Share

Bab 660

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 18:00:00
Intan dan Marsila kembali ke kedai teh dan makan di sana, kemudian keluar dari pintu utama dan kembali ke kereta kuda setelah membayar tagihan.

Marsila mencari sebuah sudut di pinggir jalan dan melompat turun, kemudian bersembunyi selama beberapa saat sebelum memasuki jalanan dan segera menghilang di antara orang-orang.

Marsila mengenakan pakaian yang sangat sederhana selama beberapa waktu ini dan satu-satunya perhiasan yang Marsila kenakan hanya jepit rambut perak di sanggulnya.

Tentu saja tidak mudah bagi orang lain untuk mengikutinya, tapi tidak ada salahnya berhati-hati.

Marsila pernah belajar seni bela diri dan tidak merasa lelah saat berjalan ke Kediaman Keluarga Salim, apalagi jaraknya juga tidak terlalu jauh.

Marsila melihat sebuah kereta kuda yang sedang diparkir di sisi kanan pintu setelah tiba di depan pintu Kediaman Keluarga Salim, Vincent kebetulan baru saja keluar sambil memapah Viona keluar, lalu diikuti oleh Nyonya Indri dan seorang pelayan.

Marsila berkata sambil terse
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 661

    Keluarga Bangsawan Gunawan merupakan keluarga bangsawan di Negara Runa yang telah turun-temurun dari dulu. Akan tetapi, makin tua sebuah keluarga, makin sukar situasi mereka.Keluarga yang besar cenderung berkembang biak dengan pesat, tetapi sumber daya yang ada tidak cukup untuk memungkinkan semua orang hidup dalam kemakmuran, tidak cukup untuk mempertahankan kehormatan dan kekayaan keluarga bangsawan.Kini, adipati dari Keluarga Gunawan adalah ayahnya Pangeran Rafael, Dennis. Di bawah kepemimpinannya, Keluarga Bangsawan Gunawan kian jatuh. Setelah kaya selama beberapa generasi, aturan keluarga yang ketat secara bertahap menjadi lengah. Anak cucu enggan berjuang keras belajar di akademi maupun berlatih seni bela diri. Mereka bisa hidup dalam kemakmuran selama keluarga mereka masih berstatus sebagai bangsawan.Jika bukan karena Rafael menikah dengan Putri Agung, Keluarga Bangsawan Gunawan sudah jatuh terpuruk.Adipati Dennis tidak memegang jabatan di pemerintahan. Hanya segelintir angg

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 662

    Karlis menyembunyikan ekspresi matanya yang kompleks. "Baik."Kini, Karlis hanya berharap Keluarga Salim tidak menyukainya. Dengan status Vincent saat ini, Vincent dapat menikahi wanita mana saja. Identitas Karlis adalah palsu.Sesampainya di aula utama, Karlis menutupi wajah dengan kipas sambil berjalan dengan anggun. Soal cara berjalan, Karlis bahkan harus belajar untuk waktu yang lama.Nyonya Mirna tersenyum saat memperkenalkan, "Reni, beri salam pada Nyonya Viona dan Nyonya Indri."Karlis memberi salam pada Viona dan Indri. "Hormat pada Nyonya Viona dan Nyonya Indri.""Lalu, ini Jenderal Vincent dan Nona Marsila, putri angkat Nyonya Viona." Viona sudah memperkenalkan identitas Marsila saat Marsila datang ketika tadi.Karlis menurunkan kipas ke sehingga menampakkan wajahnya. Dia tidak bisa berlagak malu-malu. Dia hanya menyapa secara normal, "Salam kenal, Jenderal Vincent, Nona Marsila."Marsila menatap Karlis dan membalas salam, "Salam kenal, Nona Reni."Vincent juga bersoja dan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 663

    Ketika Viona ingin mengungkapkan kepuasannya, Indri tersenyum seraya berkata, "Nona Reni memang adalah gadis yang baik, tentu saja kami suka. Hanya saja, tidak boleh tergesa-gesa soal pernikahan. Bagaimana kalau begini saja? Kita pulang dulu untuk tanyakan masing-masing. Tadi Nona Reni juga tidak bilang apakah dia menyukai Vincent atau tidak. Mereka baru bertemu hari ini. Sebaiknya tanyakan pendapat Nona Reni dulu."Nyonya Mirna berujar, "Apa susahnya? Aku suruh pelayan tanyakan sekarang juga."Indri tersenyum dan berkata, "Tidak bisa buru-buru begini. Kalau Nyonya suruh pelayan pergi tanyakan Nona Reni saat kami masih di luar, Nona Reni akan takut menyinggung perasaan kami kalau jawab tidak suka. Tapi kalau jawab suka, anak perempuan pasti malu-malu dan itu terkesan terburu-buru. Lagi pula, kedua keluarga kita sudah bertemu dua kali untuk masalah ini. Kita bisa bertemu lagi ke depannya. Orang tua Nona Reni tidak di ibu kota, maka pendapat Nona Reni adalah yang paling penting. Bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 664

    Setelah Indri dan Viona pergi, Marsila menceritakan seluruh hal tentang Karlis, serta persekongkolan antara Raja Emino, Raja Linuta, dan Putri Agung.Akan tetapi, Marsila tidak memberitahukan rencana yang dibuat olehnya bersama Intan di upacara pemberkatan orang meninggal. Vincent sudah dekat dengan kebenaran setelah mengaitkan informasi dari Marsila dengan hasil penyelidikannya. Vincent tahu mereka pasti akan menargetkan Putri Agung terlebih dahulu. Kekuasaan Raja Emino berada di Emina. Di ibu kota, Raja Emino hanya bisa mengandalkan Putri Agung dan Raja Linuta.Putri Agung dapat melakukan banyak hal dengan identitasnya. Putri Agung memang telah membantu Raja Emino di ibu kota selama ini. Raja Emino seperti kehilangan satu tangan tanpa bantuan Putri Agung.Raja Linuta diam-diam menghanyutkan. Sekarang, sulit untuk memastikan dengan siapa saja Raja Linuta telah berinteraksi.Baru pada saat ini, Vincent mengerti mengapa Raja Aldiso mengimbau Tim Tujuvan untuk jangan terlalu dekat dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 665

