Share

Monica Celaka

Author: Ri III
last update Last Updated: 2024-12-20 21:51:34

"Apa ini?"

Sepagi ini Monica sudah memberikan surat pernyataan pengunduran diri. Rasanya ia jijik melihat wajah Nathan. Jika hanya karena perselingkuhannya dengan Maira tidak masalah, tapi ini karena ucapannya yang sudah keterlaluan.

Rasanya jika terus berpapasan dengan Nathan, hanya membuatnya semakin memupuk benci. Ia tahu misinya untuk membantu Arini, tapi ia rasa cukup, dan Monica harus pergi.

"Apa alasanmu?"

Monica tak menjawab dan langsung keluar dari ruangannya. Ia pergi tanpa membawa banyak barang, hanya ponsel, uang, dan juga kartu kredit yang penting dibawa ke mana-mana.

Sepanjang jalan Monica hanya menangis. Ia hanya mantan pelacur, tapi tak berarti dirinya dianggap kotor terus menerus saat dirinya sudah berusaha memperbaiki diri.

"Diar! Apa yang kau lakukan? Anak sialan! Pembunuh, tidak berguna. Buang mimpimu dan pergi ke ladang! Jangan menyusahkanku dan hanya menumpang makan di sini."

Suara makian Budi terus saja terngiang di kepala. Membuatnya semakin mempercepat laju k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Monica Kritis

    "Diar!" Monica terjaga, sekelilingnya hanya hutan luas, banyak kupu-kupu beterbangan dengan riang, sekawanan burung juga terbang bahkan salah satunya hinggap di kepala Monica, dan membuat wanita itu terjaga. "Diar, sini!" Monica menyapu sekeliling, tak ada siapa pun. Seingatnya ia berada di jalanan dan mengalami kecelakaan, tapi sekarang malah menatap bingung juga keheranan. "Di mana ini?" lirihnya hampir tak terdengar. Sepasang kaki melangkah, sementara suara yang memanggil dirinya tadi berusaha ia abaikan. Dari mana ia tahu nama itu. "Jangan takut, Diar! Ibu di sini." Mendengar itu Monica jadi tertarik, ia menoleh dan mencari sumber suara, tapi suara itu mendadak berhenti. "Apa aku sudah mati?" "Belum, anakku. Kau hanya tersedat, kemari, Sayang!" "Di mana kau?" "Ikutilah burung itu!" Monica menoleh ke arah kawanan burung, meski ragu tak membuatnya urung untuk tak mengekori. Monica terus melewati banyak pohon besar, rumput dan ranting berduri sepanjang jalan ia lewati.

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Jatuh Miskin

    Matanya terjaga, ruangan serba putih lagi dan bau khas rumah sakit yang membosankan, mengapa ia selalu berakhir di tempat seperti ini. Monica membuang napas berat, perban di kepala sedikit mengganggu. Ia teringat kembali mimpinya, mungkin jika ia ikut masuk bersama Arumi, dirinya pasti berakhir di dalam peti mati, entah. Derap kaki terdengar mendekat, ekor matanya menangkap keberadaan Nathan. Refleks ia berbaring membelakangi. Mengapa dunia sesempit ini, terus saja mempertemukan dirinya dengan orang yang sebenarnya tak ingin ia temui. "Maaf." Satu kata tak membuat Monica bergeming, bahkan sekedar berbicara saja ia malas. Lelah rasanya jika akan berakhir dengan perdebatan. Nathan masih senantiasa berdiri, sedikit menjaga jarak sebelum Monica melemparinya dengan semua benda yang ada di atas nakas. "Mungkin maafku tak penting. Tapi, keberadaanmu penting bagiku, Monica. Kau sejauh ini sedikit membuatku sadar akan satu hal," lanjutnya kemudian. Monica sengaja tak menghubris, toh

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Rencana

    Beberapa hari di rumah sakit membuat Monica jenuh, Nathan langsung mengambil keputusan untuk membawa Monica pulang sebelum istrinya itu berubah pikiran. Di rumah Monica bersikap layaknya orang asing, tak ingin berbicara, dan langsung masuk ke dalam kamar, mungkin saja ia lelah, pikirnya. Sementara Nathan seperti biasa melepas rindunya dengan mengunjungi kamar Arini. "Sayang, bagaimana kabarmu hari ini? Oh iya, aku punya kabar gembira, besok dokter akan kembali untuk mengecek perkembanganmu, ku harap semua berjalan lancar dan kau segera pulih." Arini hanya mendengarkan dan mulutnya yang sering terkatup rapat. Entah, setelah berpikir panjang, ia memilih menyerah dengan suaminya, membuang cibta Nathan yang sepertinya bercabang. Arini sudah lelah, ucapan Monica ada benarnya, ia yang terlalu bodoh karena mempertahankan Nathan. Jelas pria itu belum bisa menentukan pilihan, antara dia, Monica, atau Maira. Sebaiknya ia pergi, ada Monica yang akan membantunya pergi dari sini untuk mencar

