Sanji dan Pangeran Virgo pergi bersama seratus ribu tentara Biromo. Intan berucap pada Rudi, "Kalau kamu menyelamatkan Linda, cukup bawa tentaramu naik ke gunung."Sebenarnya, Intan mencoba untuk menjaga martabat Rudi dan Linda.Jika orang-orang itu akan mengulangi penghinaan yang telah dialami oleh Putra Mahkota Biromo, apa yang mereka lihat di atas gunung pasti sangat mengenaskan.Namun, Rudi khawatir masih ada tentara Biromo di atas gunung sehingga memohon Intan untuk meminjamkan Pasukan Baja padanya.Intan menatap Rudi untuk waktu yang lama. "Kamu yakin?"Entah mengapa, hati Rudi menegang ketika melihat tatapan Intan. "Kamu bisa katakan padaku, apakah Linda benar-benar membantai desa?""Kamu harusnya tanya Sanji tadi." Intan berucap dengan cuek, "Kamu juga bisa tanya Linda sendiri nanti. Sanji harusnya tidak akan membunuh Linda."Rudi tidak berani memercayai bahwa Linda akan melakukan hal seperti itu.Rudi merenungkan ucapan Sanji tadi yang mengandung implikasi. Insiden besar seper
Linda sudah pingsan. Dia terus dicekik oleh Sanji, merasakan kematian dan sekarat secara berulang, merasakan pisau menyayat tubuh dan wajahnya. Sebelah telinganya dipotong.Oleh karena itu, saat digendong oleh Rudi, Linda masih pingsan dan tidak tahu dirinya sudah selamat.Namun, saat Rudi menggendong Linda keluar, semua orang melihat dan tahu bahwa Linda tidak memakai celana.Selain itu, banyak orang yang sudah melihat Linda terbaring di sana dengan genangan darah di bawah selangkangannya.Jelas sekali apa yang telah dialami oleh Linda.Wajah Rudi menjadi sangat masam. Dia akhirnya mengerti mengapa Intan menyuruhnya naik ke gunung bersama tentaranya saja.Rudi memelototi Intan dengan marah dan benci. Sebelum Linda memberitahunya secara langsung, dia tidak akan percaya pada omongan Sanji.Rudi enggan percaya bahwa Linda telah secara tidak langsung menyebabkan kematian seluruh keluarga Intan.Intan hanya menemukan kepengecutan dari mata Rudi. Tanpa menghiraukan Rudi, Intan memerintahkan
Rudi menatap Linda seperti menatap orang asing.Orang di depan ini berbeda total dengan Linda yang dia cintai. Wanita ini sadis dan kejam seperti iblis.Demi wanita ini, dia telah menukar semua prestasi perangnya dan talak dengan Intan.Dia adalah orang terbodoh di dunia.Namun, Linda menjunjung tinggi patriotisme, serta mengatakan wanita tidak seharusnya dikurung di rumah dan harus ikut membela tanah air. Tatapan Linda sangat antusias dan cerah saat mengatakan semua itu.Rudi terduduk di lantai dan tersenyum getir. Lalu, dia tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.Tawaan gila itu menakutkan Linda. Dia berusaha untuk bangun sambil menahan rasa sakit dan menatap Rudi dengan kaget. "Kak Rudi ... kamu kenapa? Jangan menakutiku."Rudi tertawa hingga meneteskan air mata. Dia menutupi wajah dengan kedua tangan dan bahunya gemetar. Air mata jatuh dari celah jarinya.Tiba-tiba, Rudi melepaskan kedua tangannya dari wajah dan memelototi Linda. "Kamu, kamu yang membuat seluruh keluarga Intan m
Linda panik karena Rudi terdiam. Dia berteriak dengan marah tanpa menghiraukan luka di tubuhnya, "Mereka melukaiku, tapi mereka tidak memerkosaku. Aku tidak bohong. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya mereka."Ekspresi Rudi menjadi suram. "Apa yang perlu ditanya? Masih belum cukup malu?"Linda kecewa dan sangat terpukul oleh reaksi Rudi. "Kamu tidak percaya padaku?"Rudi tersenyum getir. "Percaya padamu? Apa kamu pernah jujur padaku? Saat aku tanyakan masalah Kota Uldi padamu, kamu selalu bilang Raja Aldiso akan segera sampai di medan perang sehingga Sanji mundur dan menandatangani perjanjian denganmu. Kamu bahkan merahasiakan hal sebesar ini padaku, bagaimana bisa aku memercayaimu lagi?""Aku tidak memberitahumu karena aku tahu kamu akan marah. Di sepanjang jalan ...." Linda sangat kesal dan frustrasi. "Di sepanjang jalan, kamu selalu bilang tidak boleh menyakiti rakyat antar negara. Tapi aku jelas-jelas melihat mereka bersembunyi di pemukiman warga. Kita sudah menyerang ke dala
Kemudian, Intan mengangkat mangkuk mie dan meneguk kuahnya sampai habis.Alfred tersenyum ketika melihat kelugasan Intan."Omong-omong, kenapa Putra Mahkota Biromo bisa ada di Kota Wena?" Intan tidak kunjung memahami hal itu. Sebelumnya, ada rumor bahwa Putra Mahkota Biromo sangat diminati oleh rakyat Biromo karena kebijakan dan kepintarannya. Akan tetapi, mengapa Putra Mahkota Biromo ada di Kota Wena?Putra Mahkota Biromo jelas bukan jenderal."Karena konflik internal keluarga kekaisaran Biromo. Dia dijebak oleh Pangeran Aries sang pangeran kedua Biromo dan terpaksa harus ke medan perang. Sanji tahu Putra Mahkota Biromo tidak bisa berperang sehingga menyuruhnya bersembunyi di Kota Wena karena medan perangnya bukan di sana. Siapa tahu dia malah bertemu dengan Linda.""Pangeran Aries?" Intan mengernyit. "Setelah kematian Putra Mahkota Biromo, pangeran lain pasti akan memperebutkan posisi putra mahkota. Kalau Pangeran Aries menjadi putra mahkota, itu tidak menguntungkan bagi Negara Runa.
Kabar baik tentang perebutan kembali Manuel dikirim kembali ke ibu kota. Kaisar menangis saat melihat kabar baik tersebut. Di pagi hari, semua pejabat sipil dan militer di istana berlutut sambil berteriak panjang umur.Berita luar biasa itu menyebar begitu cepat. Mula-mula hanya diketahui oleh para pejabat dan kasim, kemudian diketahui oleh seluruh ibu kota dan akhirnya diketahui oleh setiap ibu kota negara.Seluruh negeri bersukacita.Pendongeng memiliki beberapa koneksi di seluruh tempat. Para pelayan di keluarga pejabat selalu bisa menerima informasi dan menjualnya kepada pendongeng.Dengan demikian, semua orang tahu orang yang telah membuat pencapaian pertama adalah Raja Aldiso, tetapi orang yang terus menghancurkan Kota Glasier dan Kota Norao adalah seorang jenderal wanita. Dialah yang memimpin Pasukan Baja untuk menerobos dengan lancar dan menghajar rakyat Negara Lonis.Pendongeng adalah yang terbaik dalam menciptakan pahlawan. Dengan publisitasnya yang penuh kebenaran dan menari
Diana mengirimkan pesan kepada kedua istri wakil menteri dan istri Kepala Departemen Militer, tetapi Diana merasa sepertinya istri Kepala Departemen Militer tidak akan datang.Hanya saja istri wakil menteri pasti akan datang. Diana berencana menunggu mereka datang, lalu bertanya tentang situasi umum pertempuran dan bagaimana Departemen Militer akan mendiskusikan pahala serta penghargaan.Tidak disangka begitu saatnya tiba, kedua istri wakil menteri kiri dan wakil menteri kanan dari Departemen Militer tidak datang, bahkan istri pejabat tinggi pun tidak datang. Hanya ada istri pejabat tingkat kelima hingga kedelapan yang datang bersama keluarga mereka.Beberapa di antaranya bahkan tidak ada dalam daftar undangan yang membuat Diana marah dan sakit hati.Pesta teh yang telah menghabiskan begitu banyak uang hanya demi membuat namanya terkenal untuk membangun momentum bagi putra dan menantunya. Setelah mereka pulang dengan penuh kemenangan, Kaisar dan Departemen Militer pasti akan menghadiah
Awalnya semua orang menebak jenderal wanita ini adalah Linda. Akan tetapi setelah menghadiri pesta teh Diana, beberapa orang bisa melihat petunjuknya.Pendongeng tentu saja membangkitkan rasa ingin tahu dulu, kemudian berkata kepada para tamu teh dengan misterius, "Istri wakil menteri dan istri Departemen Militer tidak hadir di pesta teh Nyonya Besar Diana. Jangankan istri wakil menteri, anggota keluarga pejabat Departemen Militer saja tidak hadir. Apa artinya ini? Ini berarti mungkin jenderal wanita itu bukan Jenderal Linda."Para tamu teh menjadi gempar dan diskusi yang sengit pun terjadi.Kalau bukan Jenderal Linda, lalu siapa lagi? Tidak ada jenderal wanita kedua dalam dinasti ini.Setelah beberapa hari, akhirnya orang-orang dari semua lapisan masyarakat mengetahui beberapa informasi yang mengatakan istri Rudi yang telah pergi karena cerai pergi ke medan perang.Orang-orang di ibu kota masih mengingat masalah ini.Bukankah istri yang menuntut cerai adalah Intan, putri dari Adipati
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu