Beranda / Romansa / Aku Bukan Perempuan Mainanmu / 80. Terima kasih Alfonso

Share

80. Terima kasih Alfonso

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-16 13:59:34

"Audrey!!!"

Aku menoleh ke sumber suara lalu belari menghampirinya. Bersembunyi di balik tubuh Alfonso demi menghindari Affar. Aku sangat bersyukur ia datang di saat yang sangat tepat sekali.

Pipiku terasa panas dan punggungku terasa hampir patah karena siksaan Affar yang tidak berdasar. Andai Alfonso tidak datang mungkin aku akan berakhir menyedihkan.

Menuntut Affar pada pihak kepolisian?

Itu jalan buntu.

Aku tahu dia pria berharta bahkan memiliki pengacara pribadi yang ditugaskan mengurus masalah perceraiannya. Bahkan dia berhasil membungkam penyidik untuk tidak memanggilku lagi saat ada kasus penggelapan material mega proyek yang dilakukan oleh supervisor la

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Windi Sumarni
sabar sabar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Saya antar pulang

    "Audrey, hei.... bangun." Alfonso mengguncang lenganku lembut.Mobil mewah Alfonso yang sangat nyaman mampu meninabobokan ragaku yang teramat lelah. Efek dari capek hati pula.Aku menyesuaikan pandangan dengan keadaan sekitar yang terasa asing bagiku. Ini bukan tempat yang kukenal."Dimana ini Al?" Tanyaku dengan mata menyipit."Rumah Kian."Aku langsung terkejut. "Ki....Kian? Pak Lio maksudnya?"Alfonso mengangguk. "Yap. Kita kesini aja ya? Sekalian ngompres pipi lo."Mobil Pak Lio terparkir di depan garasi rumah, mungkin ia baru pulang setelah mengantar Anjar. Namun kelebat kejadian aku merebut Affar dari istrinya justru menari-nari dalam benakku. Ditambah bayangan wanita pelakor yang merebut papa dari mama. "Nggak Al. Kita balik ke mall aja. Pipi gue nggak apa-apa kok." Ucapku sambil menahan lengannya ketika hendak keluar mobil.Setelah menghancurkan rumah tangga Affar, aku tidak mungkin menghancurkan hubungan Anjar dengan Pak Lio. Bagaimanapun Anjar adalah sahabat baik di kantor d

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terima kasih pak

    Untuk kesekian kalinya, aku melakukan kesalahan di depan Pak Lio secara tidak sengaja seperti awal masuk kerja. Kini dengan bodohnya aku mengulangi kesalahan yang sama."M...maksud saya tikus Alfonso pak."Pak Lio berlalu masuk ke dalam mobil dengan wajah datarnya, lalu aku mengikutinya setelah pagar tertutup dengan benar. Sepanjang perjalanan menuju mall, kami hanya ditemani audio mobil yang mengalunkan lagu-lagu Bahasa Inggris yang tidak banyak kukenal. Hanya satu yang familiar di telingaku, lagu milik Adele yang berjudul Set Fire.Pak Lio seperti biasa, fokus ke depan tanpa mengajakku berbicara. Pun aku tidak mengajaknya berbicara. Kami sama-sama terjebak dalam diam dan itu lebih baik. 'Maafin gue Njar, bukan maksud mau nikung lo dari belakang.' Batinku.Karena kenyataannya aku tidak bermaksud mengambil Pak Lio dari sisinya karena yang membawaku ke dalam pusara ini adalah Alfonso dan kekonyolannya. Jadi Alfonso lah yang patut disalahkan."Di parkiran berapa?" Tanyanya begitu mobil

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   83. Kenyataan tak terungkap

    Aku merasa Anjar makin halu beberapa hari ini. Dia kerap memamerkan cerita cerita tentang kedekatannya dengan Pak Asmen alias Pak Lio. Setahuku, Pak Lio bukanlah lelaki gampangan yang mudah didekati karyawan kantor. Mungkin karena dia pernah merasakan pedihnya perceraian yang membuatnya lebih pilih-pilih soal pasangan hidup.Tidak hanya aku saja, beberapa rekan kerja lain juga tidak nyaman dengan cerita Anjar. Tapi mengapa Anjar melakukan ini? Apa dia tidak ingin disaingi oleh siapapun? Atau ingin memukul mundur siapapun perempuan yang berusaha mendekati Pak Lio?"Drey, bener nggak sih Anjar punyasomething sama Pak Asmen?" Tanya Nani saat kami makan siang berdua."Pak Lio maksudnya?"Dia mengang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   84. Lelah jiwa raga

