Share

Ide Brilian Ibu

Author: Ansus Asyra
last update Last Updated: 2022-10-20 12:08:22

Sebuah kendaraan roda dua berwarna hitam memasuki pekarangan sebuah rumah sederhana bercat kuning. Di atas kendaraan itu ada sepasang pria dan wanita yang tampak sedang berdebat.

"Kenapa kamu enggak balas dulu aja, sih, perbuatan si Alisa tadi. Keenakan dia kalau kamu lembut kek gitu," protes wanita tersebut dengan wajah masam.

Pria itu berdecak kesal. "Aku cuma nurutin keinginan Ibu, Nadya. Kamu enggak tahu kalau seorang ibu marah, maka pintu surga akan ditutup untuk anaknya? Mau kamu masuk neraka?"

Nadya turun dari boncengan motor sembari tertawa remeh. "Alah, Mas Rahman enggak usah ngomong seperti itu, deh. Udah macam orang paling benar aja. Wong, kamu juga banyak dosa, kok, Mas."

Baru saja Rahman ingin memukul kepala Nadya, wanita itu telah berkelit dan berlari memasuki rumah. Mencari ibunya untuk meminta perlindungan.

"Bu, tolongin Nadya! Mas Rahman kumat!" seru Nadya berlari ke balik tubuh ibunya. Sedangkan Rahman berada tepat di belakangnya, turut berlari, mengejarnya.

Bu Mirna yang sedang memegang satu toples kue kering dan sebuah majalah, segera memukulkan majalah tersebut ke kepala Rahman dan Nadya secara bergantian.

"Kok, aku dipukul, sih, Bu?" protes Rahman tidak terima. Satu tangannya mengusap bagian kepala yang terkena timpukan majalah dari ibunya tadi.

"Karena kamu lebih tua. Harusnya kamu ngalah sama adikmu!"

"Tapi, kenapa aku juga kena pukul?" Nadya yang awalnya cekikikan melihat Rahman dipukul, ikut menimpali.

"Kamu lebih muda, harusnya menghormati yang lebih tua."

Bu Mirna bersungut-sungut melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu dengan membawa kue di tangannya. Kesal karena kedua anaknya yang telah dewasa, tetapi masih saja sering bertengkar. Sedangkan kedua anaknya itu mengekor di belakangnya.

"Duduk!" titah Bu Mirna kepada Rahman dan Nadya.

"Sebenarnya ada apa, sih, Bu? Aku, kan, lagi ngerjain sesuatu," keluh Rahman dengan wajah tertekuk kepada ibunya.

"Iya, nih, Ibu ganggu aja. Padahal aku dan Mas Rahman mau kasih pelajaran ke Alisa. Kan, gagal jadinya–"

Sebuah pukulan yang tiba-tiba mendarat di kepala Nadya. Membuat wanita itu bungkam seketika. Rahman pun tidak lolos dari pukulan itu.

"Bisa enggak, sih, kalian diam dulu! Ibu mau bicara sesuatu yang penting. Penting banget malah."

Rahman berdecak kesal. Dia bukanlah anak kecil lagi yang harus terus menerus mendapat pukulan di kepala setiap melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh ibunya. Bahkan, dia telah mampu membuat seorang anak sekarang.

"Memangnya apa yang lebih penting dari memberikan pelajaran ke Alisa, sih, Bu? Istriku itu perlu dididik ulang agar menjadi istri yang baik dan penurut seperti dulu. Belakangan ini dia ngelunjak. Jadi berani sama aku, Bu." Rahman mengadukan kelakuan istrinya kepada ibunya. Mungkin agar mendapat dukungan dan segera disuruh melanjutkan kesenangannya tadi.

"Ck! Justru ini ada hubungannya dengan istrimu. Kamu main harus cantik dan berkelas, dong. Ibu punya ide brilian yang akan bikin kamu senang dan istrimu itu semakin menderita."

Rahman mengerutkan kening. Belum paham maksud ibunya. Kira-kira apa yang bisa bikin dia senang, tetapi membuat istrinya menderita?

