, Tuan Muda Doni." Harris duduk di sebelah Doni dan berujar, "Tuan Muda Doni, maaf sekali. Agak macet di jalan, jadi aku terlambat."Doni tersenyum. "Nggak apa-apa, pas waktunya."...Mata Bernard berkedut-kedut ketika melihat Doni duduk di kursi khusus presdir. Dia membentak, "Doni! Apa hakmu duduk di sana? Duduk ke tempatmu yang seharusnya!""Dasar nggak tahu aturan!" Rupert juga menegur, "Ini dewan direksi, ada aturannya. Geser dari kursi itu!"Sebelum Doni sempat berbicara, Harris m
Setelah semua orang membaca dokumen, Doni tersenyum saat berkata, "Harris, jelaskan detail proyek pada kami.""Baik!" Harris melambai pada sekretaris wanita di belakangnya. "Ayo jelaskan."Sekretaris itu adalah wanita tercantik di Grup Harris, serta pintar. Ellie tinggi dan cantik. Kakinya yang dibungkusi stoking warna kulit berjalan dengan anggun. Dia memasang proyektor dan menghubungkan proyektor dengan laptop."Lengkap sekali persiapan kalian." Doni tersenyum saat berkata pada Harris, "Semua ini pun kalian bawa sendiri."Harris tersenyum canggung. "Untuk Tuan Muda Doni, semuanya harus disiapkan."Kemudian, Ellie menjelaskan detail proyek kepada semua orang.Pada akhirnya, Harris berucap, "Simpelnya, Grup Harris sangat optimis terhadap perkembangan Grup Kusmoyo di masa depan. Kita juga bisa perdalam kerja sama kita setelah proyek ini, upayakan proyek yang lebih besar."Bernard tersenyum lebar."Pak Harris, terima kasih banyak sudah mempercayakan Grup Kusmoyo.""Tenang saja, Grup Kusm
Ucapan Rupert membuat semua orang di ruang rapat menjadi bersemangat.Itu adalah proyek satu triliun. Jika bisa menjadi penanggung jawab, terlepas dari profit yang akan didapatkan, kedudukannya di perusahaan juga akan meningkat.Selain itu, mereka semua tahu proyek tersebut sangat operasional, bahkan setara dengan Grup Harris memberi makan Grup Kusmoyo. Penanggung jawab tidak perlu berbuat terlalu banyak hal, hanya perlu mengawasi di tempat. Dengan mengatur orang yang kredibel untuk mengalokasikan sumber daya, proyek tersebut dapat diselesaikan secara terorganisir.Itu adalah keuntungan yang sangat besar.Tidak ada orang yang tidak menginginkannya.Sebelum yang lain sempat berbicara, Doni langsung berseru, "Apa lagi yang perlu dibahas? Tentu saja CEO yang urus!"Bernard mendengkus. "Helen sudah urus dua proyek secara pribadi. Sebagai CEO, nggak mungkin Helen lakukan semuanya sendirian. Jangan banyak omong kalau kamu nggak paham!"Rupert menyanggupi, "Diam saja kalau kamu nggak tahu apa
Dua orang yang memiliki hak suara tertinggi di dewan direksi sudah mengusulkan kandidat masing-masing. Anggota dewan direksi yang lain menggelengkan kepala karena tidak ingin mencari masalah."Baiklah ...." Bernard mengetuk meja. "Kita semua adalah orang dalam, nggak perlu beri suara secara anonim. Angkat tangan untuk beri suara. Angkat tangan kiri kalau pilih Selly, angkat tangan kanan kalau piih Yulia."Ada 7 orang di ruang rapat. Empat dari mereka memilih Selly, sedangkan dua yang lain memilih Yulia.Doni tidak memberi suara. Semua orang menganggap suaranya hangus.Bernard tidak jengkel karena Yulia yang dia pilih tidak terpilih. Dia tersenyum seraya berujar, "Kalau begitu, Selly menjadi penanggung jawab proyek ini! Tapi ... aku punya satu usulan."Selly yang awalnya bergembira langsung menjadi waspada. "Pak Bernard, katakan saja.""Proyek ini berskala besar dan harus pergi ke lahan proyek untuk berdinas. Itu terlalu melelahkan bagi anak perempuan. Jadi ... aku usulkan wakilmu. Biar
Omongan Doni membuat ruang rapat menjadi hening.Wajah Bernard, Rupert, dan Selly menjadi sangat masam."Doni!" Bernard berteriak dengan marah, "Kamu mau membatalkan keputusan dewan direksi? Dengan kepemilikan sahammu, kamu nggak memenuhi syarat!""Doni! Kamu sengaja menentangku, ya?" teriak Selly. "Dasar pria picik, selalu menyulitkanku. Kamu tahu malu nggak?"Rupert menunjuk Doni. "Jangan keterlaluan! Grup Kusmoyo bukan tempat di mana kamu bisa sembrono."Doni menyeringai. "Harris tawarkan kontrak ini karena aku. Kontrak ini ada dalam kuasa tanganku. Jadi, keputusan dewan direksi nggak penting bagiku!""Pikiranku tetap. Biar CEO yang urus!""Aku percaya Helen akan tentukan pilihan yang paling menguntung bagi perusahaan."Selly menyeringai sinis. "Doni, jangan sok-sokan. Kalaupun kamu robek kontrak, kami bisa hubungi Pak Harris dan minta cetak ulang. Itu nggak sulit!""Iya, bisa dicetak ulang.""Itu bukan masalah besar."Bernard dan Rupert menyanggupi.Doni tersenyum. "Baiklah. Kalau
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a