Beranda / Romansa / Aku Istri Kekasih Sahabatku / Bab 16 Sahabat Terbaik

Share

Bab 16 Sahabat Terbaik

Penulis: YOZA GUSRI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Menurut kamu gimana, Del?” tanya Utami. Dia menatap meminta jawaban.

Aku tidak boleh menampakan kebimbangan yang terasa dalam benak. Jika ada sedikit keanehan dalam diriku, Utami mungkin akan bisa menebak. Selama ini aku yang menyuruhnya untuk tidak berpacaran. Jadi, aku harus menampakan wajah bahagia.

“Kamu lebih tahu apa yang terbaik untuk kamu. Dari pada pacaran tidak jelas. Memang lebih baik berpikir untuk menuju hubungan yang lebih serius,” ujarku sambil tersenyum tulus pada Utami.

“Kalau begitu, sebentar malam aku akan menghubungi mama dan papa soal ini. Aku belum beritahu ke mereka karena ingin meminta pendapatmu dulu ... Kalau nanti Aksa datang ke rumahku untuk berbicara dengan kedua orangtuaku, kamu datang yaa! Aku ingin di hari spesial itu kamu ada di dekatku.” Utami terlihat serius dalam berkata.

“Sepertinya tidak sopan deh, kalau aku datang saat kalian sedang membahas sesuatu yang penting. Nanti aku ngapain di Rumah kamu? Bagaimana kalau aku datangnya nanti saja? Saat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 17 Perintah Dosen Galak

    “Apasih, Tam. Lepasss!” Aku berteriak karena kini pelukan Utami semakin kencang. Mungkin dia sengaja agar aku merasa kesakitan. Sengaja ingin membuat aku kesal. “Hahaha.” Aku senang melihat Utami yang tertawa puas seperti ini. Dia langsung menarik tanganku untuk berdiri. Kami pun keluar dari ruang kelas. Hari ini hanya ada satu matakuliah. Jadi kami sudah bisa pulang. Dari pada pulang ke rumah dan aku tidak ngapa-ngapain, mendingan aku antar Utami memilih-milih baju, kan? Membantu teman adalah sebagian dari ibadah. Aku dan Utami berjalan menuju parkiran. Sepanjang jalan Utami bercerita dengan wajah ceria. Seakan tidak memiliki satu pun beban dalam hidup. Mungkin karena kehidupan Utami sudah sempurna. Ya, aku belum menemukan kekurangan dalam hidup Utami. Dia kaya, apapun yang diminta, pasti kedua orangtuanya akan kasih. Dia cantik dan memiliki fisik yang nyaris sempurna. Banyak lelaki yang ingin mendapatkannya. Utami berhenti melangkah. Aku pun ikut berhenti. “Del, bukannya tadi Pak

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 18 Tawa Aksa dan Utami

    Kenapa Pak Firman harus memaksaku seperti ini? Dia kan bisa mencari guru les lain. Lagi pula aku juga bukan orang yang sangat pintar di bidang matematika. “Cepat jawab aku, Delisia!” Pak Firman menatapku geram. Mungkin dia sudah jengkel karena lama menunggu, tetapi aku masih diam saja. "Baik, Pak! Aku akan menjadi guru les anak bapak!" ucapku dengan terpaksa dan pasrah. Tidak ada pilihan lain. Kalimat itu memang harus keluar dari bibirku. Tidak mungkin membiarkan kuliahku bermasalah hanya karena berurusan dengan dosen aneh ini. "Okey, dimulai besok sore! Silahkan Keluar!" ujar Pak Firman. Dia lalu kembali menatap laptop dan tidak mempedulikan aku yang masih berdiri di hadapannya. Seriuskah ini? Aku langsung disuruh keluar tanpa berkata terimakasih atau apa gitu. Dosen ini sudah benar-benar kelewatan. Hatinya terbuat dari apa sih? Aku menarik napas dalam dalam lalu menghembuskan. Bibirku bergerak untuk berucap, “kalau begitu aku pamit keluar, Pak.” Lima detik berlalu, Pak Firma

