Home / Pernikahan / Aku Dan Pengkhianatan Suamiku / Kedatangan Bu Ria di Warung Nana

Share

Kedatangan Bu Ria di Warung Nana

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2024-04-14 16:01:01

Bab 7 Kedatangan Bu Ria Di Warung Nana 

Sementara aku, merasa mood-ku mulai kembali setelah mendengar semangat yang disebarkan oleh teman baikku itu. Lalu bersiap di depan gerobak untuk meracik pesanan dari pelanggan pertama. 

Dari depan tungku, netra ku terus saja memperhatikan mobil yang baru saja terparkir. Dan setelah pemilik mobilnya itu turun, betapa terkejutnya aku ketika mengetahui siapa orang tersebut. Dia adalah ... Bu Intan. 

Aku benar-benar tak menyangka kalau pelanggan pertamaku adalah Bu Intan. Tentu saja mendapati hal demikian, aku akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk wanita yang sudah membantuku itu. 

Bu Intan berjalan dengan elegan memasuki warung. 

"Assalamualaikum, Nana," sapa Bu Intan sambil tersenyum. 

"Wa'alaikumsalam, Bu Intan ...," balasku ramah seraya mengulas senyum manis ke arah wanita yang cukup berjasa untuk ku itu. 

"Tolong buatin dua puluh porsi mie ayam bakso, ya," pesan Bu Intan. 

Kedua mataku terbuka lebar seketika. "Du-dua puluh, Bu?" balasku tak percaya. Sebanyak itu kah? Sedangkan aku melihat Bu Intan hanya datang sendirian. 

"Iya, dua puluh. Mie ayam plus bakso, ya." Wanita berjilbab lebar itu mengulangi pesanannya. 

Senyumku mengembang, wajah berseri terpancar dariku setelah mendengar ucapan Bu Intan. Dan tepat setelah itu, beberapa mobil tiba-tiba datang dan berhenti di depan warung. 

Bu Intan menoleh ke arah mobil-mobil yang baru saja berhenti. Dari masing-masing mobil tersebut keluarlah beberapa ibu-ibu yang berpakaian sama dengan Bu Intan. Ada juga dari mereka yang keluar bersama anak-anak mereka. 

"Mereka teman-teman pengajian saya. Kita semua mau makan di sini. Jadi, tolong cepet buatin, ya?" ujar Bu Intan seraya menoleh ke arahku. 

"Siap, Bu!" jawabku bersemangat.

Bu Intan tersenyum. "Terima kasih, ya." Bu Intan pun berjalan menuju salah satu meja pelanggan.  

Senang bukan main tentunya. Serasa sedang kejatuhan durian runtuh pagi ini. Tak hanya satu atau dua, tapi dua puluh porsi dalam satu waktu membuatku tak berhenti bersyukur. 

Tak salah jika aku menyematkan julukan bak malaikat untuk wanita seumuran ibuku itu. Bu Intan tak hanya membantuku dalam mendirikan usahaku, beliau juga melarisi dagangan ku dengan mengajak teman-temannya. 

"Masyaa Allah ... Alhamdulillah ... Terima kasih ya Rabb .... "

Teman-teman sejawat Bu Intan satu per satu mulai memasuki warung ku. Dan tak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan sikap angkuh atau memandang rendah diriku. Mereka semua sama baiknya dengan Bu Intan. 

"Assalamualaikum ...," ucap salah seorang wanita dengan jilbab merah marun ketika memasuki warung. 

"Wa'alaikumsalam," balasku sambil mengangguk kecil dan tersenyum. 

Hal yang sama pun juga dilakukan oleh ibu-ibu yang lainnya. Betul-betul terlihat ramah lah mereka semua. 

Sampai akhirnya dua puluh porsi mie ayam bakso telah selesai ku hidangkan. Ada rasa bangga tersendiri yang ada pada diriku lantaran berhasil menyelesaikan pesanan yang luar biasa dalam satu waktu ini. Ditambah dengan ekspresi yang tampak puas dari para pelanggan yang membuatku semakin merasa bangga dengan pencapaian ku di hari pertama warung ku buka. 

"Alhamdulillah ya, Na, baru hari pertama buka langsung diserbu gini," kata Rika yang turut senang melihat pemandangan di depan kami. 

Aku tersenyum lebar. "Iya, alhamdulillah banget, Rik," balasku. 

Aku kemudian menceritakan sosok pelanggan pertama yang tak lain tak bukan adalah Bu Intan kepada Rika. Salah satu wanita hebat yang begitu baik dan berjasa untuk ku bisa menjalankan usaha ku ini. 

"Sebaik itu?!" tanya Rika tak percaya. 

Aku mengangguk mantap. "Iya. Baik banget, kan?" aku menatap Bu Intan dengan bangga. 

Rika menghela napasnya. Menggeleng tak percaya seraya menjuruskan pandangannya ke arah Bu Intan yang sedang menikmati semangkuk mie ayam bakso buatan ku. 

"Masyaa Allah, sih, Na. Beruntung banget kamu kenal dia," puji Rika. 

Benar apa yang dikatakan teman baikku itu. Aku memang beruntung bisa mengenal sosok Bu Intan. Dalam pandangan yang belum teralihkan, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku dengan  agak lantang. 

"Mbak Nana!" 

Aku dan Rika kompak menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namaku. Rupanya Ayuk yang berdiri di depan warung dengan wajah yang terlihat cemas. 

Ayuk berjalan terburu-buru mendekatiku. Dengan napas yang terengah-engah, gadis itu mencoba untuk membuka suaranya. 

"Tenang dulu, Yuk," kataku. 

Ayuk mengatur napasnya. Menarik dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan agak kasar. 

"Ada apa?" kok kamu kelihatan panik gitu?" tanyaku. 

Ayuk menunjuk ke arah jalanan. "Itu, Mbak, Bu Ria sama Bik Inah lagi jalan ke arah sini," jelasnya. 

Aku dan Rika seketika terperanjat mendengar penjelasan Ayuk barusan, sontak menoleh ke arah yang dimaksud gadis bertubuh kecil itu. Ternyata ibu mertuaku dan anak buahnya itu sudah berhasil menyebrangi jalan raya yang membatasi antara warung miliknya dan ruko-ruko yang ada. 

"Na, kamu cepet ke dalem!" seru Rika. Aku lantas meninggalkan tempatku dan segera bersembunyi. 

Dari balik tirai yang membatasi dapur dan tempat makan pelanggan, dengan jelas aku bisa melihat keberadaan Bu Ria dan Bik Inah. Dua orang wanita yang sama-sama memasang wajah angkuhnya. 

Rika sendiri meminta Ayuk untuk duduk di kursi pelanggan yang masih kosong. Sepertinya sahabatku itu akan menghadapi wanita gil* itu sendirian. 

"Selamat datang Ibu .... " Sambil tersenyum ramah Rika menyambut kedatangan Bu Ria dan Bik Inah. 

Sayangnya, sambutan yang diberikan rekan kerja ku itu tidak direspon dengan baik oleh dua wanita sombong itu. 

Sambil melipat tangan di depan dada, Bu Ria membuang muka. "Aku mau ketemu pemilik warung ini," ucap Bu Ria ketus. Lalu secara tiba-tiba menoleh ke arah Rika. "Di mana dia?!" bentak ibu mertuaku itu, membuat Rika terkejut. 

Tak hanya Rika, semua pelanggan yang tadinya sedang menikmati hidangannya pun langsung mengalihkan perhatian mereka ke arah depan. Di mana Bu Ria dan Rika berada. 

Di momen itu juga, dari tempat ku berada, dengan jelas aku mendengar obrolan dari para ibu-ibu yang mempertanyakan pemandangan di hadapannya itu. Bahkan, ada juga yang beristighfar berulang kali melihat sikap angkuh dari wanita bertubuh gemuk itu. 

"Siapa, sih, dia?" tanya seseibu pada temannya yang lain. 

"Angkuh banget, ya," sahut yang lainnya. 

"Iya, ih. Astaghfirullah hal'adzim ... kok ada sih orang kek gitu," timpal lainnya. 

