Kota Norao.Petrus sudah kehilangan kesabaran. Setelah empat negosiasi, Viktor menolak untuk menyerah. Dia harus menukar Kota Norao dengan Tujuvan. Adapun tahanan lainnya, mereka sudah lama ditukar dan kalau dihitung juga rugi. Jumlah tahanan antara kedua negara tidak sama. Jumlah tahanan yang ditangkap oleh Negara Lonis dua kali lebih banyak dari jumlah pasukan Keluarga Adipati Belima.Itu sama sekali tidak sesuai dengan jumlah tahanan yang menunjukkan berapa banyak tahanan yang mereka bunuh.Sekarang mereka masih meminta nyawa Tujuvan dengan imbalan Kota Norao.Kalau Alfred sang Raja Aldiso tidak datang dua hari lalu dan memintanya untuk menunda negosiasi, sekarang dia pasti ingin menolak Viktor.Teddi dan Timothi telah memberitahunya tentang pentingnya Tujuvan dalam merebut kembali Manuel, tetapi dia tidak berpikir demikian. Petrus telah membaca daftarnya dan menemukan pasukan Keluarga Adipati Belima dan tidak ada orang seperti Tujuvan di dalam pasukan Keluarga Adipati Belima. Kalau
Ibu kota.Intan dipanggil ke istana pada hari keempat setelah para pembunuh memasuki Kediaman Jenderal. Sebelumnya, tidak ada seorang pun dari prefektur ibu kota yang datang untuk mengajukan pertanyaan, juga tidak ada Pasukan Pengaman Ibu Kota maupun Pasukan Patroli Keamanan yang datang.Intan tidak menganggapnya aneh. Bagaimanapun, prefektur ibu kota dan Pasukan Patroli Keamanan sedang menyelidiki masalah ini berdasarkan informasi dari Istana Jenderal. Penyelidikan harus jelas sebelum dilaporkan kepada Kaisar. Kali ini Kaisar pun akan memanggilnya untuk diinterogasi.Tepat saat Intan memasuki istana, akhirnya Rudi yang telah terluka selama beberapa hari berjuang untuk bangkit dari kasur dan langsung menuju ke kamar Linda.Rudi telah menahan amarah ini selama beberapa hari. Meskipun luka di tubuhnya adalah luka dangkal, tetap saja pada akhirnya semua itu adalah serangan dari belasan tebasan pedang dan dia harus tetap berada di atas kasur untuk memulihkan diri.Kalau tidak, begitu Rudi
Rudi menatapnya sambil tersenyum. Melihat Linda mengatakan sesuatu seperti ini dengan sinis, dia sama sekali tidak bergeming, "Kalau kamu tidak memberitahuku kalau kamu ingin sukses hanya demi masa depan kita, sekarang aku pasti akan percaya denganmu tanpa kata-kata munafik itu. Tapi Linda, sekarang aku lebih suka percaya pada seekor anjing daripada kamu. Sejak awal kamu sudah terus membohongiku. Aku bertanya berulang kali tentang Kota Wena, tapi kamu menolak untuk mengatakan yang sebenarnya. Kamu juga terus menutup-nutupi setelah masalah ini terungkap dan sekarang masih ingin menghasutku untuk mencurigai Intan?Rudi mencondongkan tubuh lebih dekat ke arahnya sambil berkata dengan nada dingin dan sinis, "Apa kamu pikir aku akan tetap memercayaimu? Ingat kelakuan burukmu pada malam itu? Kamu hanya fokus untuk melarikan diri demi nyawamu sendiri dan langsung pergi ke Kediaman Wanar, menghalangi Amanda dan dua pelayan di depan pintu. Selain itu tidak peduli seberapa keras mereka mengetuk
Rudi menatap Amanda dan merasa sangat sedih begitu teringat dua pelayan yang hilang darinya, "Maafkan aku atas masalah Eva dan Yuna. Aku tidak melindungi mereka dengan baik.""Aku bertanya padamu, sebenarnya apa posisiku di dalam hatimu?" Amanda mengepalkan tinjunya dan bertanya dengan paranoid, "Jangan ganti topik pembicaraan."Rudi berpegangan pada pohon di sebelahnya sambil menarik napas dalam-dalam, menenangkan amarah yang baru saja melonjak di dalam dirinya dan berkata dengan lembut, "Aku tidak mengubah topik pembicaraan, aku hanya ... sangat menyesal dan berduka atas kematian mereka. Mengenai posisimu di hatiku ... tentu saja kamu adalah istri yang baik.""Hanya istri yang baik?" Amanda terus bertanya, matanya yang merah dan bengkak berkaca-kaca, "Kamu sama sekali tidak mencintaiku? Pernahkah kamu punya perasaan terhadapku?"Pertanyaan ini membuat Rudi tertegun sejenak. Dia menatap Amanda dan membuka mulutnya. Awalnya dia ingin mengatakan kalau pernikahan mereka adalah perjodohan