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 19 Tak Dianggap

    Aku hanya diam dan menatap keluar jendela. Hati merasa seperti ada yang aneh jika terus melihat kemesraan Utami dan Aksa. Meskipun tidak bisa dipungkiri, jika perasaan itu tidak bisa hilang hanya dengan melihat keluar jendela mobil. Karena suara mereka yang tetap terdengar di telingaku. “Del, kok kamu dari tadi diam saja?” tanya Utami setelah beberapa detik aku tak mendengar candaannya. “Nggak kok … umm … Gimana, ini kita mau ke butik mana?” tanyaku sambil berusaha menghilangkan kegugupan. Entahlah, aku merasa seperti orang yang ketangkap basah karena kurang nyaman berada di antara Utami dan Aksa. “Sepertinya kita ke Mall saja. Di sana lebih banyak pilihan,” tutur Utami sambil menoleh padaku. “Boleh juga. Aku ngikut aja, terserah mau ke mana,” ujarku sambil tersenyum. Meskipun aku tahu jika Utami tidak melihat. Setelah percakapan itu, aku kembali terdiam. Utami mengajak Aksa cerita dan aku hanya menjadi obat nyamuk diantara mereka. Dari pada melihat kemesraan mereka, aku memilih u

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 20 Dia Mengancamku

    Aku terus berjalan. Sesekali melihat ke seberang jalan, mencari tempat akan berhenti. Sepertinya belum ada tanda-tanda langkah kaki akan istrahat. Tenaga sudah mulai berkurang. Teriknya matahari menjadi saksi lelahnya aku melangkah. Aku sudah berjalan lebih dari tiga ratus meter. Siapa yang akan aku hubungi sekarang? Aku tidak punya teman dekat selain Utami. Saat ini sangat butuh bantuan. Aku tidak tahu keberadaan halte bus di sekitar sini. Tidak mungkin berjalan hingga sampai rumah. Ya Allah, bisakah engkau kirimkan seseorang untuk membantuku. Saat ini aku sangat butuh pertolongan. Aku sudah haus. Keringat membasahi tubuh. Terik terasa langsung menembus badan, karena tidak ada penghalang diantara aku dan matahari. Suara klakson tiba-tiba menghentikan langkah. Aku mengangkat wajah setelah lama berjalan menunduk. Mobil avanza hitam berhenti di sisi jalan. Aku tidak tahu siapa pemiliknya, sebab kaca mobil yang berwarna hitam menyembunyikan sosok di dalamnya. Tidak ingin terlalu lama

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 21 Semua Itu Fitnah

    Aku membalas tatapan Aksa. Aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan lelaki ini. Hampir satu menit, kami saling menatap dengan sorot mata yang tajam. Aku menunggu Aksa melanjutkan ucapannya. Apa lagi yang ingin dia katakan? Mungkin Aksa juga menungguku untuk merespon ucapannya. Tetapi, itu tidak akan terjadi. Aku ingin melihat dan mendengar, sejauh mana dia akan mengatakan kalimat mengancam. “Kenapa kamu hanya diam? Dasar perempuan bisu! Aku tahu, selama ini kamu selalu merayu Utami agar memutuskan hubungan denganku. Apa kamu ingin merebut aku darinya? … Jangan pernah berkhayal, Delisia. Itu tidak akan terjadi … Kamu memang perempuan murahan yang bersembunyi di balik hijab. Aku juga tahu, karena Utami tidak mengikuti yang kamu inginkan, maka dengan licik orangtuamu dan ayahku menjodohkan kita … Aku tahu semua kebusukanmu, Delisia! Jadi, berhenti berpura-pura menjadi perempuan baik-baik di hadapanku! Dan satu lagi, jangan pernah bermimpi untuk hidup bahagia denganku!” Setelah berkat

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 22 Menjadi Guru Les?