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Bimbang

    Suara langkah kaki menggema di sepanjang koridor kantor. Beberapa hari ini Monica sudah menjalani aktivitas seperti biasa sebagai asisten pribadi suaminya, tak terhitung berapa banyak karyawan yang dikeluarkan dengan cara tidak terhormat karena sikap mereka yang ceroboh. Yuan benar-benar tak ada kapoknya menyuap orang, bahkan mata-mata itu sengaja dibayar itu merayu dirinya. Ironis, mereka salah memilih lawan, bagai kucing dan tikus, tentu saja tikus akan koyak dimangsa kucing. "Coba lihat! Ini rekomendasi sampel produk baru. Menurutmu mana yang lebih menarik?" Nathan menatap Monica yang kini fokus dengan banyak pilihan di layar, ia kemudian tertuju pada gambar sebelah kiri. "Alasannya?" "Lihat warnanya yang segar seperti bunga sakura, juga desainnya yang lebih unik dari yang lain. Sekali pun ini hampir terlihat sama, tapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit berbeda dari yang lain." Nathan manggut-manggut mengerti. Ia salut dengan Monica yang bisa belajar dengan cepat. "Sekar

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Ada yang Pergi dan Kembali

    "Aku berangkat lebih awal." Nathan menatapnya heran di meja makan. Monica hanya menghabiskan satu roti tawar dan juga susu, seperti terburu-buru, bahkan tak ingin berangkat bersamanya seperti sebelum-sebelumnya. "Tunggu! Aku akan selesai sebentar lagi." Nathan berusaha menahan, tapi Monica sudah berlalu secepat kilat. Baru saja Nathan meraih tas kerjanya untuk menyusul Monica, suara teriakan pelayan membuatnya terkejut. "Tuan, nyonya Arini!" Mendengar nama Arini disebut, akhirnya ia abai pada Monica dan berlalu ke lantai atas. Nathan dibuat tercengang ketika melihat Arini terduduk di ranjang dan menatapnya sembari tersenyum. "Arini?" Nathan berlari mendekat dan memeluk erat istrinya penuh cinta, ia mengecup pipi dan rambut wanita itu berulang kali. Air mata jatuh di pelupuk mata, rona kebahagian terpancar begitu saja. Akhirnya usahanya tak sia-sia, Arini sudah puluh dan kembali ke kehidupannya. "Sayang, akhirnya kau sadar. Maaf jika aku selama ini melakukan banyak kesalahan,

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Nathan Arini 18+

    Di bawa lampu remang-remang pasangan itu menjalin cinta yang sempat berjatak. Tak ada oagi cambukan, luka sayatan, atau tangis kesakitan. Semua berjalan sesuai keinginan.Lenguhan nikmat keluar dari bibir mungil Arini, ketika miliknya tersentuh jemari nakal milik Nathan. Pria itu benar-benar memanjakan dan ingin memuaskan dirinya. Bahkan saat menyamar menjadi Monica, ia tak merasakan hal senikmat ini sebelumnya.Jari itu bergerak cepat, mengorek keluar masuk miliknya, membuat netra hitamnya menghilang penuh kenikmatan. Suara seksi yang dikeluarkan Nathan juga tak kalah menggoda.Cukup lama jari kekarnya bermain di sana, sementara Arini hanya bisa meremas kasur untuk menahan agar desahannya tak terlalu keras."Mendesahlah sayang! Aku suka mendengarnya."Akhirnya desahan itu tak lagi ia tahan, sesuatu rasanya ingin keluar dari bawah sana, membuatnya memohon agar Nathan berhenti. Tapi pria itu lebih tahu apa yang harus ia lakukan tentunya. "Sayang, rasanya aku ingin buang air kecil."Na

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Kembali ke Desa Bunga

    "Hentikan kebohonganmu atau kau akan mati di sini!" Maira terkejut dengan reaksi yang diberikan Nathan, pria yang biasanya dengan mudah ia rayu kini mendorongnya dengan kuat. Arini yang melihat itu tertawa mengejek, kemudian menggamit lengan suaminya dengan mesra. "Kita akan terlambat jika terus meladeni dia," ujar Arini. Nathan menatap dengan kemarahan oada Maira, jelas sekali wanita itu berbohong, ia ingat saat itu dirinya bahkan tak mengeluarkan apa pun ke miliknya. "Bawa dia dan pastikan dia tak lagi mengusik keluargaku!" titah Nathan tegas. "Nathan, dengarkan aku! Kau akan menyesal karena sudah bersikap sekejam ini padaku. Nathan, Nathan!" Arini dan Nathan menghilang bersama mobilnya. Sepanjang jalan Nathan terus berusaha menjaga kestabilan emosi istrinya. Wanita itu baru saja sembuh, ia sama sekali tak ingin membuat kesalahan yang akan memperparah kondisi istrinya lagi. Sudah cukup, karena untuk mencari pengganti Arini pun sulit, saat sebelumnya Monica memutuskan p

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Arini Saudaraku?

    "Jadi, saudari kembar ku ada bersama Yuan?"Budi melebarkan pupil, bagaimana bisa putrinya mengenal Yuan, sementara ia belum menceritakan semuanya."Dia wanita yang baik, saat ayah punya pemikiran untuk membuang kalian, dia datang sebagai sahabat ibumu untuk mengurus saudarimu sampai saat ini," terang Budi membuat putrinya mengerti."Baik apanya? Dia hampir membuat Arini mati. Aku yakin perempuan itu pasti punya dendam pribadi sampai mengadopsi Arini." "Berhenti menyebutnya baik! Dia wanita jahat yang selalu membuat Arini menderita. Asal ayah tahu, Saudariku koma bertahun-tahun karena ulahnya, dia dan anak-anaknya itu penjahat yang tak bisa diampuni. Jika tahu begini, sudah lama aku patahkan saja kaki Yuan."Budi semakin tak mengerti maksud putrinya. Ia menatap Monica yang sedang dikuasai amarah. Pantas saja Monica seperti merasa tidak asing ketika bersama Arini, juga bisa merasakan kesakitan yang dirasakan Arini, ternyata semua sudah terjawab."Sebentar! Ayah tidak memahami apa maks

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Akhir Segalanya

    "Di mana Adam?" William baru saja masuk rumah, padahal ia sudah sengaja pulang saat malam semakin larut, tapi ternyata Arini belum juga tertidur. Matanya sembao seperti baru habis menangis. "Dia pasti sibuk dengan urusannya, Sayang." William mencoba berkelit seperti tak tahu apa pun. "Katakan di mana Adam! Apa dia masih berani menunjukkan muka setelah apa yang ia lakukan?" William terdiam. Ia yakin cepat atau lambat kabar ini akan tersebar. Arini terduduk di sofa dengan tatapan kosong. Ibu mana yang tak sakit hati ketika tahu, bahwa putranya melakukan kejahatan. "Aku sudah membesarkan pembunuh," lirihnya sedih. Air mata yang sejak tadi kering perlahan turun dan membasahi pipi. "Monica begitu menjaga dan melindungi aku dari bahaya, tapi aku malah melahirkan pembunuh untuk mencelakai putranya. Ibu macam apa aku ini?" William mendekat dan mendekap Arini penuh sayang. "Padahal sebentar lagi Allea akan menikah, tapi ketika mendengar kabar Adam menjadi pembunuh yang hampir membuat

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Di asing kan

    William yang saat itu berada di laboratorium, mengecek sidik jari yang mereka temukan, tidak menyangka jika ternyata sidik jari itu milik Adam. Akhirnya tanpa membuang waktu, ia segera menghubungi Nathan dan Edgard, menceritakan semuanya tanpa mengabari Arini, istrinya pasti akan sangat khawatir dan ia tentu saja tak ingin hal itu terjadi. "Ayah kecewa padamu," lirih William yang seperti kehilangan semangatnya. Adam menatap William yang menunjukkan raut kecewanya yang jelas. "Ayah dan Ibu tak pernah mengajarimu menjadi pemberontak dan pembunuh, kau ditempatkan di posisi paling aman karena ibumu sangat menyayangimu. Sejak kecil, kau dan Allea adalah hidupnya." "Ayah, aku melakukan ini karena iri pada Edward, mengapa ia bisa dipilih menjadi orang paling berpengaruh sementara aku tidak?" William membuang napas berat. "Itu hak kakekmu, dia yang pebih tahu siapa yang paling kuat dan tangguh, tapi bukan berarti dirimu tidak mampu. Aku, ayahmu pernah mengajukan dirimu sebagai cucu pal