"Yaelah, Ibu. To the point aja kali. Ngapain, sih, main tebak-tebakan segala," sela Nadya yang ikut penasaran. Tubuhnya bahkan ikut condong ke arah sang Ibu.

Tidak segera menjawab, Bu Mirna justru memandangi kedua anaknya secara bergantian. Lalu, meraih dan membuka toples yang dibawanya tadi.

"Ih, Ibu, kok, malah makan kue. Katanya mau kasih ide brilian." Nadya berdecak kesal. Ibunya malah membuat mereka semakin penasaran saja.

"Kamu ambil minum dulu buat ibu, haus nih."

Dengan terpaksa Nada berjalan mengambil air minum untuk ibunya meski harus menahan kesal.

"Nih, minumnya, Bu. Silakan diminum dan ceritakan ide brilian Ibu. Udah gak sabar, nih," keluh Nadya yang kembali duduk di samping ibunya.

"Iya, aku juga udah gak sabar pengen denger ide yang katanya bisa bikin aku senang itu."

"Jadi, ibu punya ide buat kamu Rahman." Bu Mirna menunjuk Rahman. "Istrimu itu, kan, sudah jelek jadi beban keluarga doang. Gimana kalau ...."

"Alah, pasti ibu cuma mau nyuruh aku untuk menceraikan Alisa, kan? Gak bakalan, Bu. Nanti yang urusin keperluanku siapa? Emang ibu sama Nadya mau urusin aku? Kalau cerai pun aku musti bagi harta gono-gini. Enakan dia dong, Bu," ketus Rahman menyela perkataan ibunya.

Berpisah dengan Alisa bukan berkah, melainkan musibah bagi Rahman. Setelah dilayani selama lima tahun, kini dia harus melakukan semuanya sendiri. Membayangkannya saja sudah membuat pria itu kesal.

"Ck! Kalau orang tua bicara jangan dipotong. Kamu gak sopan banget, sih." Bu Mirna hampir saja mendaratkan pukulan di kepala Rahman, tetapi berhasil ditangkis oleh pria itu.

"Ya lagi, Ibu minta aku pisah sama Alisa. Gak maulah aku, Bu. Pembantu gratisku hilang, dong."

Ah, perkataan Rahman mungkin akan membuat seluruh istri di dunia mendemonya. Bagaimana mungkin dia menganggap istri yang berbakti kepadanya sebagai seorang pembantu rumah tangga. Mungkin dia lupa, jika Alisa adalah seorang anak perempuan yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh orang tuanya. Meninggalkan kedua orang tua yang sangat dicintainya demi membina rumah tangga bersamanya.

"Siapa bilang Ibu nyuruh kamu buat cerai? Ibu itu cuma mau nawarin kamu buat nikah lagi sama istri yang lebih cantik dan juga mandiri. Jadi, kamu bisa santai karena dia punya penghasilan sendiri. Bukan macam Alisa yang bisanya cuma ngabisin uang aja."

"Ide bagus, Bu. Tapi, emangnya ada yang mau jadi istri keduaku? Cewek cantik yang punya kerjaan?" Rahman terlihat ragu.

"Iya, Bu. Ngapain cewek cantik dan punya banyak uang mau jadi istri keduanya Mas Rahman Padahal dia bisa dapetin cowok yang lebih daripada Mas Rahman ini," ujar Nadya menunjuki kakaknya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Membenarkan perkataan Rahman.

Bukan tanpa alasan, kakaknya itu memang rupawan wajahnya. Akan tetapi dia kerja tidak tentu karena tidak suka diperintah. Untuk membiayai satu orang istri saja dia tidak mampu, apalagi dua.

Memang akan lain ceritanya jika istri keduanya itu punya usaha sendiri dan uang. Namun, untuk apa wanita cantik dan mapan mau menjadi istri kedua dari orang semacam kakaknya itu. Bukankah itu sebuah kebodohan?

"Jadi kamu ngehina kakakmu sendiri, hm?" Rahman nyolot. Emosinya naik kala mendengar perkataan adiknya.