    ***Pak Firman sangat keterlaluan. Dia ternyata punya bakat untuk berbohong. Aku merasa terjebak dengan ucapannya. Kalau bukan karena takut mendapat nilai error di matakuliahnya, aku pasti akan pergi dari rumah Pak Firman saat ini juga. Siapa bilang aku akan menjadi guru les? Tidak! Aku bukan menjadi guru les. Pak Firman ternyata menjebakku untuk menjadi babysitter anaknya yang masih berusia tujuh tahun. Apa niat Pak Firman sebenarnya? Aku tidak pernah punya masalah dengannya. Aku juga selalu mendapat nilai tertinggi di matakuliahnya. Aku terus menggerutu dalam hati, meskipun bibir tetap tersenyum dengan tangan yang memegang boneka. Saat ini aku sedang duduk di karpet yang ada di kamar. Menemani Aura bermain. Pikiran kembali melayang pada kejadian dua jam lalu, saat aku masih berada di Kampus. Hanphone tiba-tiba bergetar. Pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Tertera jelas di layar, jika ada pesan masuk dari Pak Firman. Dari mana dia mendapat nomor handpnoneku? Aku langsung membuka

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 23 Si Dosen Sombong

    Aku kembali menelusuri. Kamar Aura dipenuhi boneka berwarna pink. Di atas kasur ada dua boneka yang berukuran lebih besar dari Aura. Terdapat pula rak buku yang berisikan buku anak-anak. Dinding kamar di hiasi gambar boneka doraemon. Lama melihat-lihat isi kamar, pintu kamar mandi pun terbuka. Aura keluar menggunakan handuk yang menutupi tubuh mungilnya. “Aura sudah selesai mandi, sayang?” tanyaku dengan lembut sambil tersenyum. Tidak ada jawaban dari Aura. Dia tetap berjalan menuju lemari pink yang ada di sisi kanan kamarnya, tanpa melihatku. Bibir hanya tersenyum menanggapinya. Sepertinya aku harus butuh kesabaran ekstra menghadapi anak ini. “Mau aku bantu?” tanyaku sambil mendekati Aura. Dia seperti kesusahan mengambil baju yang ada di dalam lemari. “Tidak usah! Aku bisa sendiri!” kata Aura sambil berusaha mengambil baju yang ingin dipakai. Aku tersenyum lembut dengan tangan yang mengusap kepala Aura. Aku tetap berdiri melihat Aura yang kesana kemari mengurus diri sendiri. Aku

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 24 Aku Bukan Perempuan Hina

    Aku berjalan keluar dari gang menuju halte. Dengan hati yang was-was menunggu datangnya bus. Semoga masih ada. Jika tidak, aku akan pulang naik apa? Ini sudah malam. Alhamdulillah, sang pencipta mendengar doaku. Terlihat sebuah bus kota sedang melaju kearah halte. Tanganku memberi isyarat agar bus berhenti. Bus pun berhenti. Seorang pramugara bus membuka pintu. “Mau kemana?” tanya pramugara dengan wajah yang terlihat sudah lelah. “Aku mau ke kawasan Jati Raya. Masih bisa nggak kalau ke sana,” ujarku dengan lembut. “Maaf, kami tidak lewat di sana lagi. Bus ini akan berhenti di Halte Kartani.” “Ya Allah, gitu ya. Apa tidak bisa kalau antar aku ke sana dulu, Kak. Tolong lah! Aku tidak tahu mau pulang naik apa ke Rumah. Uangku hanya cukup untuk naik bus. Tolong lah aku, Kak.” Aku merengek, berharap lelaki di hadapanku ini mengabulkan keinginan. Pramugara diam sejenak. Sepertinya dia tidak tega mendengar rengekanku. Dia lalu mendekati supir. Tidak lama kemudian dia kembali. “Yuk naik

Bab terbaru

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 182. Penyesalan Tak Berujung (Pov Aksa)