    Mirip sekali!Mirip sekali!Dari bentuk wajah, alis, mata, hidung, dan bintik di atas bibir, semua itu mirip dengan Karlis yang Marsila temui hari ini.Marsila merasa agak sesak napas karena kemustahilan itu. Orang yang baru dia temui hari ini pun muncul pada lukisan di sana. Mereka yang belum pernah bertemu dengan Karlis bahkan bisa melukisnya dengan begitu mirip.Marsila menoleh ke belakang pada Andi dan Axel. Mereka berdiri di depan sebuah lukisan. Andi berkata, "Lalu, lukisan ini. Kalau hidupnya baik dan berkecukupan, dia harusnya montok seperti ini.""Lukisan ini juga sama, tapi aku mengubah alis dan gaya rambutnya. Di lukisan sebelahnya, kalau hidupnya buruk dan kekurangan, dia akan lebih kurus ...." Andi berjalan bersama Axel ke sana. Lalu, Andi melambaikan tangan pada Marsila. "Sila, geser ke samping. Jangan ganggu."Marsila menunjuk lukisan di depannya dan berusaha untuk menemukan suaranya. "Orang ini, aku sudah temui hari ini."Empat orang di ruang kerja serempak menoleh pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 666

    Intan bertanya lebih dulu, "Menurutmu, apakah Karlis yang kamu lihat itu mirip ibuku?"Marsila menjawab, "Sejujurnya, aku merasa familier saat itu, tapi tidak bisa mengingatnya. Aku baru sadar ketika melihat lukisan-lukisan ini sekarang. Kak Andi melukis semua lukisan ini dengan sangat baik, bahkan bisa melukiskan pesonanya. Jadi, aku bisa menemukan beberapa kemiripannya. Karlis adalah makhluk hidup, tapi telah diajarkan sehingga gerak-geriknya seperti nona bangsawan. Itulah kenapa aku tidak merasakan kemiripan yang jelas.""Bukan. Nyonya Intan, izinkan aku bertanya." Axel merasa sekujur tubuhnya mati rasa, tetapi tidak tahu apa penyebabnya. Perasaan tidak nyata itu sangat kuat. Tadi Axel dan Tuan Andi sedang menganalisis lukisan mana yang lebih mirip dengan adiknya yang sekarang.Lukisan-lukisan yang agak mirip akan disebarluaskan guna menemukan adiknya.Namun, sebelum mereka selesai memilih, Nona Marsila pulang dan mengaku baru saja bertemu dengan wanita itu. Perasaan tidak nyata itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 667

    Andi menggelengkan kepala. "Benar, aku dikurung di Taliani dalam beberapa waktu terakhir sampai menjadi bodoh."Intan menunjuk Marsila. "Marsila sudah pergi ke Kediaman Bangsawan Gunawan hari ini. Mereka juga tahu dia adalah adik angkat Vincent. Marsila bisa ajak Karlis keluar. Sekalipun Kediaman Bangsawan Gunawan tahu Marsila dekat dengan Kediaman Aldiso, kurasa Nyonya Mirna akan setuju kalau Marsila juga mengajak orang dari Keluarga Salim."Axel menatap Marsila dengan penuh penantian. "Nona Marsila, mohon bantuannya."Marsila yang setia kawan langsung menyanggupi, "Baik. Tolong Tuan Axel ceritakan tentang masa kecilnya, biar aku bisa ungkit di depan Karlis dan perhatikan ekspresinya. Setidaknya bisa tahu lebih banyak."Axel ingin beranjak dari kursi, tetapi ditahan oleh Alfred dengan sekuat tenaga. "Duduk saja."Axel mencoba untuk berdiri lagi. "Tidak ...." Alfred sekali lagi menahan Axel dan berseru dengan tegas, "Duduk!"Axel berkata dengan tidak berdaya, "Aku pergi ambil satu bara

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 668

    Axel membawakan sebuah mainan tanah liat kelinci. Mainan itu tampak usang dan sangat kasar, serta sebelah telinganya retak. Mainan itu jelas bukan mainan yang dijual di luar.Axel menerangkan, "Ini mainan kelinci yang kubuatkan pada festival bulan di tahun di mana adikku menghilang. Waktu itu, adikku dihukum oleh Ibu karena membuat kesalahan, tidak boleh bermain ke luar. Awalnya, pelayan rumah kami yang disuruh untuk belikan mainan kelinci, tapi Ayah melarang karena ingin menghukum adikku. Aku diam-diam membuatkan mainan tanah liat kelinci dan membakarnya dengan kompor tanah di rumah. Setelah dibakar, aku warnai. Sekarang warnanya sudah luntur. Saat kuberikan pada adikku, dia tidak suka dan melemparnya ke lantai. Satu telinga kelinci patah."Mata Axel memerah. "Adikku tidak suka mainan kelinci ini, bahkan bisa dibilang jijik. Adikku sampai menangis. Aku pikir kalau dia begitu jijik, dia pasti akan mengingatnya."Melihat mainan kelinci yang kasar, luntur, hilang sebelah telinga, jelek,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status