Share

37. Mandi Bersama

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aluna mencoba untuk bangkit tapi lagi-lagi kaki Ardan kembali menghalangi sehingga Aluna harus extra hati-hati untuk memindahkan kaki besar itu agar pemiliknya tidak terbangun sebelum dia ke kamar mandi.

“Berat sekali ini kaki, sudah ke dua kalinya ini, mana sakit lagi,” gerutu Aluna sembari memindahkan kaki suaminya itu.

Aluna berhasil dan ingin segera menghindar tapi dia harus mencari tongkat kakinya yang ternyata ada di sebelah tidur Ardan.

“Aduh kenapa lagi si tongkat kakiku ada di sana sih, aku kan jadi sudah mengambilnya?” Aluna dengan hati-hati ingin mengambil tongkat kakinya melewati tubuh Ardan yang kini berubah posisi menjadi telentang.

Bertumpu dengan kedua lututnya Aluna ingin mencapai tongkat itu. Tangannya hampir menyentuh tongkat itu tanpa dia sadari kalau dia pun masih bertubuh polos sehingga bagian depannya yang besar menggantung sempurna tepat di hadapan wajah Ardan yang masih tertidur lelap.

Namun, seketika seperti ada yang menyentuh wajahnya sehingga dia pun t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    38. Sakit

    “Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu tentang kakimu? Apakah itu karena kecelakaan atau cacat dari lahir?” selidik Ardan yang masih penasaran dengan kakinya aliran Juga. “Aluna tak menjawab pertanyaan Ardan karena ingin cepat-cepat keluar dari kamar. Setelah salat Aluna langsung merapikan mukenanya. Ardan hanya menatap apa yang dia lakukan saat mempunyai satu kaki saja . Mungkin sudah menjadi kebiasaan sehingga dengan lincah melangkah dengan cepat.“Mas, aku keluar dulu.”“Ma—mau ke mana? Pasti kamu mau menggosip dengan Papa kan, kalau kita sudah melakukan hubungan suami istri karena obat yang dikasih sama Papa?” selidik Ardan berargumen.“Mas, aku ....”“Dengar Aluna, kita memang sudah melakukan malam pertama kita tapi kita sama-sama tahu kalau apa yang terjadi semalam karena keterpaksaan. Papa sudah memberikan sesuatu diminuman kita, jadi itu bukan murni dari aku atau kamu yang menginginkan, bahkan cukup sekali aku menyentuhmu.” Ardan menjelaskan panjang lebar. Sakit itu y

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    39. Keputusan Yang Menyakitkan

    Mbok Asih menatap lekat wajah Aluna. Wajah cantik alami yang sendu. Kedua matanya menyiratkan akan kesedihan yang mendalam.“Maaf Neng, Mbok hanya mengikuti perintah Tuan Ardin yang ingin kalian mempunyai keterikatan agar Neng Aluna enggak jadi berpisah, maksud Tuan Ardin sebenarnya baik Neng, beliau sangat sayang sama Neng Aluna, tolong jangan terlalu menyalahkannya, Tuan Ardin baru saja sembuh, jangan sampai jantungnya sakit lagi,” bujuk Mbok Asih mengingatkan.Aluna terdiam. Bingung mungkin itu yang ada di pikiran Aluna sekarang, ingin marah, kesal tapi mengingat malam panas yang mereka lakukan meskipun Aluna merasakannya tapi juga membuat Aluna dilema. “Kita memang sudah melakukan malam pertama kita tapi kita sama-sama tahu kalau apa yang terjadi semalam karena keterpaksaan. Papa sudah memberikan sesuatu di minuman kita, jadi itu bukan murni dari aku atau kamu yang menginginkan, bahkan cukup sekali aku menyentuhmu.”Kalimat itu masih terniang-niang dalam ingatannya, otomatis Ard

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    40. Jangan Sentuh Istriku!

    Aluna terkejut dan bahagia saat melihat apa yang diberikan oleh Rayhan, sebuah kaki palsu. Dia menutup mulutnya, merasa tak percaya ada yang membelikan kaki palsu untuknya. Sedangkan suaminya tidak peduli dengan hal itu mungkin karena tidak ada rasa cinta dan menganggap orang asing di rumah itu. “Mas, tapi ini?” Aluna bingung harus mengatakan apa, yang jelas hatinya sedang bahagia saat ini karena dia ingin sekali mempunyai kaki palsu untuk menunjang aktivitasnya. “Pakailah Lun, aku hanya ingin melihatmu tampil sempurna dengan kaki palsu itu, agar kamu tidak mendengar setiap orang mengatakan kamu cacat lagian jika kamu memakai kaki palsu itu kamu juga mudah melangkah pergi ke mana-mana tanpa tongkat kaki lagi,” jelasnya lagi.Dengan wajah semringah, Aluna tidak sabar untuk segera memakai kaki palsu itu di hadapan Rayhan. Bahkan Rayhan membantunya. Terlihat intens membuat Ardan semakin panas melihat mereka. Hatinya bergemuruh rasanya ingin sekali menonjok wajah Rayhan agar tidak datan

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    41. Ulang Tahun Pernikahan

    Aluna bengong setelah mendengar perkataan suaminya sendiri. Entah apa yang terjadi sebenarnya, bukankah dia yang ingin segera mengakhiri pernikahan ini tapi kenapa sekarang dia malah marah dengan Aluna?Wanita cantik itu berpikir sejenak sebelum dia melangkah masuk dan bertelanjang kaki. Terlihat sangat sempurna. Meskipun jalannya sedikit kaku tapi dia tetap bahagia menerima hadiah terindah baginya. Mbok Asih dan Sarah ikut bahagia melihat majikan kesayangannya itu bisa berjalan normal meskipun memakai kaki palsu. Mereka saling berpelukan lalu mengantarkan Aluna ke meja makan. Rayhan begitu antusias saat melihat wanita yang dia kagumi itu muncul dengan mencoba melangkah, ternyata langkah itu membuat Rayhan dan Ardan terhipnotis. Ardan pun tak menyangka kaki palsu yang diberikan untuk Aluna ternyata menyita perhatiannya untuk mengagumi istrinya sendiri. “Dia sangat cantik! Benarkah dia Aluna istriku yang sering aku hina karena cacar?” tanya Ardan dalam hati tapi matanya tidak lepas d

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    42. Cantik

    Karena merasa gugup Aluna pun menyetujuinya dan menerima uluran tangan Rayhan. Masih terasa dingin tapi Rayhan berusaha untuk menenangkan hati Aluna. Mereka pun keluar dari kamar diikuti oleh Mbok Asih dan Sarah yang setia menemani sampai mereka menyusuri anak tangga nantinya.Sementara itu Ardan masih dikerumuni oleh para wanita cantik dan seksi. Bahkan para teman-teman Ardan yang juga membawa para istri mereka yang terlihat cantik dan seksi. Kadang teman Ardan sering mengejeknya karena mempunyai istri yang cacat. “Kamu pasti sangat bahagia sekali hari ini karena ulang tahun pernikahan kalian bertahan sampai dua tahun, selamat ya Ardan, tapi apakah kamu tidak jenuh melihat istri cacat setiap hari? Bahkan kamu belum saja memiliki anak.” Bimo salah satu teman Ardan yang suka mengejek Ardan. Mau tak mau Tuan Ardin mengundangnya karena ayah mereka adalah rekan bisnis. Begitu juga yang lain netral semua adalah teman Ardan sekaligus ayahnya rekan bisnis Tuan Ardin. “Dia itu enggak bisa

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    43. Lagu Kenangan

    Ardan lalu memaksa Aluna berdansa dengannya. Mereka saling menatap satu sama lain. “Kenapa kamu sangat menyukai berdansa dengan Rayhan dan tidak menolaknya sama sekali saat tubuhmu dipegang oleh dia, lebih erat seperti ini?” Ardan mengeratkan pelukannya sehingga wanita cantik itu agak sulit bergerak. Aluna menatap diam, tapi seketika wajahnya tersenyum. “Sepertinya ada cemburu nih, kenapa kamu tidak suka, sedangkan kamu saja bebas melakukan apa saja dengan wanita lain bahkan di rumah ini pun kami berani memperlihatkan kemesraan kamu, aku enggak masalah, tapi ....” Aluna tidak bisa melanjutkan kalimatnya saat Ardan langsung melumat bibir Aluna. Seketika mereka menjadi pusat perhatian. Rayhan yang melihat adegan romantis itu langsung menjauh meninggalkan keramaian di sana. “Tersenyumlah, apa susahnya sih, perlihatkan kalau kita adalah pasangan romantis,” sungut Ardan setelah melepaskan ciumannya.Mau tak mau Aluna mengikuti permintaan Ardan yang memang sekarang ini semua mata ter

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    44. Delia Hamil

    Ardan mendaratkan sebuah tamparan keras. Bimo yang tidak terima pun membalasnya, hingga mereka terlibat dalam perkelahian. Suasana semakin ricuh. Para tamu undangan yang lain berusaha melerai mereka, ada juga yang hanya menonton atau pun mengambil gambar mereka. Rayhan yang mendengarkan ada keributan ikut membantu melerai mereka. Ardan dan Bimo saling adu kemampuan meskipun akhirnya Ardan lah yang menjadi pemenangnya. Bimo tersungkur dan tubuhnya sudah lelah berkelahi dengan Ardan. Bimo tidak mau mengambil resiko karena dia tahu kalau ayahnya yang akan membereskannya. Dengan menahan rasa sakit Bimo segera pergi dari acara itu bersama istrinya, begitu juga dengan teman yang lainnya. Tuan Ardin menampar wajah Ardan di depan orang banyak, karena malu dengan rekan bisnisnya yang melihat kejadian itu. Rayhan pun mempersilahkan para tamu undangan untuk segera pergi dan mengatakan kalau acaranya telah selesai. Para tamu undangan memakluminya dan tahu sifat Tuan Ardin dan Ardan, mereka sa

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    45. Ardan Serba Salah

    Suasana di meja makan terasa hening. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang bersahutan.Semua tampak hadir di meja makan, termasuk Delia yang ikut sarapan pagi. Tuan Ardin tidak memedulikan kehadirannya meskipun sangat jelas ada wanita itu yang duduk berdampingan dengan Ardan. Rasa canggung dia rasakan. Semenjak kejadian malam itu Ardan tidak tidur di kamar Aluna melainkan tidur di kamar tamu.Tuan Ardin melihat kursi yang sering ditempati Aluna kosong, di mana orangnya? “Mbok, di mana Aluna? Apa dia sakit?” tanya Tuan Ardin sedikit khawatir. “Biar Ardan panggil, Pa!” usul Ardan seketika.“Tidak usah, buat apa? Kamu lebih baik memperhatikan calon istri kamu yang baru itu, tidak perlu mengkhawatirkan Aluna!” bentaknya seketika.Ardan terdiam dan kembali duduk dengan perasaan bersalah. Tak lama kemudian ponsel Tuan Ardin pun bergetar, dia langsung mengambilnya dan melihat siapa yang memberikan pesan tersebut. Senyumannya mengembang

Bab terbaru

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    122. Aku Mencintaimu Aluna

    Naya bangun dan melihat Ardan sedang menutup matanya. “Apakah Abi sangat kelelahan sehingga di jam seperti ini masih bisa beristirahat?” gumamnya dalam hati sambil menatap kearah Ardan. Naya beranjak dari tempat duduknya dengan perlahan-lahan lalu sampai lah dia di sofa tempat Ardan duduk dengan posisi sang masih sama. Muncul dalam pikirannya untuk bisa meringankan masalah yang dihadapi olehnya. Gadis kecil itu pun berinisiatif untuk memijat kening Ardan dengan tangan kecilnya. Ardan pun belum menyadari siapa yang telah membuatnya sedikit rileks. Dia beranggapan kalau itu adalah tangan Aluna. Ardan pun mengingat masa lalu saat tanpa disuruh Aluna langsung memijat kening Ardan begitu lembut. Awalnya menolak karena menjaga gengsi tapi lama kelamaan pijatan itu semakin terasa enak dan membuat Ardan tertidur. “Luna?” panggilnya seketika dan mengagetkan Naya yang sedang memijit keningnya. Mata Ardan melotot seperti hampir keluar dari tempatnya. “Na—naya?” Ardan masih tidak percaya

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    121. Minta Izin

    Wajah imut menggemaskan membuat pria tampan itu tidak bosan memandangnya. Baru kali ini Ardan bisa melihat putri kandungnya terlelap dalam mimpi. Dia pun tak menyangka jika telah dianugerahi dengan buah hati yang cantik dan sholehah. Seketika lamunannya tersadar bagaimana dia bisa sampai disini, apakah hati Aluna sudah mencair karena mau mengizinkan putrinya bersama ayah kandungnya sendiri?“Anaya? Dia di sini juga? Apa Dena sudah meminta izin untuk membawanya ke sini?” tanya Ardan kembali terkejut.“Nggak Pi, soalnya hari Tante Luna tidak masuk mengajar dia sibuk dengan orderan, kata Naya sih. Tadinya juga Naya nggak dijemput makanya Dena bawa saja ke sini,” jelasnya.“Jadi Tante Luna tidak tahu dong kalau Anaya ada di sini?”“Iya Pi.”“Gawat ini Dena, kenapa kamu tidak beritahu Tante Luna, kamu kan bisa menghubunginya?” Ardan begitu panik karena Aluna akan marah besar dan akan menuduh kalau Ardan lah yang merencanakan semuanya. “Papi lupa ya ponsel Dena kan sama Papi dan sekarang

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    120. Masa Lalu

    Mengingat masa lalu itu Ardan semakin marah. Apalagi dia menyalahkan Tuan Ardin atas semua yang terjadi. Menurut Ardan seandainya Tuan Ardin mengatakan siapa Aluna sebenarnya tentu tidak akan seperti ini.Hubungan antara ayah dan anak itu pun menjadi renggang, akan tetapi Ardan masih peduli dengan Tuan Ardin sehingga masih mau merawatnya sampai sekarang ini. Pria tua itu kini kembali sakit-sakitan karena terus memikirkan Aluna. Sedangkan Ardan antara marah dan merasa bersalah karena dirinya sendiri yang tidak peka dengan Aluna.“Kenapa Papa menyembunyikan hal sebesar ini? Kenapa Pa? Dan Aluna kenapa juga tidak memberitahukan kalau dia yang telah menolongku dari kecelakaan, bahkan kakinya menjadi korban karena aku! Aku memang tidak bisa melihat kebaikan Aluna, bahkan dia rela bertahan selama dua tahun dari keluarga ini padahal dia sudah banyak membantu. Aku tidak bisa diam begitu saja, aku harus mencarinya tapi di mana? Sedangkan nomor ponselnya saja sudah tidak aktif dan menyuruh or

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    119. Tertidur Di Kantor

    Lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah gedung menjulang tinggi. Naya sampai tertegun saat melihat gedung dan sekitarnya yang begitu indah di pandang mata. Pak supir menurunkan mereka di halaman parkir. Dena yang sering pergi ke kantor ayahnya sudah terbiasa untuk keluar masuk di gedung itu. “Sungguh ini kantor Abi? Tinggi sekali? Apakah banyak orang di dalam sana?” tanya Naya dalam hati begitu takjub melihatnya.Dena memperhatikan Naya yang begitu lugu melihat bangunan itu. “Apakah kamu tidak pernah melihat gedung-gedung seperti ini?” tanya Dena bingung. “Pernah lihat tapi hanya di televisi. Ini sungguhan kan?” Naya begitu bersemangat untuk mengitari pemandangan itu. “Ya iyalah, masa mainan. Ayuk, kita masuk!” “Tunggu Dena!” panggilnya lagi.“Ada apa, Naya?” Naya berlari kecil menghampiri Dena yang telah jalan duluan. “Memang anak kecil seperti kita boleh masuk ke sana , nanti kalau diusir bagaimana?” tanya Naya meragukan.“Naya sayang, kantor ini milik P

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    118. Naik Mobil Mewah

    Mendengar ucapan Bu Nia Aluan pun terkejut. Bu Nia kembali menjelaskan kalau Dena sendiri yang berinisiatif membawa Naya ikut dengannya, karena sampai di kantor Ardan pun terkejut dengan kedatangan dua gadis kecil itu ke kantornya. Setengaj jam yang lalu ....Bel sekolah telah berbunyi yang menandakan mereka pulang sekolah. Anak-anak berlarian ke luar mencari penjemput mereka. Hanya Naya dan Aluna yang belum terlihat. Meskipun Naya tahu kalau hari ini Umminya sedang sibuk dengan pesanan orderan yang semakin meludak. “Naya, kamu belum dijemput ya?” tanya Dena polos.“Iya, mungkin Ummi lupa kalo jemput Naya,” sahutnya sedikit kecewa.“Dena juga belum di jemput, hari ini. Papi juga sibuk pasti papi tidak menjemput Dena .”“Nasib kita kok sama ya?” tanya Naya menatap sendu.“Kita tunggu di luar yuk!” ajak Dena kembali bersemangat.“Oke!”Mereka pun melangkah pergi untuk sampai di depan gerbang sekolah. Pak Agus melihat mereka berdua saling berpegangan tangan “Kalian berdua belum dije

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    117. Di mana Naya

    Hari-hari berlalu dijalani oleh dua keluarga yang berbeda. Dena semakin akrab dengan Naya. Mereka begitu lengket bagaikan prangko, selalu bersama-sama. Dena pun memang tak pernah lagi ikut menertawakan Naya jika dia kena di bully malah Dena yang akan membela Naya jika asa yang berani mengganggu Naya. Aluna semakin sibuk dengan urusan warungnya karena semakin hari semakin banyak orderan yang datang untuknya. Aluna sampai kewalahan untuk mengatasinya sehingga Ardan pun memperkerjakan karyawan tetap untuk membantu Aluna. Ya berkat Ardan yang melobi ke sana kemari untuk memperkenalkan masakan Aluna sehingga banyak yang ingin mencobanya, ada juga yang memesan tiap hari untuk dijadikan menu makan mereka di kantin.Aluna menolak uang pemberian Ardan. Dia berdalih untuk kebutuhan Anaya tapi Aluna tidak mau memakai uang itu dan mengembalikannya kepada mantan suaminya itu. Ardan berpikir keras untuk bisa membantu perekonomian Aluna, sehingga timbul ide untuk membuat warung Aluna semakin dike

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    116. Perubahan Sikap

    Naya memperhatikan wajah pria itu lebih dekat lagi. Wajah yang sempurna dan memang mempunyai kemiripan dengan Naya. “Abi memang sangat tampan pantas saja banyak yang menyukai Abi, tapi apakah Abi juga banyak pacar? Buktinya Abi dulu tidak menyukai Ummi karena Ummi cacat, dan sekarang Abi kembali dan ingin mengajak kami untuk hidup bersama. Naya Ingin sekali mempunyai keluarga yang utuh. Naya ingin memeluk Abi. Naya ingin mereka tahu kalau Naya masih mempunyai Abi tapi bagaimana dengan nasib Dena? Apakah dia akan membenci Naya jika dia tahu Nayalah putri kandungnya bukan Dena,” gelisahnya dalam hati.“Apakah Naya tidak merindukan Abi dan apa yang dikatakan Ummi tentang Abi Naya?” desak Ardan ingin mengetahui apa saja yang diajarkan oleh Aluna. “Awalnya iya, Naya kan nggak pernah melihat wajah Abi Naya, tapi setiap Naya bertanya di mana Abi Naya Ummi langsung terlihat sedih. Dari situ Naya nggak akan pernah bertanya lagi tentang jika membuat Ummi menangis,” jelasnya panjang lebar.De

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    115. Pendekatan

    Ardan langsung melepaskan Aluna karena dia juga tidak mau akan terjadi sesuatu hal dengannya dan Naya.“Maaf Lun, aku hanya ....” ucapan menggantung saat Aluna langsung bertanya tentang kondisi papanya. “Bagaimana kondisi papa apakah beliau baik-baik saja?” akhirnya Aluna juga penasaran dengan kondisi kesehatan mantan mertuanya itu. “Alhamdulillah untuk saat ini baik-baik saja. Papa tidak bekerja lagi di perusahaan, kini aku yang mengambil tanggung jawab itu. Ternyata apa yang papa lakukan di perusahaan aku baru menyadarinya kalau tanggung jawab papa semasa itu sangat berat, aku baru menyadari semuanya,” jelas Ardan pelan.Aluna kembali duduk diikuti oleh Ardan. Dia senang akhirnya Aluna mau mendengarkan keluh kesahnya. “Alhamdulillah akhirnya kamu bisa berubah, Mas. Kamu mengambil tanggung jawab dengan benar. Berarti permintaan papa sudah kamu turuti,” sahutnya tersenyum lega jika mantan mertuanya masih sehat.“Nggak semuanya Lun, ada satu permintaan yang belum bisa aku turuti,”

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    114. Permintaan Maaf Dena

    Aluna pun melihat sekelilingnya dan benar memang masih banyak pembeli yang ingin dilayaninya.“Maaf, tapi tidak bisa lama-lama karena warung masih ramai atau mau menunggu sebentar, saya nggak bisa meninggalkan mereka?” bujuknya karena memang masih terlihat ramai. “Tante, Dena juga harus istirahat, kami juga belum pulang ke rumah kecuali kami boleh menginap di rumah Tante, boleh kan?” Dena begitu bersemangat. “Tidak!” jawab lantang Naya hampir sebagian orang melihat ke arahnya.Aluna tak enak hati jika dilihat banyak orang. Mau tak mau Aluna membawanya ke rumah yang terletak di samping warungnya. Mereka pun duduk di teras rumah. Sedangkan Naya tetap berdiri di samping Aluna yang sudah duduk bersama Ardan dan Dena. Ada sedikit rasa canggung untuk bisa duduk bersama apalagi jarak duduk mereka tidak terlalu jauh. Ardan tak lepas memandangi terus wajah Aluna sehingga wanita cantik itu pun bersemu merah. Dena yang tidak mengetahui apa-apa pun sedikit merasa curiga dengan gerak tubuh pa

DMCA.com Protection Status