    *** "Ternyata hidup selucu ini. Aku tidak pernah menyangka jika Juna akan menikah dengan Utami. Sungguh kejutan, bukan."A ku tersenyum dan berkata lirih dalam mobil. Saat ini aku sedang mengendara menuju restoran milikku. Aku baru saja pulang dari acara pernikahan Juna dan Utami. Tadi mereka terlihat sangat bahagia. Syukurlah Utami sudah melupakanku. Aku senang Juna menikah dengan Utami. Walau bagaimanapun Utami perempuan baik. Dia layak mendapatkan lelaki yang juga baik. Aku rasa Utami pantas mendapatkan lelaki seperti Juna. Aku dan Juna sudah malam bersahabat. Aku tahu bagaimana dia. Yang tidak pantas itu, kalau Utami menikah dengan Rian. Bisa hancur dunia ini. Rian memang baik. Namun, terkadang tingkah konyol dan mulut beracunnya, membuat orang yang berhadapan dengannya kecewa. "Kamu sekarang dimana, Delisia? Sudah satu tahun aku mencarimu. Sudah setahun pula aku tidak mendengar kabarmu. Kamu baik-baik saja kan di sana?" Ketika mengingat Delisia, wajah pasti akan berubah send

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 181. Ucapan Selamat Dari Aksa (Pov Utami)

    Kamu dimana, Delisia. Harusnya kamu ada disampingku hari ini. Aku rindu kamu. Batinku berbicara. Pikiranku masih saja terfokus pada Delisia. Aku kini dihantui perasaan bersalah kepadanya. Aku tidak sepenuhnya merasa bahagia hari ini. Meskipun kini di depanku, seorang lelaki baik sudah memasang cincin di jari manisku. Tetapi ternyata tidak adanya Delisia membuat pernikahanku terasa sepi. Jika saja Delisia ada di sini, aku pasti sangat bahagia. Aku tidak mengundang Tari dan kawan-kawannya. Sedang malas saja menjawab ribuan pertanyaan yang sebenarnya tidak enak didengar telinga. Selama menjauhi Delisia dan berteman dengan Tari, aku tidak benar-benar senang. Bagaimana tidak, setiap saat aku harus mendengar Tari dan gengnya menjelek-jelekan orang. Benar kata Juna, perempuan baik yang layak dijadikan sahabat hanyalah tipe perempuan seperti Delisia. Dia, si perempuan yang tulus berteman denganku dan selalu menegur ketika aku melakukan sesuatu yang salah. "Selamat, Bro. Aku sebenarnya kec

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 180. Sah Menjadi Istri (Pov Utami)

    ***Hari ini, aku akan menjalani pernikahan. Bukan dengan Aksa, tetapi bersama Juna. Ahh, aku akhirnya menerima Juna setelah melihat perjuangannya selama setahun ini. Sebenarnya aku belum terlalu mencintainya, tetapi aku ingin membuka hati untuknya. Juna tidak ingin jika kami pacaran. Akhirnya keputusan ini lah yang aku ambil. Menikah dengannya! "Tam, kamu belum selesai di make-up?" Aku kembali mendengar suara mama. Sudah terhitung tiga kali mama masuk ke kamar ini hanya untuk menanyakan tentang kesiapan.Aku tak perlu menjawab. Mama pasti bisa melihat sendiri, apa aku sudah selesai dimake-up atau belum."Mba, tolong cepat-cepat ya. Acaranya tidak lama lagi akan di mulai," ujar mama pada MUA yang sedang memberi hiasan di atas kepalaku."Mama, jangan disuruh cepat-cepat. Nanti jadinya jelek." Aku berkata dengan suara manja. Mama pun keluar tanpa menggubris ucapanku. Iya sih, acaranya tidak lama lagi akan di mulai, tetapi aku tidak suka di suruh cepat-cepat. Takut hasilnya tidak memua

