Share

Bab 22: Rencana Ibu Mertua

Author: Bemine
last update Last Updated: 2021-12-11 11:18:45

Pagi kedua setelah minggat dari rumah ibu mertua datang. Hari yang berat berlalu dengan cepat semalam. Dengkuran halus dari Anha, serta kelelahan yang terus menerpa dada membuat tidurku nyenyak seperti di awan.

Wajahku kian bergairah pagi ini. Entah mengapa, aku pun tak mengerti alasannya.

Usai salat subuh, aku dengan sengaja menggelitik tubuh Anha, menggoda gadis itu agar segera bangun dan menunaikan kewajiban. Memang Anha pernah lalai, kehidupan malam yang dijalaninya membuatnya jauh dari Sang Pencipta, dan inilah tugasku mengingatkan gadis baik itu.

Setelah memastikan Anha bangun, aku gegas keluar dari rumah. Ingin sejenak berjalan-jalan di depan, menghirup udara segar Kota Bogor yang permai.

Baru sedetik melangkah, aku mendengar gawaiku berbunyi. Benda pipih persegi yang kusimpan rapi di saku kulot itu terus merongrong minta diambil. Siapa yang memanggilku di pagi hari ini? Sejenak aku berpikir.

Gawai itu kudekatkan ke te
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agus Coker
KALO DI SURUH PILIH, GUE LEBIH BAIK PERANG FISIK (Lebih baik Mati berkalang tanah dari pada hidup bercermin bangkai !!! ) , DARI PADA PERANG BATHIN kaya di Novel ini .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 23: Keserakahan Bang Teguh

    “Apa maksudmu, Nak?” Ibu mencoba membaca ekspresiku.“Itu cuma bercandaannya Gina, Bu. Jangan diambil hati. Sekarang kita fokus sama kehamilan Gina, Bu. Sudah dua tahun lebih kita menanti,” bujuk Bang Teguh pada ibuku.Aku tahu alasan kenapa pria itu berusaha menjilat ibu, selain karena aku yang patuh pada ibu, Bang Teguh juga menyadari jika dirinya diperlakukan spesial oleh ibu. Selama ini, tidak ada anak perempuan ibu yang diizinkannya tinggal bersama mertua, hanya aku seorang demi menyenangkan hati Bang Teguh.“Bang, tahu darimana aku hamil, hah?” sergahku cepat. Pria ini sepertinya sudah kehilangan kewarasannya, jelas-jelas kami tidak pernah bersentuhan lagi, apalagi aku baru selesai datang bulan beberapa hari lalu.“Loh, kan memang ada tanda-tandanya, Gin!” sambung ibu mertua. “Anak itu butuh ayahnya, kamu jangan keras kepala terus, Gina.”“Ayah? Pr

    Last Updated : 2021-12-14
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 24: Amarah

    “Hentikan ini semua! Memalukan! Pagi-pagi kalian membuat keributan?!” seru Bang Willy pada kami lagi.Segera ibu melepaskan tarikannya pada helaian rambut Bang Teguh, kemudian meniup telapak tangannya dari rambut yang tercabut. Begitu juga dengan aku dan Anha, kami gegas melepaskan ibu mertua yang menyisakan amukan serta cacian untuk kami berdua.“Dasar wanita gila kalian semua!” tunjuknya beriring dengan tatapan mata ke arahku dan Anha.Serupa denganku, Anha menyikapinya santai. Gadis itu malah mengendikkan bahu, seolah tidak mau tahu dengan apa yang baru saja kami lakukan pada ibu mertua yang kejam itu.“Semuanya duduk!” Suara Bang Willy kembali menggelegar. Dia menatapi kami bergantian dengan tatapannya yang setajam elang. Entah mengapa, tiba-tiba saja auranya menjadi begitu berbeda dan mencekam.“Duduk, Bu ... duduk Bang!” ucap Bang Willy pada keluarganya sendiri.“Mereka tidak usah d

    Last Updated : 2021-12-15
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 25: Tamu Tak Diundang

    Seminggu setelah insiden di rumah ibu mertua berlalu banyak hal yang berubah. Aku, Anha dan ibu tinggal bersama di bawah rumah sederhana milih Anha, sebab ibu mengaku ingin menemani di saat-saat berat ini. Karena memang, pengajuan perceraianku sudah masuk ke pengadilan beberapa hari lalu. Aku tidak mungkin lagi menunda perceraian ini lebih lama dan membiarkan Bang Teguh terus menyiksa. Apalagi, sertifikat tanah yang dulu kuperdebatkan itu belum mencapai titik akhir. Aku tidak rela jika Bang Teguh mendapatkan harta yang kuperjuangkan seorang diri begitu mudah, kemudian bersenang-senang bersama Adinda dengannya. “Gin, sudah dapat panggilan dari pengadilan?” Anha mengekoriku yang baru selesai memasak sarapan pagi ini. Aku menggeleng pelan, setelah mengajukan perceraian, nyatanya permintaanku itu belum mendapat balasan apapun. Bahkan alasanku bercerai saja sempat diragukan. Poligami? Aku seperti menentang sunnah nabi. Tapi nyatanya bukan karena Bang Teguh berpoli

    Last Updated : 2022-01-25
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 26: Sertifikat Tanah

    Aku mengitari dengan mata ketiga orang yang duduk bersisian di sofa tempat ibu membaca koran semula. Wajah ketiganya getir, sedangkan Bang Teguh sedikit gugup sampai butiran bening bermunculan di pelipisnya.Tidak ada yang berbicara, bahkan ibu merasa enggan membuka suara. Hanya ada aroma harum dari ayam goreng bumbu di meja yang tidak dipindahkan Anha, serta nasi yang masih menghangat dan terasa lezat di mata.Kulirik Bang Teguh yang memelototi sarapan kami pagi ini. Wajahnya kian kusam serta muram. Sepertinya, pria ini tergiur dengan ayam lezat di depannya, karena aku tahu benar Bang Teguh menyukai daging ayam lebih dari apapun, mungkin lebih dari menyukai istrinya sendiri.Ingat dulu saat dia menghabiskan dua potong ayam sekali duduk tanpa memikirkan orang lain? Entah bagaimana kehidupannya sekarang setelah kami berpisah. Dia tidak lagi bekerja, sekarang hampir punya bayi dan tidak ada lagi yang bisa dijadikannya tumpuan dan sandaran.“Kamu lihat

    Last Updated : 2022-01-26
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 27: Hadiah untuk Orang Serakah

    Ekspresi Bang Teguh, ibu mertua dan menantunya menjadi riang setelah melihat sikap dari ibu. Aku hanya bisa membiarkan mereka meneguk senang di sana, karena saat ini keningku berdenyut luar biasa.Entah apa yang harus kulakukan agar bisa mengusir orang-orang tanpa harus mengeluarkan uang seperser pun. Aku berpikir sembari menatap wajah Anha. Gadis di sana itu sering punya ide licik, tapi entah kenapa hari ini malah diam tak banyak bicara.“Gin, transfer ke nomor rekeningku!” Bang Teguh membulatkan suara. Aku menengadah perlahan, menatap balik wajak tidak punya malu dari pria yang akan kuceraikan.Apa-apaan mereka ini? Benarkah dia pria yang dulu melamar dan menikahiku? Kenapa sikap dan hatinya sudah serupa dengan iblis? Astagfirullah, ampunkan aku Ya Allah.“Cepat Gin!” desak Bang Teguh.“Kemarikan sertifikatnya, Bang.” Aku mengulurkan tangan.“Uangnya dulu, Gin!”

    Last Updated : 2022-01-27
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 28: Berita Baik dari Nita

    Dengan dibantu Anha, aku lekas berdiri meggunakan dua tungkai yang bergetar. Air mata yang tumpah kuhempas begitu saja dan berharap luka yang masih tersisa ikut berlalu bersamanya.Kulirik sejenak ke arah pagar, beberapa tetangga yang semula memadati perlahan berkurang, hingga tersisalah kami dan wanita bertubung ringkih serta suaminya yang baru saja datang. “Mbak?” Dia kembali memanggil karena jawaban yang tak kunjung didengar.“Mbak, ibu dan Bang Teguh yang datang, kan?” tanyanya polos. Wajah Nita pagi ini terlihat berseri, pakaiannya jadi lebih bagus dan baru, bahkan dia sudah bergincu. Tubuh Nita juga terlihat lebih berisi.“Nit, jangan ditanya-tanya yang sudah jelas!” tegur Bang Willy disertai tepukan di pundak istrinya.Kulihat Nita bergegas diam, dilipatnya bibir yang berwarna natural itu. Sekelebat rasa bahagia meresapi kalbuku. Nita sudah terbebas dari jerat keserakahan ibu mertua dan Ba