"Ya kan, Mas Rahman sendiri yang ngomong seperti itu. Gimana, sih!" sergah Nadya tidak ingin kalah.

"Tapi omonganmu itu bikin emosi tau!"

"Stop!" Bu Mirna menjulurkan kedua tangannya untuk menghentikan perdebatan kedua anaknya itu.

"Tapi, dia yang mulai duluan, Bu," tuding Rahman tidak terima.

"Kamu tuh yang duluan." Nadya masih tidak ingin mengalah.

"Stop! Ibu bilang berhenti!" Suara Bu Mirna yang seketika melengking membuat keduanya terdiam dan duduk tenang.

"Kita itu lagi membicarakan sesuatu yang sangat penting untuk masa depan kamu Rahman. Dan kamu Nadya, kalau kamu nggak bisa diam mending kamu masuk aja ke kamar."

Namun, Nadya menggelengkan kepala dengan kuat. Dia pun sama penasarannya dengan sang Kakak. Ingin mendengarkan kelanjutan perkataan ibunya.

"Kalau gitu kamu diam, dong. Jangan mengganggu." Nadya mengangguk kuat.

"Ibu punya calon yang bagus. Anaknya cantik dan punya bisnis penjualan baju online. Toko dan gudangnya besar. Bukan Ibu, tapi dia sendiri yang menawarkan diri untuk jadi istri kedua Rahman."

Tidak percaya dengan perkataan ibunya, Rahman pun bertanya, "emang ada perempuan macam itu, Bu?"

"Ada, dong. Kamu kenal, kok, sama dia."

"Siapa?" tanya Rahman penasaran. Keningnya berkerut dan hampir bertautan.

Related chapters

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Kamu Berhak Bahagia, Nak

    Tidak percaya dengan perkataan ibunya, Rahman pun bertanya, "emang ada perempuan macam itu, Bu?""Ada, dong. Kamu kenal, kok, sama dia.""Siapa?" tanya Rahman penasaran. Keningnya berkerut dan hampir bertautan."Ingat enggak sama si Ayu, mantan kamu sebelum pacaran sama si Alisa? Dia kan cinta mati sama kamu. Orang tuanya juga udah meninggal dan kasih banyak warisan ke dia loh. Kalau kamu macam-macam juga enggak bakalan ada yang protes. Soalnya dia, kan, anak tunggal dan udah yatim piatu.""Aku enggak ingat, Bu. Terlalu banyak Ayu yang singgah di hidupku," seloroh Rahman dengan wajah tengil.Sebuah jitakan mendarat sempurna di kepala Rahman dan pria itu tidak sempat mengelak. Sontak membuat Nadya tertawa puas."Ayu yang ini, loh, Rahman." Bu Mirna menunjukkan salah satu foto Ayu di ponselnya. "Makin cantik, kan, dia?"Seketika ingatan Rahman kembali pada masa lampau. Saat masih berpacaran dengan Ayu. Wanita berkacamata yang merupakan teman sekelasnya. Oke, dulu dia memang tidak secant

    Last Updated : 2022-10-21
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Bertemu Calon Istri

    "Sialan!" Tanpa sadar Nada mengeluarkan sisi hatinya. Gegas dia menutup mulut dengan kedua tangannya."Kamu ngatain Ibu? Wah, dasar anak durhaka!" hardik Rahman dengan nada kesal. Padahal sebenarnya dia hanya pura-pura agar adiknya itu mendapat hukuman dari sang Ibu.Nada segera menutup mulutnya. Isi hatinya terucap begitu saja tanpa disadarinya. Dia menatap awas kepada ibunya. Bersiap kalau-kalau majalah di tangan Bu Mirna mendarat di kepalanya."E-engak, kok. Aku lagi liat pesan whatsupp doang," kilah Nada mengangkat ponselnya.Bu Mirna berdecak kesal. "Kamu masuk saja, Nada. Ini urusan orang dewasa. Sepertinya kamu belum siap untuk mendengar pembicaraan ini."Dengan berat hati Nada beranjak dari duduknya. Padahal dia pun ingin tahu rencana ibu dan kakaknya."Kalau kamu nikah sama Ayu, Ibu akan kasih minimarket untuk kamu kelola."Rahman senang bukan kepalang. Setelah sekian lama akhirnya sang Ibu memercayainya untuk mengelola minimarket di ujung jalan itu. Artinya dia tidak perlu la