Melepas perhatian terhadap ibu-ibu yang ada, netra ku kembali teralihkan ke arah Rika yang membalas pertanyaan dari ibu mertuaku itu. 

Dengan memasang wajah tegap, Rika berkata, "memangnya ada urusan apa sampai mencari pemilik warung ini? Ada masalah kah?" Rika menatap tajam ke arah Bu Ria. 

Setelah mendapat balasan demikian, aku pikir ibu mertuaku itu akan menciut nyalinya. Tapi ternyata aku salah. Malah, Bu Ria bertindak di luar sangkaan ku yang membuatku tercengang.  

Bersambung ...

Related chapters

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Diminta Pulang

    Bab 8 Diminta PulangDengan memasang wajah tegap, Rika berkata, "memangnya ada urusan apa sampai mencari pemilik warung ini? Ada masalah kah?" Rika menatap tajam ke arah Bu Ria.Setelah mendapat balasan demikian, aku pikir ibu mertuaku itu akan menciut nyalinya. Tapi ternyata aku salah. Malah, Bu Ria bertindak di luar sangkaan ku yang membuatku tercengang. "Awas kamu!!" peringat Bu Ria dengan dua bola matanya yang hampir keluar. Lalu, meludah di depan Rika dan pergi dengan angkuhnya.Di momen itu, aku melihat sahabatku itu hanya bergeming sambil menatap dua wanita set*n itu pergi. Mungkin Rika terlalu syok lantaran baru kali ini ada orang yang meludah di depannya, yang mana hal itu bukanlah tindakan yang baik."Astaghfirullah ... ternyata sejahat itu ibu mertuaku," ucapku melihat sikap kasar dari Bu Ria.Aku tak pernah menyangka kalau wanita yang telah melahirkan suamiku itu rupanya bisa sekasar itu pada orang lain. Sekarang, aku sadar bahwa Bu Ria bukan hanya orang yang jahat, namun

    Last Updated : 2024-04-17
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Menjalankan Perintah Ibu Mertua

    Bab 9 Menjalankan Perintah dari Ibu Mertua "Halah! Kamu tuh tau apa soal usaha. Ibu itu minta kamu pulang buat ngerjain sesuatu. Bukan nasehatin Ibu!" balas Bu Ria ketus. "Ngelakuin sesuatu? Apa, Bu?" jawab ku yang sedikit terkejut sekaligus penasaran. Jangan-jangan, ibu mertuaku itu meminta ku untuk .... "Jangan bilang Ibu mau Nana pergi ke warung baru itu terus taruh kecoa mati lagi," tebak ku. "Hus! Ngawur kamu!" tegur Bu Ria tak terima. Aku terheran, ternyata tebakan ku salah. Lantas, apa yang dimaksud ibu mertuaku itu? "Ibu itu cuma minta Mbak Nana buat pergi ke warung baru itu!" timpal Jamilah dengan muka sinis nya. Hah? Aku tercengang mendengar perkataan adik iparku barusan. Apa aku tak salah dengar? Ya kali wanita tua itu memintaku pulang hanya untuk mendatangi warung baru yang katanya adalah saingan bisnisnya itu. Lagipu

    Last Updated : 2024-04-17
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Nana Mau Jujur?

    Bab 10 Nana Mau Jujur?"Lagian, tumben kamu di sini, Mas? bukannya ini masih jam kerja, ya?" tanyaku. Mencoba mengalihkan pembicaraan sekaligus mencari jawaban atas rasa penasaranku.Mendengar pertanyaan yang aku ajukan barusan, membuat perubahan raut wajah Mas Indra terlihat jelas. Suamiku itu tampak gugup seolah bingung memberikan jawaban yang tepat. Tentu karena hal tersebutlah yang membuatku merasa curiga kalau pasti ada yang sedang disembunyikan dari pria yang menikahi ku beberapa tahun silam itu."Kenapa, Mas? sakit? apa dipecat?" tanyaku lagi.