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Iri Dengki

    "Apa maksud semua ini, hah? Jujur, paman pasti kecewa ketika tahu siapa dalang di balik semua ini." Pria yang ternyata adalah Adam itu tertawa jahat, ia bersusah payah berdiri, menatap Edward yang sepertinya syok, tapi Adam tak peduli. Ia jujur sangat membenci Edward. "Bibi dan paman adalah orang baik, mereka tak pernah gagal dalam mendidik dirimu. Kenapa harus berjalan menjadi musuh? Jika kau memang tertarik dengan dunia misi, harusnya mengajukan diri menjadi satu kelompok yang utuh, bukan malah menjadi musuh. Aku tak ingin ada pertumpahan darah di keluarga kita, Adam." "Diam kau munafik! Apa kau tak sadar jika semua ini bermula dari dirimu?" Edward semakin kebingungan, ia heran mengapa bisa Adam berpikir seperti itu, padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja. Adam si sibuk kerja menjadi arsitek muda, sampai jarang memiliki waktu bersama keluarganya. Tiba-tiba jadi seperti ini. "Kau yang berhasil menjadi pusat perhatian, keamananmu sangat dijaga, bahkan ayahku sangat meli

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Siapa Max?

    "Sial! Edward sok pintar itu selalu bisa menemukan celah. Tidak! Dia pikir akan mudah menangkapku?" Pria dengan topeng perak itu duduk di kursi, sebuah ruangan temaram dengan banyak layar monitor di sekitar menjadi tempat paling nyaman, tempat di mana tak satu pun orang yang berhasil mendeteksi keberadaannya. Tapi telepon milik salah satu anak buahnya tidak sengaja menunjukkan poisis terakhirnya saat ini. Pria yang dikenal sebagai Max itu sudah mempersiapkan ini sejak awal, ia memiliki banyak tempat pelarian, dan ia yakin sepintar apa pun Edward, tidak akan bisa menemukan dirinya dengan mudah. Pundi-pundi rupiah dan emas batangan menumpuk di mana-mana, hampir semua titik menjadi tempat persembunyian uang hasil penjualan organ manusia, dan itu ia lakukan dengan rapi sekali. Sayangnya beberapa kacungnya ceroboh, hingga mampu terendus oleh hidung tajam Edward. "Aku memang memiliki banyak kesempatan untuk membunuhmu, tapi aku tidak melakukan itu sekarang." Kedua tangannya mengepal k

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Otak Sesungguhnya

    "Ngga bisa dibiarkan! Ali just my mine, not her. Argh, shit!" Bianca sibuk memaki. Napasnya sesak, sedari dulu ia memang menginginkan Ali, melakukan seribu satu cara untuk mendekatkan diri dengan Aliando, tapi nyatanya sejak masuk di bangku kuliah, Allea dengan lancang masuk ke hati Ali, gadis sialan itu bahkan mencuri perhatian orang tua Ali, jalannya begitu mulus, sekali pun ia menghasut agar Allea dibenci, tapi dokter cantik itu seperti tak memiliki celah untuk membuktikan keburukan Allea. Bianca pulang dengan rasa kesal, di kamar ia meminum banyak pil dengan asal, atanya berkunang-kunang, bayangan masa kecil dengan puing-puing kenangan bersama Ali berputar di benaknya. Mata hingga pipinya basah. Ia memang bisa mendapatkan segalanya. Harta, kecantikan, perhatian kedua orang tuanya, tapi ia ditakdirkan memiliki penyakit kronis yang membuatnya harus bergantung sepenuhnya pada obat-obatan, bahkan menjadikan Ali semangatnya untuk sembuh. Selama ini berusaha kuat dan sehat, karena