    Last Updated : 2022-01-28
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 29: Pertemuan Kembali

    Aku melirik lagi gawai yang terus bergetar, teror dari Nita tidak kunjung usai meski hari sudah bergerak hingga jam sepuluh pagi. Wanita itu memaksaku untuk ikut datang ke acara syukurannya di rumah dinas.Sudah sebulan lamanya memang perceraianku dengan Bang Teguh selesai dan masa iddahku berlalu dengan cepat. Kami hanya bertemu terakhir kalinya di halaman kantor pengadilan. Ibu mertua yang datang menemani putra sulungnya tidak henti-hentinya mencebik saat melihatku.“Sudah selesai, kan? Puas kamu jadi janda?” Ibu mertua tidak peduli dengan tatapan dari para pekerja kantor pengadilan. Dicibirnya aku tanpa henti hingga mulutnya maju ke depan.“Punya suami seperti Teguh bukannya bersyukur, malah minta cerai. Sudah sana, coba cari laki-laki lain yang mau terima wanita sepertimu!” Ibu mertua mengayunkan tangan.“Iya, Bu ... nanti aku cari yang jauh lebih baik dari Bang Teguh. Pria di dunia ini bukan cuma

    Last Updated : 2022-01-29
  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 30: Saran Gila dari Ibu Mertua

    “Kalau Bang Teguh enggak bekerja, carikan dia pekerjaan, Bu. Buat toko atau kios dulu di depan rumah agar tetap ada pemasukan. Kenapa malah membebankan hidupnya ke aku?” Bang Willy masih mencoba untuk protes.Wajar saja jika dia begitu, mengingat bagaimana tidak tahu malunya ketiga orang ini hingga dengan mudahnya datang dan menadahkan tangan. Padahal tubuh Bang Teguh masih bugar dan kuat, mencari pekerjaan bagaimana juga mudah didapat.“Kios Will? Malu! Apa kata tetangga kalau kami buka kios di depan rumah? Kita sudah jatuh miskin? Begitu?” Ibu mertua nyerocos lagi dan opininya ini didukung penuh oleh Bang Teguh.“Lagian Will, kamu tinggal di sini, semuanya sudah ada dan disediakan. Gajimu kamu berikan saja ke kami, toh kamu tidak akan rugi apapun. Kalau tidak bisa dua juta setengah, dua jutaan bisa, kan? Apalagi aku dan Adinda ngerawat ibu di rumah,” papar Bang Teguh.Panas hatiku melihat bagai

    Last Updated : 2022-01-30

Latest chapter

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   End: Kisah yang Dinanti

    Ting ... ting ... ting ....Suara adukan teh menjadi nada pengiring di antara aku dan ibu. Wanita yang berusaha menguatkan dirinya usai diterpa kenyataan itu terus memaksa untuk membuatkan minum.Deru napasnya terdengar lebih jelas dari pada biasanya sejak tadi. Aku sadar, umur ibu dan bapak kian bertambah setiap harinya. Resah yang dirasakan tidak lagi soal ikan yang terlalu mahal atau uang yang tak pernah cukup hingga hari esok, melainkan tentang anak-anaknya, terutama aku yang belum lama ini bercerai.“Ya-yakin mau jadi istrinya?” Ibu terbata-bata saat menanyaiku. Kalimat yang mungkin ingin ditanyainya sejak pertama kali melihat Mas Zildi.Wanita itu memutuskan untuk diam sesaat. Cangkir-cangkir di depannya dibiarkan kosong, padahal Mas Zildi sudah duduk di ruang tamu selama beberapa waktu.“Bu ... kemarin, Ibu keberatan karena Gagah tidak punya pekerjaan yan