    Last Updated : 2024-04-17
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Usulan Tidak Masuk Akal

    Bab 11 Usulan Tidak Masuk AkalBu Ria terdiam. Sorot matanya tampak jelas berbeda dari sebelumnya, yang mana kini terlihat nyalinya sedikit menciut setelah mendengar perkataan ku barusan.Tak lama setelah itu, Mas Indra juga keluar dari dapur. Ia berdiri tepat di belakangku."Udah, ya, Bu ... Nana mau jujur," ucapku sambil sedikit melirik ke arah Mas Indra.Saat itu, dengan sengaja aku tak langsung melanjutkan ucapanku, sehingga membuat situasi terasa amat menegangkan. Dan betul saja, sekilas aku melihat raut wajah dari suamiku yang tampak gelisah.Entah, entah apa yang ada dipikiran Mas Indra kala it

    Last Updated : 2024-04-17
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Lebih dari yang Dikira

    Bab 12 Lebih Dari Yang DikiraSengaja. Benar, aku sengaja mengeluarkan kata-kata barusan. Toh, pada kenyataannya memang benar kan kalau Tiyem tidak hanya seperti keluarga sendiri, melainkan sudah menjadi bagian dari keluarga Mas Indra.Bu Ria dan Mas Indra pun terdiam satu sama lain. Tampak jelas raut wajah mereka berdua mendadak berubah grogi. Yang mana aku yakin, dua orang di dekat ku itu pasti merasa tersentil dengan ucapanku barusan."Udah ah, usulan kamu tuh gak masuk akal," ucap Bu Ria seraya kembali masuk ke dalam warung. Diikuti oleh anak lelakinya yang nampaknya juga mulai jengkel dengan sikapku.Aku pun hanya tertawa kecil melihat tingkah dua manusia itu. Hampir saja mereka terbod*hi olehku.***Malamnya di saat aku tengah tertidur, tiba-tiba aku terbangun karena mer

    Last Updated : 2024-04-17
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Menjual Sawah?

    Bab 13 Menjual Sawah?"Mas, kalau aku mimpi buruk lagi kayak gitu, terus aku gila, usaha ibu bisa jadi bangkrut karena gak ada yang masak seenak masakan ku. Mau kayak gitu?" ancam ku.Akhirnya, dengan sangat terpaksa Mas Indra pun mengiyakan pengusiran yang aku lakukan itu. Apalagi, tindakan ini didukung langsung oleh Bu Ria yang khawatir kalau usahanya akan bangkrut beneran.***Pagi harinya, ketika matahari belum memunculkan sinarnya, aku yang sudah rapi hendak pamit pada Mas Indra yang masih tertidur di sofa ruang tengah. Karena kejadi

    Last Updated : 2024-04-17
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Ada Pengkhianat?

    Bab 14 Ada Pengkhianat? Meski merasa terheran-heran, karena tak ingin mempedulikan hal tersebut aku pun segera pamit untuk pergi. "Loh, uangnya kan belom ada. Ngapain pergi sekarang?" tanya Bu Ria. "Nana kan mau nyerahin dokumennya dulu ke Emak. Nanti biar segera diurus," jawabku berbohong. "Oo, yaudah. Cepet balik, ya! warung Ibu masih harus buka hari ini," ujar Bu Ria. "Iya, Buuu," balas ku. ***Tepat ketika aku bersiap untuk meninggalkan rumah Bu Ria, aku melihat kembali ke sekeliling. Memastikan kalau tak ada anggota rumah yang melihat ku menyebrang ke ruko tempat usahaku. "Aman." Aku pun melajukan sepeda motorku menuju ruko. Sesampainya di ruko aku bergegas memasukkan sepeda motorku ke dalam supaya tak terlihat oleh orang terutama keluarga Mas Indra. Lalu aku pun berkutat di dapur guna menyiapkan segala sesuatu untuk penjualan mie ayam dan bakso ku beberapa hari kedepan. Singkat cerita persiapan jualan hari ini kelar. Ternyata tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul se

    Last Updated : 2024-04-23
  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Nana Ketahuan