    Last Updated : 2022-12-18
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Gagal Ciuman

    Seorang asisten rumah tangga yang datang membawakan minuman untuk Ayu, terlihat penasaran melihat anak majikannya tampak begitu mesra dengan seorang wanita yang bukan istrinya. Namun, wanita paruh baya itu tidak memberikan reaksi apa pun. Bekerja di rumah itu harus seperti orang bodoh. Pura-pura buta dan tuli demi keselamatan diri."Kalian ngobrol aja dulu. Ibu mau ke kamar, mau istirahat," pungkas Bu Mirna. Setelah berkata demikian, dia melenggang pergi menuju ke kamarnya.Setelah memastikan ibunya telah pergi, Rahman mulai melancarkan aksi. Jurus merayunya tidak pernah gagal memikat wanita. Buktinya Alisa wanita paling cantik di sekolahnya saja bisa terpincut dan diajak hidup susah.Rahman memegang kedua tangan Ayu, lalu mengecup punggung tangannya."Kamu udah tahu, kan, kalau aku sudah punya istri?" Ayu mengangguk cepat. Sedikit banyak dia telah mengetahui keadaan Rahman dari Bu Mirna."Kamu tetap mau jadi istriku?" Lagi dan lagi Ayu mengangguk mantap."Aku terima kamu apa adanya,

    Last Updated : 2022-12-19
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Calon Mertua Baik

    "Sialan!" hardik Rahman penuh emosi saat melihat apa yang bersuara.Dibutakan nafsu membuat Ayu tidak sengaja menekan remote control televisi. Kebetulan sekali sinetron yang tayang tentang pelakor. Membuat calon suami istri itu kaget saja."Siapa yang nyalakan televisinya, sih!""Ma-maaf, Mas. Aku enggak sengaja," sesal Ayu yang merusak momen romantis di antara mereka.Rahman segera kembali duduk di samping Ayu. Terkejut melihat dia ketakutan melihat Rahman marah. "E-engak apa-apa, Sayang. Tadi aku cuma kaget aja kok. Jangan nangis, ya.""Kita jalan-jalan saja, yuk," ajak Rahman untuk mengubah suasana. Tidak ingin Ayu sedih dan ketakutan kepadanya."Tapi, tadi Bude bilah kita enggak boleh ke luar rumah. Nanti ada yang lihat dan ngadu ke Alisa, Mas.""Halah, kamu enggak usah takut. Alisa itu enggak pernah ke luar rumah jadi enggak akrab sama tetangga.""Tapi ...." Ayu tampak masih belum yakin untuk menerima ajakan Rahman."Kamu mau jalan-jalan ke mana?" tanya Bu Mirna yang tiba-tiba sa

    Last Updated : 2022-12-22
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Kebohongan Rahman

    Ah, Alisa lupa kalau suaminya sangat tidak senang jika ditanya seperti itu. Dia kemudian bangkit dari duduknya dan mengikuti Rahman ke kamar."Kamu mau ke mana, Mas?""Kenapa, sih, kamu nanya terus. Enggak ada kerjaan apa? Mending kamu urusin anak kamu, tuh!" hardik Rahman yang semakin kesal saja kepada Alisa yang ingin tahu semua urusannya."Aku cuma nanya kamu mau ke mana, Mas."Rahman tidak menjawab, sibuk memilih baju di lemari. Pilihannya jatuh pada sebuah kaos oblong hitam, celana jins hitam, dan kemeja flanel berwarna merah marun kombinasi hitam untuk luaran. Gayanya necis persis seperti bujang yang mau berkencan."Mas, kamu mau ke mana, sih? Pakai kemeja dan parfum segala?" Lagi dan lagi Alisa bertanya karena penasaran setelah meletakkan anaknya yang tertidur ke ranjang.Rahman berdecak kesal. Suasana hatinya seketika hancur lebur."Enggak usah banyak ngomong. Nih, ambil beli token!" Rahman melempar selembar uang lima puluh ribu ke wajah Alisa dan sukses membungkam wanita itu.

    Last Updated : 2022-12-23
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Andai Sejak Dulu

    Setelah berpamitan, Rahman dan Ayu pun berangkat. Tujuan pertama mereka adalah membeli cincin, setelah itu barulah membeli seserahan."Kamu mau cincin yang bagaimana? Pilih saja yang kamu suka. Enggak usah pikirin soal harga, kan ada ini," ucap Rahman memamerkan kartu ATM pemberian ibunya."Beneran, nih, Mas?" Ayu berseru kegirangan."Iya, dong, Sayang. Buat kamu, apa sih yang enggak.""Wah, suaminya baik banget, Mbak. Udah ganteng, baik lagi. Mbak pasti bahagia banget, ya, jadi istrinya. Pasangan sempurna, yang satu cantik dan yang satunya tampan," puji pelayan toko."Sepertinya kita udah cocok banget, ya, jadi suami istri," ucap Ayu tersipu malu dan Rahman pun tertawa senang."Bawa model perhiasan kamu yang paling bagus.""Saya tunjukkan model terbaru yang paling banyak diminati, ya, Mbak."Pelayan toko tersebut tanggap membaca suasana. Tentu saja dia tahu jika Ayu dan Rahman bukan pasangan suami istri karena belum ada cincin yang melingkar di jari manis mereka. Sengaja dia mengompo

    Last Updated : 2022-12-29
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Cincin Permintaan Maaf

    Jujur saja, semakin mengenal Rahman Ayu semakin jatuh cinta kepadanya. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, dua Minggu lagi keduanya akan menikah di rumah orang tua Ayu. Meski ibunya dulu menentang, tetapi sekarang tidak lagi. Terlebih saat tahu jika Rahman memperlakukan anaknya dengan sangat baik.Mempunyai masa lalu yang kelam, Ayu kerap kali dihina oleh para tetangga. Bahkan ibunya sempat mengusir dari rumah. Namun, semuanya telah berubah sekarang. Dia akan membungkam mulut para tetangga itu saat menikah nanti."Eh, aku nggak suka cincin yang kecil gini, Mas. Tadi kan aku sudah pesan yang sesuai seleraku dan sudah ditambah tiga cincin emas. Itu aja sudah cukup, kok, Mas," tolak Ayu pura-pura merasa tidak enak, padahal aslinya dia tidak ingin membeli cincin itu. Beratnya hanya satu gram dan modelnya sudah ketinggalan jaman. Sangat jauh berbeda dengan cincin-cincin yang dipilihnya tadi.Rahman tersenyum simpul. "Ini buat Alisa, Sayang. Biar dia senang dan nggak curiga sama aku. Lag

    Last Updated : 2023-01-07
  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Berpenampilan Pantas

    "kamu lagi ngomongin apa, Mas? Kok bicara sendiri," tegur Ayu yang rupanya memperhatikan gelagat Rahman dari jauh.Pria itu tampak gugup, tidak ingin dicap sebagai orang gila karena berbicara sendiri. "Eh, ehm ... anu ... itu. Kata Ibu aku ganteng."Sebenarnya Rahman merasa cukup malu karena memuji diri sendiri. Padahal biasanya dia selalu percaya diri dan selalu narsis. Namun, entah kenapa kali ini berbeda, rasanya sedikit memalukan.Ayu sontak tergelak. Bukan karena apa yang dikatakan Rahman lucu, melainkan ekspresinya yang tampak konyol. Membuat Rahman makin kikuk dan salah tingkah saja.****Alisa segera menjawab ponselnya yang berdering dengan tergesa-gesa tanpa melihat siapa yang menelepon. Pasalnya Arka baru saja tertidur dan dia tidak ingin jagoannya itu terbangun. Bisa rewel nanti."Ha–""Nanti malam kamu ke sini sama anakmu, ya. Ada acara kumpul keluarga, kita makan malam bareng. Ingat! Pakai baju yang bagus, jangan yang lusuh. Berpenampilan yang pantas. Aku enggak mau anakk

    Last Updated : 2023-01-11

Latest chapter

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Bertemu

    "Mau ke mana kamu, Lis?" tanya Bu Hikmah–tetangga depan rumahnya–sambil mengeluarkan sepeda motor dari teras.Alisa tersenyum dan menjawab, "mau ke rumah Bu Mirna, Bu. Kebetulan tadi diajakin makan di sana.""Wah, akhirnya mertuamu itu dapat hidayah, ya. Syukur deh kalau begitu." Bu Hikmah tampak ikut senang.Sebagai sesama wanita, tentu dia bisa merasakan rasa sedih dan kecewa yang dirasakan Alisa karena diabaikan oleh keluarga suaminya. Terlebih rumahnya berada tepat di depan rumah Alisa, membuatnya mau tidak mau mendengar semua makian dan hinaan yang diterima oleh ibu muda itu."Kalau begitu saya pamit dulu, ya, Bu. Takut telat sampainya.""Eh, bareng aja, Lis. Kebetulan aku juga mau keluar, kok. Udah, enggak usah nolak. Daripada kamu jalan sambil ngarep ketemu Rahman di jalan." Meski terkejut karena Bu Hikmah tahu apa yang dipikirkannya, Alisa tetap menerima tawaran tersebut.Bu Hikmah pun melajukan kendaraannya menuju ke rumah Bu Marni dengan kecepatan sedang. "Kamu ingat kan ap

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Berpenampilan Pantas

    "kamu lagi ngomongin apa, Mas? Kok bicara sendiri," tegur Ayu yang rupanya memperhatikan gelagat Rahman dari jauh.Pria itu tampak gugup, tidak ingin dicap sebagai orang gila karena berbicara sendiri. "Eh, ehm ... anu ... itu. Kata Ibu aku ganteng."Sebenarnya Rahman merasa cukup malu karena memuji diri sendiri. Padahal biasanya dia selalu percaya diri dan selalu narsis. Namun, entah kenapa kali ini berbeda, rasanya sedikit memalukan.Ayu sontak tergelak. Bukan karena apa yang dikatakan Rahman lucu, melainkan ekspresinya yang tampak konyol. Membuat Rahman makin kikuk dan salah tingkah saja.****Alisa segera menjawab ponselnya yang berdering dengan tergesa-gesa tanpa melihat siapa yang menelepon. Pasalnya Arka baru saja tertidur dan dia tidak ingin jagoannya itu terbangun. Bisa rewel nanti."Ha–""Nanti malam kamu ke sini sama anakmu, ya. Ada acara kumpul keluarga, kita makan malam bareng. Ingat! Pakai baju yang bagus, jangan yang lusuh. Berpenampilan yang pantas. Aku enggak mau anakk

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Cincin Permintaan Maaf

    Jujur saja, semakin mengenal Rahman Ayu semakin jatuh cinta kepadanya. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, dua Minggu lagi keduanya akan menikah di rumah orang tua Ayu. Meski ibunya dulu menentang, tetapi sekarang tidak lagi. Terlebih saat tahu jika Rahman memperlakukan anaknya dengan sangat baik.Mempunyai masa lalu yang kelam, Ayu kerap kali dihina oleh para tetangga. Bahkan ibunya sempat mengusir dari rumah. Namun, semuanya telah berubah sekarang. Dia akan membungkam mulut para tetangga itu saat menikah nanti."Eh, aku nggak suka cincin yang kecil gini, Mas. Tadi kan aku sudah pesan yang sesuai seleraku dan sudah ditambah tiga cincin emas. Itu aja sudah cukup, kok, Mas," tolak Ayu pura-pura merasa tidak enak, padahal aslinya dia tidak ingin membeli cincin itu. Beratnya hanya satu gram dan modelnya sudah ketinggalan jaman. Sangat jauh berbeda dengan cincin-cincin yang dipilihnya tadi.Rahman tersenyum simpul. "Ini buat Alisa, Sayang. Biar dia senang dan nggak curiga sama aku. Lag

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Andai Sejak Dulu

    Setelah berpamitan, Rahman dan Ayu pun berangkat. Tujuan pertama mereka adalah membeli cincin, setelah itu barulah membeli seserahan."Kamu mau cincin yang bagaimana? Pilih saja yang kamu suka. Enggak usah pikirin soal harga, kan ada ini," ucap Rahman memamerkan kartu ATM pemberian ibunya."Beneran, nih, Mas?" Ayu berseru kegirangan."Iya, dong, Sayang. Buat kamu, apa sih yang enggak.""Wah, suaminya baik banget, Mbak. Udah ganteng, baik lagi. Mbak pasti bahagia banget, ya, jadi istrinya. Pasangan sempurna, yang satu cantik dan yang satunya tampan," puji pelayan toko."Sepertinya kita udah cocok banget, ya, jadi suami istri," ucap Ayu tersipu malu dan Rahman pun tertawa senang."Bawa model perhiasan kamu yang paling bagus.""Saya tunjukkan model terbaru yang paling banyak diminati, ya, Mbak."Pelayan toko tersebut tanggap membaca suasana. Tentu saja dia tahu jika Ayu dan Rahman bukan pasangan suami istri karena belum ada cincin yang melingkar di jari manis mereka. Sengaja dia mengompo

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Kebohongan Rahman

    Ah, Alisa lupa kalau suaminya sangat tidak senang jika ditanya seperti itu. Dia kemudian bangkit dari duduknya dan mengikuti Rahman ke kamar."Kamu mau ke mana, Mas?""Kenapa, sih, kamu nanya terus. Enggak ada kerjaan apa? Mending kamu urusin anak kamu, tuh!" hardik Rahman yang semakin kesal saja kepada Alisa yang ingin tahu semua urusannya."Aku cuma nanya kamu mau ke mana, Mas."Rahman tidak menjawab, sibuk memilih baju di lemari. Pilihannya jatuh pada sebuah kaos oblong hitam, celana jins hitam, dan kemeja flanel berwarna merah marun kombinasi hitam untuk luaran. Gayanya necis persis seperti bujang yang mau berkencan."Mas, kamu mau ke mana, sih? Pakai kemeja dan parfum segala?" Lagi dan lagi Alisa bertanya karena penasaran setelah meletakkan anaknya yang tertidur ke ranjang.Rahman berdecak kesal. Suasana hatinya seketika hancur lebur."Enggak usah banyak ngomong. Nih, ambil beli token!" Rahman melempar selembar uang lima puluh ribu ke wajah Alisa dan sukses membungkam wanita itu.

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Calon Mertua Baik

    "Sialan!" hardik Rahman penuh emosi saat melihat apa yang bersuara.Dibutakan nafsu membuat Ayu tidak sengaja menekan remote control televisi. Kebetulan sekali sinetron yang tayang tentang pelakor. Membuat calon suami istri itu kaget saja."Siapa yang nyalakan televisinya, sih!""Ma-maaf, Mas. Aku enggak sengaja," sesal Ayu yang merusak momen romantis di antara mereka.Rahman segera kembali duduk di samping Ayu. Terkejut melihat dia ketakutan melihat Rahman marah. "E-engak apa-apa, Sayang. Tadi aku cuma kaget aja kok. Jangan nangis, ya.""Kita jalan-jalan saja, yuk," ajak Rahman untuk mengubah suasana. Tidak ingin Ayu sedih dan ketakutan kepadanya."Tapi, tadi Bude bilah kita enggak boleh ke luar rumah. Nanti ada yang lihat dan ngadu ke Alisa, Mas.""Halah, kamu enggak usah takut. Alisa itu enggak pernah ke luar rumah jadi enggak akrab sama tetangga.""Tapi ...." Ayu tampak masih belum yakin untuk menerima ajakan Rahman."Kamu mau jalan-jalan ke mana?" tanya Bu Mirna yang tiba-tiba sa

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Gagal Ciuman

    Seorang asisten rumah tangga yang datang membawakan minuman untuk Ayu, terlihat penasaran melihat anak majikannya tampak begitu mesra dengan seorang wanita yang bukan istrinya. Namun, wanita paruh baya itu tidak memberikan reaksi apa pun. Bekerja di rumah itu harus seperti orang bodoh. Pura-pura buta dan tuli demi keselamatan diri."Kalian ngobrol aja dulu. Ibu mau ke kamar, mau istirahat," pungkas Bu Mirna. Setelah berkata demikian, dia melenggang pergi menuju ke kamarnya.Setelah memastikan ibunya telah pergi, Rahman mulai melancarkan aksi. Jurus merayunya tidak pernah gagal memikat wanita. Buktinya Alisa wanita paling cantik di sekolahnya saja bisa terpincut dan diajak hidup susah.Rahman memegang kedua tangan Ayu, lalu mengecup punggung tangannya."Kamu udah tahu, kan, kalau aku sudah punya istri?" Ayu mengangguk cepat. Sedikit banyak dia telah mengetahui keadaan Rahman dari Bu Mirna."Kamu tetap mau jadi istriku?" Lagi dan lagi Ayu mengangguk mantap."Aku terima kamu apa adanya,

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Bertemu Calon Istri

    "Sialan!" Tanpa sadar Nada mengeluarkan sisi hatinya. Gegas dia menutup mulut dengan kedua tangannya."Kamu ngatain Ibu? Wah, dasar anak durhaka!" hardik Rahman dengan nada kesal. Padahal sebenarnya dia hanya pura-pura agar adiknya itu mendapat hukuman dari sang Ibu.Nada segera menutup mulutnya. Isi hatinya terucap begitu saja tanpa disadarinya. Dia menatap awas kepada ibunya. Bersiap kalau-kalau majalah di tangan Bu Mirna mendarat di kepalanya."E-engak, kok. Aku lagi liat pesan whatsupp doang," kilah Nada mengangkat ponselnya.Bu Mirna berdecak kesal. "Kamu masuk saja, Nada. Ini urusan orang dewasa. Sepertinya kamu belum siap untuk mendengar pembicaraan ini."Dengan berat hati Nada beranjak dari duduknya. Padahal dia pun ingin tahu rencana ibu dan kakaknya."Kalau kamu nikah sama Ayu, Ibu akan kasih minimarket untuk kamu kelola."Rahman senang bukan kepalang. Setelah sekian lama akhirnya sang Ibu memercayainya untuk mengelola minimarket di ujung jalan itu. Artinya dia tidak perlu la

  • Aku Butuh Uangmu Bukan Tampangmu, Mas!   Kamu Berhak Bahagia, Nak

    Tidak percaya dengan perkataan ibunya, Rahman pun bertanya, "emang ada perempuan macam itu, Bu?""Ada, dong. Kamu kenal, kok, sama dia.""Siapa?" tanya Rahman penasaran. Keningnya berkerut dan hampir bertautan."Ingat enggak sama si Ayu, mantan kamu sebelum pacaran sama si Alisa? Dia kan cinta mati sama kamu. Orang tuanya juga udah meninggal dan kasih banyak warisan ke dia loh. Kalau kamu macam-macam juga enggak bakalan ada yang protes. Soalnya dia, kan, anak tunggal dan udah yatim piatu.""Aku enggak ingat, Bu. Terlalu banyak Ayu yang singgah di hidupku," seloroh Rahman dengan wajah tengil.Sebuah jitakan mendarat sempurna di kepala Rahman dan pria itu tidak sempat mengelak. Sontak membuat Nadya tertawa puas."Ayu yang ini, loh, Rahman." Bu Mirna menunjukkan salah satu foto Ayu di ponselnya. "Makin cantik, kan, dia?"Seketika ingatan Rahman kembali pada masa lampau. Saat masih berpacaran dengan Ayu. Wanita berkacamata yang merupakan teman sekelasnya. Oke, dulu dia memang tidak secant

DMCA.com Protection Status