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 57: Mampir ke Rumah Ibu

    Aku memastikan sekali lagi pintu rumah sudah terkunci rapat sebelum meninggalkan hunian. Sesuai dengan janji semalam, aku akan mengantar Adinda menuju kampung halamannya meski hati kecil ini dongkol luar biasa.Setelah subuh tadi, salah satu admin mengantarkan mobil Jazz merahku yang manis. Sebab, beberapa jam usai kami berangkat kemarin, Range Roverku dijemput oleh salah satu pekerja di bengkel Mas Zildi untuk dipoles kembali. Walau nantinya akan utuh seperti semula, nyatanya tetap tidak terasa sempurna.Terkadang, aku ingin meluapkan hal ini pada Adinda, yang sedang duduk diam di teras rumah seperti orang kehilangan jiwanya. Tetapi sekali lagi kutegaskan di dalam hati, jika Adinda juga korban dari kekejaman Bang Teguh dan ibunya. Dia tidak bersalah, hanya dipaksa keadaan untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan bayinya.“Berangkat sekarang, Din?” tawarku sebab Adinda masih diam di kursi. Dia memandang ke

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 56: Dia Milikku

    Aku berseru, kemudian berjalan secepat mungkin menuju Adinda. Wanita yang masih menyusui bayinya itu terlihat tidak mengerti dengan teguranku barusan. Dia sibuk meninabobokan si kecil, sesekali menggodanya dengan botol susu meski sudah mendengar teriakanku sekalipun.Di depan netra ini, Adinda menyajikan pemandangan yang membuat jakun pria manapun akan bergetar. Adinda menyusui bayinya, membiarkan bagian dari tubuhnya yang berharga itu terlihat di depan siapapun. Tidak ada sehelai kain pun yang digunakannya untuk menutupi, setidaknya menghalangi, mengingat ada Mas Zildi di sini.Lekas aku berdiri di depan Adinda, menghindarkan Mas Zildi dari pemandangan yang mampu menodai matanya itu. Berulang kali aku menegur Adinda, geram sekaligus kesal. Bagaimana bisa dia bersikap begitu sembrono di depan seorang pria walau sedang dalam keadaan sulit sekalipun?“Mau pamer kamu, Din? Hah?” sergah Anha tanpa mau menanti.Dia menyerang

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 55: Nasib Adinda

    Proses pemeriksaan berjalan dengan lancar, meski awalnya perilakuku yang terkesan kasar karena merusak pintu rumah Bang Teguh sempat disinggung oleh pihak kepolisian. Tidak hanya mengenai adegan pengrusakan pintu itu, namun semua detail yang kutahu dan Adinda ingat, kami jabarkan tanpa cela. Semuanya harus berakhir di sini, tidak boleh lagi ada korban berikutnya yang muncul akibat dendam yang bersarang di hati Bang Teguh.Setelah berjam-jam berlalu, kami keluar dari kantor kepolisian dengan perasaan lega. Tugasku hanyalah menyerahkan rekaman CCTV dan bukti mobil yang tergores ke pihak kepolisian. Begitu juga dengan Adinda, semua kesaksiannya akan memperkuat hukuman untuk Bang Teguh nantinya ... semoga.Pamit dari kantor kepolisian, aku membawa Adinda dan bayinya pulang dengan menumpang mobil Mas Zildi. Wajah Adinda kusam dan lelah, sedang bayinya sesekali merengek tak nyaman dalam tidur.Mas Zildi memberi kami tumpangan hingga berhenti di sebua

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 54: Bang Teguh Ditangkap

    “Adinda!” Bang Teguh menjeritkan nama wanita yang telah memberinya bayi mungil itu.Kami yang sedari tadi menjadi saksi lekas menolehkan wajah. Berharap di dalam hati jika Adinda tidak akan lagi bisa digoyahkan oleh pria yang telah menghancurkan hidupnya, juga berdo’a agar Adinda tidak lagi dibohongi oleh Bang Teguh.Aku menanti harap-harap cemas, wanita yang terlihat begitu bimbang didekat istri Pak RW itu. Dia memeluk bayi mungilnya yang terus merengek lapar. Bahkan bibir bayi itu mengering, tubuhnya pun pucat dan kecil. Aku yakin benar, si mungil yang dilahirkan Adinda tidak mendapatkan gizi yang cukup. Parahnya lagi, saat Adinda melepas dekapan bayinya, kutemukan sesuatu yang mencengangkan. “Adinda!” seruku sebelum dia kembali tergugah dengan suaminya yang sedang menanti akhir kisah.Mas Zildi serta dua wanita dewasa lainnya pun menoleh. Mereka mengikuti arah gerakku yang mencoba membuka selimut lusuh bayi mala

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 53: Kehancuran Keluarga Jahat Itu