    Bab 15 Nana KetahuanBelum sempat aku membalas perkataan Bu Ria, tiba-tiba adik iparku si Jamilah datang dengan hebohnya."Ibuuuu!!!" teriak Jamilah."Kenapa sih kamu?" tanya Bu Ria."Ibu harus liat ini. Ternyata ada pengkhianat di warung kita, Bu," ucap Jamilah cepat.Mendengar kata pengkhianat, spontan aku sadar diri. Jangan-jangan Jamilah ....Aku semakin deg-degan ketika Jamilah menunjukkan layar hp nya ke hadapan ibunya. Saat itu aku teringat dengan postinganku yang ada di facebook mengenai promosi yang aku lakukan untuk usahaku.Dan benar saja, Bu Mirna langsung membelalakkan kedua matanya ketika melihat apa yang ada di layar ponsel Jamilah. Dengan raut wajah yang siap menerkam, ibu mertuaku itu lantas menghampiriku yang berada tak jauh darinya.Plakk!!Dengan keras Bu Ria melayangkan tangannya ke pipiku yang membuatku tertegun seketika.Perang antara mertua dan menantu kembali dimulai!"Mantu kurang aj*r kamu, ya! bisa-bisanya nusuk ibu mertuamu sendiri!" sergah Bu Ria sambil

    Last Updated : 2024-04-27

Latest chapter

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   TAMAT

    Part 20 TAMAT"Aku gak mau basa-basa, to the poin aja, mau apa kamu ke sini?" tanya ku pada Mas Indra. "Na, Mas ke sini mau bilang—""Bilang apa? cepetan, aku gak ada waktu!"tukas ku masih tetap memasang wajah cuek. "Mas minta maaf ya sama kamu."Aku tertawa kecil seraya menatap tajam sebentar ke arah Mas Indra. "Gak usah minta maaf—""Tapi, Na," tukas Mas Indra yang membuat ku menoleh ke arahnya. "Mas banyak salah sama kamu. Jadi sudah seharusnya Mas minta maaf ke kamu."Aku menghela napas kasar. "Udah ya, Mas, Nana capek sama semua drama ini.""Drama? maksud kamu?" timpal Mas Indra. Kamu menatap serius ke arah pria di hadapan mu itu. "Mas, aku udah tau ya hubungan kamu sama Tiyem itu gimana."Mas Indra terkejut mendengar ucapan ku barusan. Ekspresinya yang tadi tampak melas pun mendadak berubah gelisah disertai keringat yang mulai membasahi wajahnya. "Kalian udah nikah, kan?""Na, Mas minta maaf ya," ucap Mas Indra cepat. "Aku bilang Mas gak perlu minta maaf!""Nana ...."Aku

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Mulai Terang-terangan

    Bab 19 Mulai terang-terangan "Mulai sekarang kamu bukan menantuku lagi!" Seketika aku menoleh ke arah Bu Ria dan Mas Indra yang menatapku dari teras rumah. "Aku juga udah gak sudi punya mertua kayak kamu!" balasku, lalu melajukan sepeda motorku. Karena sudah terlanjur diusir, kini tak ada lagi yang perlu aku tutup-tutupi perihal usahaku. Benar, setelah diusir dari rumah mertua ja*ha*nam itu, aku melajukan sepeda motorku ke arah ruko tempat aku jualan. Tentu saja tanpa memedulikan Bu Ria ataupun Mas Indra yang masih memperhatikanku dari teras rumah mereka. "Mbak Nana!" seru Lia yang melihatku tiba-tibadatang dengan membawa banyak barang. Mendengar seruan dari Lia barusan, membuat sahabatku Rika juga muncul dari dalam ruko. Ria berjalan menghampiriku dengan raut wajah terheran-heran sekaligus tak menyangka. "Kamu diusir, Na?" tanya Rika. Entahlah, sudah jelas aku membawa koper dan juga banyak barang, kenapa masih ada pertanyaan seperti itu. Aelah Rika. "Tolong bantuin dong,"