Intan tahu keluar dengan membawa senjata di malam hari dan mengetahui mungkin pembunuh menerobos masuk ke Kediaman Jenderal pasti akan menimbulkan kecurigaan Kaisar.Meskipun Intan adalah wakil komandan Pasukan Baja, dia hanya memegang posisi palsu dan tidak bisa membawa senjata di malam hari, apalagi mengetahui keberadaan si pembunuh.Kaisar akan curiga Intan menyebarkan mata-mata. Mencurigainya sama saja dengan mencurigai Kediaman Aldiso.Intan mengangkat matanya dan berkata terus terang, "Kaisar, kamu tahu Keluarga Adipati Belima telah mengalami pembantaian. Itulah sebabnya sejak Erik ditemukan, aku terus khawatir siang dan malam, takut sesuatu yang tidak terduga akan terjadi padanya. Aku pun meminta kakak senior untuk menyediakan beberapa orang dan mengawasi titik mereka yang datang ke ibu kota, serta orang-orang yang mencurigakan. Benar saja beberapa hari yang lalu, kami menemukan beberapa orang datang ke ibu kota dan menginap di Penginapan Toveru. Orang-orang ini sangat ahli dala
Kota perbatasan Negara Lonis selalu dijaga ketat sejak perang, apalagi sekarang kota tersebut sedang bernegosiasi dengan Negara Runa dan ingin menukar tahanan dengan Kota Norao. Oleh karena itu, pasukan besar dikerahkan untuk menjaga penjara tempat para tahanan dipenjara.Alfred dan yang lainnya telah menyelinap ke kota perbatasan selama beberapa hari dan akhirnya mengetahui di mana Tujuvan dipenjara. Itu adalah pos jaga perbatasan yang sangat sulit untuk ditembus.Sekarang struktur penjara di dalam tembok tinggi juga terlihat jelas.Mereka tidak tahu batas lima hari Petrus. Besok adalah hari terakhir dari batas lima hari.Alfred tahu besok Viktor akan bernegosiasi dengan Petrus lagi. Meskipun tidak mengetahui batas waktu lima hari, Alfred menduga Petrus tidak akan mendengarkan perintahnya dan kali ini tidak akan menunda negosiasi.Alfred memutuskan untuk melakukan penyelamatan besok saat Viktor pergi ke Gunung Warden untuk bernegosiasi.Ada banyak master di sekitar Viktor. Begitu bera
Pada malam tanggal 18 Juni, sepuluh orang memegang mangkuk tebal yang berisi air dingin. Mereka tidak minum teh atau setetes pun bir selama bertahun-tahun.Teh adalah produk mewah di kota ini dan mereka tidak mampu membelinya.Bir murah, tetapi mereka tidak berani menyentuhnya setetes pun. Jangan sampai mereka tamak seketika dan mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya mereka katakan, lalu mereka akan tewas dengan mengenaskan.Satu-satunya saat mereka membeli bir adalah begitu mengetahui Komandan Panglima Marko dan enam jenderal besar telah meninggal. Mereka membeli anggur dan menuangkannya ke tanah untuk memberi penghormatan kepada panglima mereka. Malam itu, mereka bersembunyi di selimut dan menitikkan air mata sepanjang malam.Akan tetapi, mereka hanya diberi waktu satu malam untuk berduka. Pada hari kedua, mereka masih harus menyeka air mata dan terus berjalan melewati berbagai kesulitan karena Manuel belum pulih.Kemudian setelah Manuel pulih, Viktor kembali dengan pasukannya untu
Jantung Alfred berdebar setelah melihat mereka. Mengapa begitu banyak orang tiba-tiba muncul? Ada beberapa orang yang memiliki kemampuan bela diri biasa dan masih perlu menggunakan kait serta tali untuk memanjat tembok tinggi. Apa tujuan membobol pos jaga larut malam?Kalau mereka disuruh membuat keributan, rencana penyelamatan malam ini akan hancur.Tempat mereka mendarat dan bersembunyi berada di tempat yang gelap dan tidak boleh mengeluarkan suara mereka saat berjalan mendekat sambil menempel di dinding.Haist, lupakan saja. Pergantian pertahanan hampir berakhir dan mereka harus segera menerobos masuk.Vincent dan yang lainnya juga melihat tiga orang bersembunyi di depan mereka. Akan tetapi, karena mereka bersembunyi di kegelapan dan mengenakan pakaian hitam, mereka tidak bisa melihat dengan jelas meskipun tidak memakai topeng untuk menutupi wajah.Seketika entah apakah beberapa orang ini adalah teman atau musuh, tetapi mereka membeku setelah melihat tubuh mereka seringan burung lay
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu