Share

Bagai air dan minyak

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-11-09 16:43:18
"Rado, sarapan dulu yuk?"

Hari ini aku sengaja menyapa Rado di kamarnya sekaligus memberitahu jika sarapan sudah siap disajikan.

"Nggak usah sok baik." Ucapnya seraya membetulkan dasi seragamnya.

"Mau aku bantu pasangkan?"

"Jangan berani-berani dekati aku!" Dia berucap dengan nada awas nan tegas.

Jika sudah begini aku tidak boleh melewati batas atau Rado bisa lebih marah padaku. Kebaikan yang belakangan ini kutunjukkan tidak membuahkan hasil sama sekali. Justru Rado terlihat makin tidak suka dan marah padaku.

"Gimana, Sha?" Tanya Tante yang mendapatiku kembali ke dapur dengan wajah tanpa senyuman.

"Rado kok susah dilunakin hatinya ya, Tan?"

"Maaf ya, Sha. Tante yakin, Rado bakal luluh lihat kebaikan kamu tiap hari. Ini masih jalan beberapa hari aja, kan?!"

Aku mengangguk lalu duduk di kursi meja makan, dan tidak lama kemudian Rado bergabung dengan penampilannya yang sudah segar dan tampan.

"Ini susumu, Do." Aku mengangsurkan segelas susu coklat hangatnya.

Dia meneriman
Juniarth

Enjoy reading...

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Rina Kusniawati
Rado egois,kasihan sama Sasha yg diperlakukan seperti itu oleh Rado, pertama sama kian sekarang sama rado
goodnovel comment avatar
rose
dulu gedeknya ma kian, skrng pindah haluan gedek bettt ma si rado, asli dah jd pengen semprot matanya pake bubuk cabe .........
goodnovel comment avatar
srisutisna
boleh ngk sih c Rado aku karungin trs aku buang k kali... kesel banget asli
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   USG yang tidak membahagiakan

    "Sha?" "Iya, Tante." Aku yang tengah memainkan game di ponsel sedikit terkejut karena tepukan halus di pundakku. Ternyata Tante memasuki kamar Kian tanpa kusadari. "Kian bilang mau ajak kamu USG." "Sekarang?" Tanyaku memastikan. "Iya, dia udah bikin janji sama dokter kandungan." Bagaimana aku tidak terheran-heran jika yang membuat janji bertemu dokter kandungan adalah Kian. Bukannya aku. "Jangan bengong. Dulu waktu Amanda hamil, Kian yang daftarin juga. Sekarang kamu yang hamil, dia juga yang daftarin." "I... iya, Tante." "Kian bilang, ada taksi online yang udah dia pesan buat kamu. Nanti kamu diturunin di gapura perumahan. Kondisinya nggak memungkinkan kalau kamu naik mobil Kian di depan rumah. Rado bisa ngamuk-ngamuk." Seulas senyum kusuguhkan karena aku tahu Tante sebenarnya tidak enak hati padaku, tapi bagaimana lagi. Sudah sepantasnya, aku yang 'waras' mengalah. "Taksinya sebentar lagi datang, Kian juga udah siap-siap berangkat." "Kok Kian nggak bilang sendiri ke aku,

    Last Updated : 2022-11-11
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Hanya ada dua pilihan

    "Sha, mau makan apa?" Kian bertanya ketika kami perjalanan pulang ke rumah setelah USG. "Kian, boleh aku tanya?" "Apa?" Kali ini dia tidak lagi menggenggam tanganku seperti yang dia lakukan ketika berangkat ke klinik kandungan. Sungguh aku seperti hanya ditarik ulur olehnya. "Kenapa tadi kamu lebih banyak diem? Ada yang salah sama USG-nya?" Kian segera menepikan mobilnya ketika aku bertanya demikian. Rupanya ini adalah pembahasan yang cukup menyentil perasaannya. "Kamu perhatiin aku?" Aku mengangguk pelan tanpa melihat wajahnya. "Kamu mikir apa kalau boleh tahu?" "Aku seneng kamu akhirnya perhatian sama aku." Aku menoleh lalu mendapatinya sedang menatapku dengan senyum bahagianya. "Maksudnya?" "Aku sengaja pura-pura sedih biar aku tahu kamu perhatiin aku apa nggak." Siapa yang tidak kesal mendapati jawaban seperti itu? Reflek tanganku memukuli lengannya berulang kali hingga Kian tertawa terbahak-bahak sedang aku terus meluapkan amarah dan kekesalanku karena dikerjai oleh

    Last Updated : 2022-11-12
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   PAMIT!

    Tidak ada perubahan. Hubunganku dengan Rado justru makin memanas. Bahkan dengan terang-terangan di suatu sarapan, dia memakiku dengan kesal karena bersikap sok manis padanya. Padahal aku hanya menyiapkan susu coklat kesukaannya. "Jangan buatin aku susu coklat sama tangan burikmu itu!" Setelah menyiramkan susu coklat itu ke wajahku, dia membanting gelas kaca itu tepat di sisi kiri kakiku. Betapa tidak bergetar tubuhku karena diperlakukan dengan tidak baik oleh Rado. "Cukup Rado!" "Kenapa?! Mama mau ngaduin ini ke Mas Kian? Aduin aja! Atau aku bakal buat dia nangis darah!" Lalu pada suatu hari, ia mengunci pintu rumah ketika aku sedang menyiram tanaman di pagi hari. Kebetulan Tante sedang keluar dan jadilah aku menunggu di teras rumah hingga Tante datang siang hari. Padahal aku sangat lapar dan belum meminum vitamin dari dokter. Dan ujungnya dua hari yang lalu, ketika Rado mengambil semua pakaianku di jemuran lalu memasukkannya ke keranjang sampah. Kemudian mengikat ujung wadah

    Last Updated : 2022-11-14
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Maju dari perkiraan

    Saat berjalan dengan membawa tas jinjing berisi pakaian saja, tiba-tiba kandunganku yang sudah mendekati hari perkiraan lahir bereaksi lain. Aku masih ingat jika perkiraan lahirnya masih minggu depan. Pikirku ini hanya kram biasa karena stres yang sedang kualami. Sedikit tertatih, aku memaksa terus berjalan pelan menuju sebuah pos penjagaan kompleks perumahan yang kosong. Syukurlah aku bisa mendudukkan diri disana sambil mengatur nafas dan hati yang carut marut. "Ya Tuhan, kuatkan aku. Aku mohon. Beri aku kekuatan menjalani ini bersama anakku." Ingin rasanya aku menangis tapi itu percuma karena aku tidak mau menoleh ke belakang meski Kian, Tante, bahkan kedua orang tuaku meneriakiku untuk kembali. Semua luka itu, aku lelah merasakannya. "Apa gue minta tolong Alfonso ya?" Gumamku dengan ringisan di bibir. Astaga, perutku mulai terasa sangat aneh dan jujur saja aku takut melahirkan saat perjalanan menuju kos Amelia. "Sakitnya kok begini ya? Aduh..." Kekhawatiranku makin menjad

    Last Updated : 2022-11-16
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Sampaikan maafku

    "Sus, tolong jangan diangkat." Ucapku lirih. Untuk bersuara saja, aku sangat irit. Tenaga yang tersisa di tubuh, serta kesadaran yang harus kujaga penuh, harus kukerahkan demi buah hatiku. Walau sakit di perut tiada terkira, bahkan seperti dikuliti sungguhan, setidaknyan aku harus kuat. Aku ingin melahirkan anakku dengan selamat bahkan ketika dia lahir aku berharap masih memiliki tenaga untuk menimangnya. "Maaf, Bu Audrey. Saya pernah melahirkan, jadi saya tahu bagaimana susahnya jika harus mandiri setelahnya. Tidak mungkin suster yang berjaga akan terus fokus pada Ibu Audrey, karena kami juga memiliki tugas yang lain." Akhirnya panggilan itu dihubungkan suster lalu meloudspeaker dan mengarahkannya tepat dihadapanku. "Halo, Drey?" "Ha... halo, Mel." "Ada apa tadi nelfon? Sorry gue baru kelar rapat." Suster kembali mengangguk meyakinkan jika aku harus mengatakan kondisiku pada Amelia. "Mel, sorry kalau gue ganggu." Ucapku masih lirih karena berbarengan dengan perih yang ter

    Last Updated : 2022-11-18
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Tangis Putriku

    "Tante, aku cuma mau minta maaf biar dilancarkan. Apalagi, aku mau lahiran." Tante masih setia mengusap punggung dan pinggangku bergantian. "Lebih baik, kita terus berdoa semoga kamu diberi kelancaran melahirkan. Nggak usah mikir yang lain-lain, Sha."Gelombang nyeri itu kembali menggilas perutku dan rasanya makin lama makin sakit saja. Sampai aku mendesis lalu menggigit bibir bawah. "Tante, apa Rado masih nggak suka sama aku?" "Sha, udah. Jangan bahas yang lain. Tante mau cucu Tante lahir dengan selamat." Dan tidak berapa lama, perawat yang tadi sempat membantuku mengurus surat tes DNA kembali membuka suara sambil menyodorkan kertas yang harus kutandatangani. "Tes DNA calon bayinya akan dicocokkan dengan sampel milik siapa, Bu Audrey?" Tante memandangku tidak percaya begitu aku memutuskan tes DNA. "Dengan putra ibu ini, Sus. Tapi orangnya tidak ada." Jawabku sekenanya sambil meringis menahan sakit. "Bisa diwakilkan dari ibunya karena pertalian DNA masih dekat." Aku menatap w

    Last Updated : 2022-11-23
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Kritis setelah melahirkan

    "Maaf, Bu. Silahkan tunggu di luar. Pasien memerlukan tindakan gawat darurat!"Itu suara suster yang ikut membantu Sasha saat persalinan. "Menantu saya kenapa, Sus?" "Maaf, Bu. Nanti bisa ditanyakan kembali."Tubuh Ibu Kian hampir luruh di lantai jika tidak segera berpegangan pada kursi panjang di sebelahnya usai pintu ditutup rapat. Membayangkan Sasha berurai darah akibat pendarahan selepas melahirkan, membuat mentalnya turun seketika."Baru aja kita senang karena bayimu lahir sehat dan selamat. Tapi kenapa kamu jadi pendarahan kayak gini, Sha?"Bayangan Sasha tidak bisa di tolong lagi, justru memperunyam jalan pikirannya. "Tante harus bilang apa sama kedua orang tuamu, Sha? Tante kayak orang tua yang nggak becus! Yang nggak bisa jagain kamu." Sebagai seorang ibu dan nenek, Ibu Kian merasa begitu terpukul melihat Sasha yang masih muda harus mengalami banyak kesedihan sejak berkenalan dengan Kian, putranya itu. Hamil lalu ditinggalkan, bahkan rencana pernikahannya dengan Affar pun

    Last Updated : 2022-11-25
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Melunakkan hati beku Rado

    Siapa yang tidak bergetar hatinya ketika melihat bayi mungil yang baru saja lahir ke dunia tapi tidak didekap oleh ibunya?Bukan karena bayi itu sakit, tapi ibu si bayi yang tengah kritis. Berjuang bertahan diantara hidup dan mati.Sebenci apapun Sasha pada keluarga Kian, ia ingin pergi bersama anaknya tanpa permusuhan. Sekalipun cintanya pada Kian seluas samudra, ia ingin menjauh diam-diam tanpa harus ada drama yang membuatnya kembali luluh. "Cepat hubungi Masmu. Dia berhak tahu kondisi Sasha dan anaknya."Rado masih mematung menatap bayi imut yang menggemaskan itu. Memorinya berputar ke masa lalu saat ia dan ibunya kerap mengunjungi panti asuhan."Kenapa kamu diam aja, Do? Cepat hubungi Masmu."Rado tidak mendengarkan karena otaknya masih tertuju pada hal lain. Hingga dia menemukan satu benang merah yang baru disadari sekarang."Apa dulu Mama sengaja ngajak aku ke panti asuhan karena bayi ini?"Ibunya menoleh dengan menggendong bayi yang baru saja dilahirkan Sasha."Iya. Apa kamu ma

    Last Updated : 2022-11-30

Latest chapter

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cemburu cium pipi, boleh?

    POV PARALIO Apakah Sasha bahagia karena aku menikahinya? Senyum saja tidak. Kedua matanya hanya menatap jemari yang terpasang cincin pernikahan yang kusematkan. Pantaskah aku berpikiran bahwa Sasha tidak bahagia dengan pernikahan kami? Padahal aku sangat bahagia memiliki dia yang sudah lama memendam cintanya untukku. Bahkan saat aku berulanag kali menyakitinya entah sengaja atau tidak sengaja sekalipun, Sasha masih menyimpan aku di ruang hatinya. Kini, ketika aku merasakan hatinya telah mati untukku, aku merasa.... menyesal. Hari ini, ketika Sasha sudah dinyatakan stabil kesehatannya, dokter memutuskan memindahkan ia kembali ke kamar rawat inap agar aku bisa menjaganya. Kini, setelah kami sudah tiba di kamarnya, Sasha akhirnya membuka suara. "Dimana anakku, Kian?" Tanyanya dengan suara lirih dan serak. Aku yang sedang membetulkan selimutnya, kemudian beralih menatap kedua bola mata indahnya yang sayu. "Dia di rumah, sama Rado, Mama, dan Mamamu. Tapi aku ada videonya. Mau

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Ketika matanya terbuka

    POV PARALIOSudah dua minggu, istriku dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang sama. Tidak ada perubahan sama sekali dan itu membuatku hampir putus asa. Sebenarnya ada apa dengan Sasha?Mengapa setelah melahirkan, kondisi kesehatannya memburuk seperti ini?Tidak hanya aku dan orang rumah yang sedih melihat keadaan Sasha yang tak kunjung membaik. Tapi, bayi kami pun ikut terdampak. Kata Mama, bayiku sering menangis dan malam harinya rewel hingga pengasuhnya lelah. Karena itu pula, kinerjaku memburuk. Aku bahkan tidak bisa fokus pada pekerjaan saat rapat dengan customer besar yang memintaku secara langsung untuk mengerjakan bestek pesanannya. Melihat perubahanku yang tidak baik, entah angin dari mana Pak Affar dengan baik hatinya menawariku satu solusi demi kesembuhan Sasha. Kami pergi ke salah satu panti asuhan anak yatim piatu lalu mengajak mereka berdoa bersama demi kesembuhan Sasha dan menyantuni mereka dengan beragam kebutuhan yang diperlukan. Dan setelah acara itu, hubunganku

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   First kiss

    POV RADO Apa aku harus mencium kakak iparku sendiri? Padahal aku tidak pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya. Memiliki kekasih saja tidak. Memang, siapa yang sudi mencintai pemuda yang memiliki gangguan mental sepertiku?Begitulah pemikiranku ketika melihat Mbak Sasha yang masih setia terlelap dalam tidurnya di rumah sakit ini. Mataku masih setia menatap wajahnya yang setengah pucat dengan selang makan yang dimasukkan melalui sudut mulutnya. Sedih, kasihan, dan terbayang-bayang dengan bayinya yang berada di rumah tanpa belaian dari Mbak Sasha sebagai ibunya. Tatapanku berpindah ke tangannya yang kugenggam dengan erat karena suhu tubuh Mbak Sasha yang lebih rendah dari tubuh manusia normal. "Mbak, bangun. Bayimu nungguin kamu. Semua yang ada di rumah nunggu kamu sehat lagi. Jangan tidur terus.""Aku tahu kalau kamu kayak gini itu juga ada andil salahku, Mbak. Tapi aku janji bakal berubah. Aku bakal tebus kesalahanku. Aku bakal sayangi kamu sama bayimu, Mbak. Aku janji. Tapi

DMCA.com Protection Status