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Di Usir

    Bab 18 Di UsirMendapati hal tersebut aku hanya tersenyum senang. Benar-benar merasa di atas angin lantaran pihak musuh yang akhirnya membutuhkanku. Sampai tiba-tiba panggilan telepon dari Mas Indra kembali masuk. Karena penasaran dengan apa yang ingin dikatakan suamiku itu, aku pun mengangkat panggilannya tersebut."PULANG!!!" bentak Mas Indra tepat setelah aku menerima panggilannya.Terkejut. Jelas aku terkejut karena dari satu kata yang keluar dari mulut pria jelek itu membuatku langsung naik pitam. Apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan sehingga membentakku seperti itu? mungkinkah karena aku pergi tanpa pamit?"Gak usah teriak, Mas, aku gak budeg!" balasku. Enak saja mau marah-marah tak jelas."Alah udah lah! mending kamu pulang sekarang atau kamu bakal menyesal." Tanpa menunggu respon dari ku, Mas Indra malah mematikan hp nya begitu saja."Dasar mokondo! awas aja ya lu!" gerutuku."Kenapa, Na?" tanya Rika.Aku menoleh ke arah sahabatku itu. Menghela napas sejenak lalu menjelaska

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Pergi Tanpa Pamit

    Bab 17 Pergi Tanpa Pamit"Udah lah, Na, jangan marah terus," ujar Mas Indra. "Aku ke sini mau tanya sesuatu ke kamu."Aku tersenyum kecut. Dugaanku benar rupanya. Mas Indra mendatangiku bukan untukku melainkan karena hal lain. Dasar laki-laki kampret!Tapi ... kira-kira hal apa ya yang ingin ditanyakan suamiku itu?"Udah lah, Mas, kamu ngapain ke sini?" tanyaku ketus.Mas Indra tak langsung menjawab. Ia malah tampak ragu namun pada akhirnya berucap juga."Ibu ... nanyain soal sawah kamu gimana?""Ha?!" aku terkejut. Baru saja mengomeliku dan sekarang sudah menanyakan soal sawah. Betul-betul mertua mata duitan!"Emang kenapa sawahnya? lupa ya tadi abis marahin aku?""Udah dong, Na ... maafin ibu, ya? ibu tadi cuma gak pengen kamu berantem sama Tiyem.""Terus kenapa yang dibela Tiyem? bukannya aku? aku masih menantunya, kan?" tukasku.Mas Indra menelan ludahnya mendengar ucapanku barusan. Dari ekspresinya aku bisa menebak kalau ia mulai tak nyaman dengan sikapku. Biarlah, lagian siapa s

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Si Pengkhianat Itu ...

    Bab 16 Si Pengkhianat Itu ..."Emang sepenting apa, sih?" tanya Tiyem dengan nada meremehkan.Aku menatap secara bergantian tiga orang di hadapanku ini. Lalu mulai bersuara untuk menjelaskan maksud dari perkataanku sebelumnya. Namun sebelum itu, aku mengajukan syarat kepada Bu Ria untuk menelepon Mas Indra agar secepatnya pulang."Kenapa harus ada Indra?" tanya Bu Ria."Gak usah banyak tanya, tinggal mau gak Buuu?" balasku.Dengan menghela napas kesal akhirnya Bu Ria menuruti kemauanku. Ia menelepon anaknya untuk segera pulang.Dan benar saja, kurang dari dua puluh menit setelah Bu Ria menghubungi anak lelakinya itu, Mas Indra sudah srumah. Tentu saja hal itu semakin memperkuat dugaanku kalau suamiku itu pasti sudah tidak bekerja lagi. Sebab, normalnya jarak tempuh yang dilalui Mas Indra dari rumah ke tempat kerjanya itu bisa sampai tiga puluh hingga empat puluh menit."Ada apa, Bu? kok mendadak minta Indra pulang?" tanya Mas Indra sesaat setelah ia sampai."Loh, ada Tiyem juga to?" M