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Inikah Cinta

    "Konsep pernikahannya bagus, ya." Allea dan dokter muda bernama Aliando duduk di sebuah meja yang tak jauh dari tempat Evelyn dan Leo berada, mereka juga melihat langsung keributan yang baru saja tercipta, tapi tak satu pun dari keluarga Evelyn yang turun tangan untuk mengatasinya, mereka memilih berpura-pura buta dan tuli. Lagi pula ini acara sakral Edgard, jika mereka ikut turun tangan membela Evelyn, masalah akan semakin panjang, toh semua masalah sudah selesai dengan cepat karena Evelyn memang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. "Iya, bagus. Jadi, kapan kau siap menikah? Aku akan siapkan konsep pernikahan yang lebih meriah dari ini," balas Ali semringah. Allea membatu sesaat, kemudian menatap ke arah pelaminan lagi, di mana sepasang raja dan ratu sehari itu berada. Ia memang sudah dilamar, cincin terpasang sempurna, tapi untuk menentukan kapan hari pernikahannya sendiri pun ia tak tahu. Allea menyimpan masalahnya sendiri. Padahal ia terlahir dari keluarga cemara, tak ada

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Cemburunya Evelyn

    Semua persiapan pernikahan sudah siap, sesuai dengan pilihan Tasya, bahkan rumah impian Tasya juga sudah ditentukan. Akhirnya hari yang ditunggu Edgard pun datang, ia sudah rapi dengan pakaian formalnya, menunggu dengan gagah, meski sejatinya ia tampak gelisah, sejak melamar Tasya, ia tak melihat bahkan berbicara dengan Edward. Pria itu sedang sibuk dengan misi berbahaya tanpa melibatkan dirinya. Mungkin Edward memang kuat, karena ia adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Sean, hanya saja sekuat apa pun Edward, ia tetap was-was dan memiliki firasat bahwa Edward dalam bahaya, mungkin karena mereka adalah kembar, jadi bisa merasakan kesakitan satu sama lain meski dari jarak jauh sekali pun. "Ayo, Tuan!" Sopir pribadi membuka pintu mobil. Tapi kaki Edgard rasanya berat, ia kembali menghubungi Edward meski nihil. Lokasi kejadiannya pun ada di sebuah pulau, bagaimana bisa William dan Edward berjuang sendirian mencari dalang dari sindikat perdagangan manusia tersebut. "Sepuluh meni

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Menemukan Cinta

    "Jadi, kamu ngerasa jadi Mommy itu melelahkan?"Evelyn mengangguk mantap."Ok, Mommy bahas satu persatu. Jadi ibu itu menyenangkan, bisa mengurus rumah, anak, suami, itu hal yang menyenangkan. Daddy juga ngga pernah maksa Mommy buat ngerjain semuanya, lihat kan Daddy sesekali bantuin. Pernah juga bahkan sering Daddy nyuruh Mommy nyari ART, biar mommy cuman fokus ngurus Daddy sama kalian, tapi Mommy ngga mau. Intinya menikah dan menjadi istri itu menyenangkan. Dulu, Mommy juga ngga bisa apa-apa, yang pintar masak itu Tante Arini, tapi lambat Laun Mommy belajar tapi Daddy ngga pernah maksa."Evelyn masih terdiam menyimak."Intinya yang paling penting adalah, menikahlah dengan lelaki yang tepat, agar rumah tangga tidak menjadi beban untukmu. Dan menurut Mommy Leo baik, Leo pilihan yang tepat, dia juga anak tunggal, dia sayang banget sama kamu. Waktu kamu masih bayi aja, dia pernah nyium pipi kamu, terus ngomong nanti mau kalau udah gede mau jadi suami kamu.""Hah? Masa gitu sih, Mom?""I

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Beban Setelah Menikah

    "Ya Tuhan, Tasya mengirim pesan ini?"Edgard hampir saja terjungkal dari kasur, geraknya terlalu over sampai ia tak sadar diri sudah bergerak seabsurd ini. Edgard memang sengaja pulang lebih awal dan mampir di rumah Edward, saat Tasya pulang. Ia menunggu Edward dengan tidak sabaran. Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan tentunya, dan meminta pendapat bagaimana dengan keputusan besar yang akan ia ambil, apa sudah benar. Kamar Edward menjadi markas ternyaman. Ia membaca pesan berulang kali dan tersenyum senang. Akhirnya kembali membuka file gambar yang hanya berisi foto Tasya. Gadis yang memikat hatinya sejak lama.Suara gemuruh mobil berhenti di depan rumah membuatnya semakin bersemangat, itu Edward, kakaknya yang kehilangan jodoh entah ke mana.Ia sedikit terkejut melihat mobil Edgard terparkir di sana. Akhirnya, pria itu masuk ke kamar, dan sedikit terkejut melihat adik kembarnya tersenyum sendiri sembari menatap kaca."Heh, apa yang terjadi denganmu?"Edgard tak menjawab dan lang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status