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 179. Cinta Diam Diam (Pov Utami)

    Keesokan harinya, ternyata Juna menepati perkataannya, dia datang lagi di rumahku. Namun sekarang, aku tidak lagi marah-marah seperti kemarin. Saat asisten rumah mengetuk pintu kamar dan memberitahu Juna ada di bawah, aku langsung keluar, turun dari lantai dua kamarku. Juna tersenyum. Tetapi aku tak membalas senyum itu. Aku rasa tidak perlu ramah padanya. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Juna dengan wajah yang ceria. "Apa saja yang kamu tahu tentang Delisia?" Aku pikir tidak penting menjawab pertanyaan Juna. Sekarang yang paling penting, aku harus tahu tentang Delisia. Juna pasti sudah mendengar semua ceritanya dari Aksa. "Dia perempuan baik. Banyak hal yang sudah dilakukan Delisia untuk menjaga perasaan kamu, Tam. Termasuk menghilang dari kehidupan kita semua. Sampai sekarang Aksa tidak tahu Delisia berada dimana. Kemarin Aksa juga tidak ikut wisuda karena pergi ke Rumah Delisia yang ada di kampung … Orang tua Delisia tidak mau memberitahu tempat tinggal Delisia sekarang.

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 178. Catatan Diary Delisia (Pov Utami)

    Setelah Juna hilang dari pandangan, mataku terfokus pada dua buku diary yang ada di atas meja. Tanganku pun mengambil. Ahh, aku tidak perlu membaca buku ini. Pasti isinya akan sangat menyakitkan untuk aku. Tetapi aku juga penasaran. Memangnya apa sih isinya, hingga Juna memaksaku untuk membacanya? Kalau tidak penting, Juna pasti tak akan membawanya ke sini. Aku pun mengambil. Lalu membawanya ke kamar. Setelah tiba di kamar, aku mengambil diary yang semua halaman dipenuhi tulisan. Aku membuka lembaran pertama. Hari ini seperti mimpi bagiku. Ya Allah, jika ini sebuah mimpi, segera bangunkan aku. Mimpi ini terlalu buruk. Aku tidak tahu jika lelaki yang dijodohkan denganku adalah Aksa, kekasih sahabatku. Bagaimana perasaan Utami jika tahu aku menikah dengan Aksa? Dia pasti akan sangat terluka. Aku tak tahu harus berkata apa padanya. Aku takut Utami membenciku. Di sahabatku satu-satunya. Aku tak ingin kehilangan Utami. Kalau Utami tahu tentang pernikahan ini, dia pasti akan sangat ma

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 177 Juna, Si Lelaki Aneh (Pov Utami)

    "Pulang! Kalau kamu datang ke sini yang untuk menceritakan mereka, membela mereka. Pulanglah! Aku tidak ingin mendengar cerita apapun tentang mereka. Sakit, Juna! ... Apa yang mereka perbuat sangat menyakitiku ... Kenapa selama ini Delisia tidak jujur padaku? Kenapa dia tidak cerita semua ke aku? Dan Aksa, dia selalu bersikap seolah tidak akrab dengan Delisia. Padahal kenyataannya, mereka sudah menikah ... Mereka menikah dan aku tidak tahu!" Aku histeris. Mungkin suaraku dapat di dengar oleh semua asisten di rumah ini. Aku tidak peduli. Mereka pasti sudah tahu jika aku sedang ada masalah. Setelah tadi Juna melepas pelukan, kini dia kembali membawaku dalam pelukannya. Aku terseduh seduh. Sebenarnya ada sedikit rasa tenang saat berada dalam pelukan Juna. Tetapi tidak mungkin aku katakan. Juna pasti akan besar kepala. Lumayan lama berada dalam pelukan Juna. Dia tidak lagi banyak bicara seperti tadi. Mungkin karena tidak ingin melihatku mengamuk lagi. Juna kini melepas pelukan dengan