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Nana Ketahuan

    Bab 15 Nana KetahuanBelum sempat aku membalas perkataan Bu Ria, tiba-tiba adik iparku si Jamilah datang dengan hebohnya."Ibuuuu!!!" teriak Jamilah."Kenapa sih kamu?" tanya Bu Ria."Ibu harus liat ini. Ternyata ada pengkhianat di warung kita, Bu," ucap Jamilah cepat.Mendengar kata pengkhianat, spontan aku sadar diri. Jangan-jangan Jamilah ....Aku semakin deg-degan ketika Jamilah menunjukkan layar hp nya ke hadapan ibunya. Saat itu aku teringat dengan postinganku yang ada di facebook mengenai promosi yang aku lakukan untuk usahaku.Dan benar saja, Bu Mirna langsung membelalakkan kedua matanya ketika melihat apa yang ada di layar ponsel Jamilah. Dengan raut wajah yang siap menerkam, ibu mertuaku itu lantas menghampiriku yang berada tak jauh darinya.Plakk!!Dengan keras Bu Ria melayangkan tangannya ke pipiku yang membuatku tertegun seketika.Perang antara mertua dan menantu kembali dimulai!"Mantu kurang aj*r kamu, ya! bisa-bisanya nusuk ibu mertuamu sendiri!" sergah Bu Ria sambil

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Ada Pengkhianat?

    Bab 14 Ada Pengkhianat? Meski merasa terheran-heran, karena tak ingin mempedulikan hal tersebut aku pun segera pamit untuk pergi. "Loh, uangnya kan belom ada. Ngapain pergi sekarang?" tanya Bu Ria. "Nana kan mau nyerahin dokumennya dulu ke Emak. Nanti biar segera diurus," jawabku berbohong. "Oo, yaudah. Cepet balik, ya! warung Ibu masih harus buka hari ini," ujar Bu Ria. "Iya, Buuu," balas ku. ***Tepat ketika aku bersiap untuk meninggalkan rumah Bu Ria, aku melihat kembali ke sekeliling. Memastikan kalau tak ada anggota rumah yang melihat ku menyebrang ke ruko tempat usahaku. "Aman." Aku pun melajukan sepeda motorku menuju ruko. Sesampainya di ruko aku bergegas memasukkan sepeda motorku ke dalam supaya tak terlihat oleh orang terutama keluarga Mas Indra. Lalu aku pun berkutat di dapur guna menyiapkan segala sesuatu untuk penjualan mie ayam dan bakso ku beberapa hari kedepan. Singkat cerita persiapan jualan hari ini kelar. Ternyata tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul se

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Menjual Sawah?

    Bab 13 Menjual Sawah?"Mas, kalau aku mimpi buruk lagi kayak gitu, terus aku gila, usaha ibu bisa jadi bangkrut karena gak ada yang masak seenak masakan ku. Mau kayak gitu?" ancam ku.Akhirnya, dengan sangat terpaksa Mas Indra pun mengiyakan pengusiran yang aku lakukan itu. Apalagi, tindakan ini didukung langsung oleh Bu Ria yang khawatir kalau usahanya akan bangkrut beneran.***Pagi harinya, ketika matahari belum memunculkan sinarnya, aku yang sudah rapi hendak pamit pada Mas Indra yang masih tertidur di sofa ruang tengah. Karena kejadi

  • Aku Dan Pengkhianatan Suamiku   Lebih dari yang Dikira

    Bab 12 Lebih Dari Yang DikiraSengaja. Benar, aku sengaja mengeluarkan kata-kata barusan. Toh, pada kenyataannya memang benar kan kalau Tiyem tidak hanya seperti keluarga sendiri, melainkan sudah menjadi bagian dari keluarga Mas Indra.Bu Ria dan Mas Indra pun terdiam satu sama lain. Tampak jelas raut wajah mereka berdua mendadak berubah grogi. Yang mana aku yakin, dua orang di dekat ku itu pasti merasa tersentil dengan ucapanku barusan."Udah ah, usulan kamu tuh gak masuk akal," ucap Bu Ria seraya kembali masuk ke dalam warung. Diikuti oleh anak lelakinya yang nampaknya juga mulai jengkel dengan sikapku.Aku pun hanya tertawa kecil melihat tingkah dua manusia itu. Hampir saja mereka terbod*hi olehku.***Malamnya di saat aku tengah tertidur, tiba-tiba aku terbangun karena mer

DMCA.com Protection Status