    Adinda, ibu mertua dan Bang Teguh, mereka ada di dalam sana. Aku buru-buru mendekat, mengintip dari jarak yang begitu tipis agar bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan hingga menimbulkan bunyi yang begitu keras. Sesuatu terlihat melayang, piring keramik menyentuh dinding dan terbelah.“Abang?” Adinda kutemukan merintih di lantai.Dia bersimpuh di depan Bang Teguh dan ibu mertua. Bayi kecilnya ternyata dipeluk oleh wanita paruh baya gembrot yang sibuk tersenyum sinis pada Adinda.“Kamu itu bodoh, ya? Aku sudah bilang kan, setiap hari kamu harus kerja di sana. Hancurkan semua barang-barangnya Gina biar dia bangkrut!” balas ibu mertua yang ternyata disetujui Bang Teguh.“Bu ... kemarikan bayiku. Dia lapar, Bu ... hari ini belum nyusu sama sekali,” rintih Adinda dengan tangan terulur.“Enak saja, kamu itu enggak kerja hari ini. Artinya kamu itu lebih mendukung Gina d

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 52: Pelakunya Ditemukan

    “Aku akan mengecek CCTV!” seruku usai mengusaikan tangis.Kuredam semua kekagetan dan kegelisahan ini, lalu, berlari menuju ruang admin yang memiliki akses CCTV. Untungnya, aku sempat memasang benda mahal itu demi menghindari kejadian tak mengenakkan, walau belum mempekerjakan sekuriti di bagian depan.Begitu melangkah, kudapati Anha yang terkejut dengan sikapku. Dia mengikuti dari arah belakang bersama Mas Zildi dan si kecil Anggrek. Walau mereka tak saling kenal, meski belum pernah bertemu secara langsung, tapi keduanya seayun langkah saat mengejarku. “Buka rekaman CCTV di garasi!” Aku segera memerintah tiga pria yang duduk di kubikelnya.Mereka terlihat begitu bingung dengan seruan yang begitu tiba-tiba, namun salah satunya lekas berganti komputer. Kuikuti dia dengan perasaan berdebar, berharap jika CCTV merekam kehadiran dari orang yang telah melakukan hal buruk ini

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 51: Musibah Kedua

    “Kalau Adinda datang ke gudang, jangan izinkan dia masuk. Bawa ke kantor!” kataku pada para pekerja yang sudah berkumpul di gudang pagi ini.Mereka mengangguk setuju begitu mendengar perintah singkat ini. Sebagian terlihat menaruh simpati atas apa yang terjadi di gudang berkat kepercayaan yang kuberikan pada wanita itu, sebagiannya lagi terlihat acuh dan tak terlalu peduli.Ketiga adminku yang terpaksa bekerja dua kali lebih keras dibanding sebelumnya memberi laporan semalam, jika sebagian permasalahan tidak menemukan titik terang, hingga harus melibatkan pihak penengah dari marketplace tempat kami mencari rupiah.Baiklah ... tidak masalah. Wajar dan sangat dapat dimaklumi jika para pembeli merasa kecewa dengan barang-barang yang mereka terima.“Lalu Bu, bagaimana dengan keluhan itu?” Bu Mala menyahuti. Wajahnya yang sama lelahnya denganku melongok di antara kerumunan para pek

  • Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku   Bab 50: Hukumankah Ini?

    Usai menerima Adinda bekerja di gudang, aku bersikap seperti biasa. Membiarkan semua hal berlalu tanpa memberi peduli meski hanya sedikit. Termasuk soal Gagah yang pada akhirnya tidak lagi berusaha menghubungiku. Dia berhenti bekerja sebagai agen dari distributor langganan gudang tanpa alasan yang jelas, kemudian menghilang tanpa jejak.Dari karyawan yang menggantikan Gagah aku tahu satu hal, Gagah minta dipindahkan ke cabang yang berbeda karena alasan pribadi. Dan satu poin penting lain yang membuatku tercengang, menurut pria yang mengambil alih pekerjaan Gagah, pria itu sedang menjalin kedekatan dengan seorang gadis muda yang dikenalkan ibunya. Mereka berniat menikah, dan Gagah mulai membangun karir di daerah tempat gadis itu tinggal.Aku terdiam saat mendengar kisah itu, tidak pernah mengira jika Gagah yang mendeklarasikan perasaannya padaku begitu dalam bisa berpaling dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini, membuatku bertanya-tanya, tentang kebenaran

DMCA.com Protection Status