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 176. Apa Salahku? (Pov Utami)

    *** "Ngapain kamu datang ke sini? Ada keperluan apa?" Saat ini di hadapanku ada Juna. Sudah berulang kali aku melarangnya untuk datang ke sini. Aku tidak ingin bertemu dengannya. Tetapi Juna terlalu keras kepala. Dia tidak mengindahkan perintahku. "Aku mau ngasih ini?" jawab Juna dengan gaya santai. Tampangnya sangat membuat jengkel. "Apa itu? Diary siapa? Sana, bawa pulang! Aku tidak mau ada satupun barang dari Aksa di Rumahku. Dan kamu, silahkan pulang dan jangan datang ke sini lagi." Aku berkata dengan raut wajah marah. Baru sekarang aku mau menemuinya. Karena capek mendengar pintu kamarku selalu diketuk oleh asisten rumah. Yang katanya, Juna mencari ku. Siapa yang tidak jenuh kalau setiap hari di datangi hanya karena Juna ingin bertemu denganku. Kali ini aku mau menemuinya supaya dia tidak datang lagi datang ke sini. "Ini buku diary Delisia. Bacalah. Agar otakmu bisa waras. Sebelum nanti kamu menyesal selamanya." "Maksud kamu apa? Kamu mau bilang kalau aku tidak waras? J

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 175. Jangan Pamit! (Pov Aksa)

    Aku lanjut ke halaman berikutnya. Ternyata ini sudah halaman terakhir. Berbeda dengan diary yang berada di tasku, yang sudah berisi tulisan sampai halaman terakhir. Diary ini hanya empat halaman. Aksa… Mulai hari ini aku akan belajar melupakanmu. Aku akan pergi ke suatu tempat yang jauh, agar tak bisa bertemu lagi dengan kamu. Kalau kamu ingin menikah dengan Utami. Menikahlah! Aku ridho. Hehe, mungkin kamu tak butuh ucapan ridho dariku. Tak mengapa, aku akan tetap mengatakan. Ahh, bukan mengatakan sih lebih tepatnya. Tetapi menulis dalam diary ini. Karena aku tak mungkin bisa mengatakan pada kamu. Aku tak berani. Dan aku tahu kamu juga tidak butuh ungkapan dari aku. Aku akan menunggu berkas perceraian yang harus aku tanda tangani. Selamat berbahagia dengan kehidupan barumu. Aku menulis ini setelah sholat subuh. Hari ini aku akan pergi. Kamu baik-baik yaa. Jaga kesehatan. Jangan jadi lelaki pemarah lagi. Aku pamit!" "Jangan pergi! Aku sungguh menyesal, Delisia. Aku sangat m

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 174. Perempuan Berhati Malaikat (POV Aksa)

    Aku kini telah berada di kamar Delisia. Setelah mengantarku masuk ke kamar, ibu mertuaku lantas keluar. Kamar Delisia sangat minimalis, namun membuat siapapun yang masuk akan terasa nyaman. Bahkan toiletku lebih besar dari kamar Delisia. Tetapi penataan barang yang ada di kamar ini cukup bagus untuk ruangan yang berukuran minimalis. Aku menyentuh kasur Delisia yang kini sedang aku duduki. Kasur nya bukan spring bed. Semoga saja badanku tidak sakit saat tidur. Aku tidak terbiasa tidur di kasur seperti ini. Terbuat dari apa ya ini? Aku baru pertama kali melihat kasur begini. Sepertinya dari kamar. Masa sih ada kasur yang terbuat dari kapas? Aku terus bertanya-tanya dengan tangan masih memegang kasur Aku berdiri, melihat lihat buku yang ada di rak. Mataku fokus pada sebuah buku yang sama dengan buku yang ada dalam tas ku. Ya, buku diary Delisia. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengambil. "Sebenarnya Delisia punya berapa buku diary? Terus kenapa dia tidak membawa buku ini? Kalau

DMCA.com Protection Status