    Setelah Pak Lio berangsur membaik dan bisa beraktivitas di kantor, ia tidak pernah lagi menghubungiku untuk meminta bantuan. Aku pun juga tidak menawarkan bantuan karena sudah tahu apa jawabannya.Entah mengapa ia demikian padahal aku berhutang nyawa dan jasa padanya. Tujuanku hanya satu, ingin membalas budi baiknya tanpa ada maksud yang lain. Tapi jika Pak Lio menolak aku juga tidak masalah, toh aku tidak akan bertambah sibuk dan memiliki waktu lebih banyak untuk diri sendiri."Halo, dengan Audrey bagian keuangan." Ucapku sengau karena flu yang mendera."Ini saya Pak Lio. Nanti jam sebelas kita ke lokasi proyek Grand Suite. Kamu siapkan seperti biasanya.""I.....iya pak."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   85. Fobia perusak suasana

    Seminggu kemudian...Alfonso mendadak menelfon, mengundangku ke acara anniversary pernikahan kedua orangtuanya. Aku enggan hadir karena tidak mengenal siapapun di sana.Aku sudah menolak tapi ia tetap memaksaku datang."Ayolah Audrey. Ada big surprise tengah malam nanti.""Gimana ya Al? Gue nggak bisa kayaknya.""Atau gue suruh sopir njemput Lo?""Eng..... enggak usah. Gue bisa datang sendiri." Spontanku."Naaah gitu dong. Lo udah janji datang lho ya?!""Al, gue -----"

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   86. Kedekatan pertama kami

    Pak Lio berjalan lebih dulu, meninggalkanku yang hanya bisa berjalan tertatih dengan nafas memburu. Tanganku menekan tengah dada untuk membujuknya agar tidak seperti ini agar asupan oksigen menuju otak bisa membuatku lebih konsentrasi dan langkahku lebih tegap.Tapi nyatanya, fobia gelap ini merenggut jiwaku. Sedang tubuhku membutuhkan sandaran yang bisa membuatku kembali berani melawannya. Namun karena aku seorang diri, maka jalan terbaik adalah membiarkan fobia ini puas menguasaiku setelah itu aku akan melawannya sekuat tenaga."Audrey, harusnya kamu ikuti saya bukan jongkok disini."Aku menengadahkan wajah yang sempat kututup dengan kedua telapak tangan, berharap Pak Lio mengerti fobia yang kurasakan bukannya menggerutuiku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   87. Apakah aku miliknya?

    Rekan-rekan kerja banyak yang memutuskan menonton konser salah satu penyanyi internasional yang tengah naik daun, Ed Sheeran. Demi melihat sang idola, banyak yang rela merogoh saku dalam dalam untuk membeli tiket kelas VIP.Sedang aku memilih menghemat keuangan setelah Affar tidak lagi menyokong kehidupan tersierku. Ah, aku kembali ke wujud asal karena seyogyanya apa yang pernah kunikmati bersama Affar hanyalah ilusi yang melenakan.Bahagianya para rekan kerja yang akan menonton konser, bahkan ada yang rela pulang tengah malam dan esoknya menguap di kantor demi acara yang hanya akan diadakan sekali dalam beberapa tahun ke depan. Itu pun jika pihak Ed Sheeran masih melihat ada banyak peluang menguntungkan di Indonesia.Sebuah pesan beruntun membuyarkan anganku yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   88. Penuh perhatian hangat

    "She is mine! Go!"Syukurlah, pria itu langsung pergi.Pak Lio berdiri di belakangku yang notabene ia jauh lebih tinggi dariku."Lihat ke depan Audrey. Gue akan jaga lo dari belakang." Ucapnya dekat telingaku sambil memegang kedua pundakku dari belakang.Jika diperlakukan seperti ini, aku hanya bisa mengangguk gugup dan berdebar. Bagaimanapun Pak Lio adalah sosok atasan tampan menawan penuh daya pikat di setiap sudut tubuhnya.Suasana berubah romantis saat lagu "Perfect" mengalun merdu dari bibir Ed Sheeran. Mereka yang berdiri dengan pasangan pun seakan merasa terbuai dengan saling berpelukan dengan menirukan lagu. Tidak mau kalah dengan yang memiliki

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17

Bab terbaru

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cemburu cium pipi, boleh?

    POV PARALIO Apakah Sasha bahagia karena aku menikahinya? Senyum saja tidak. Kedua matanya hanya menatap jemari yang terpasang cincin pernikahan yang kusematkan. Pantaskah aku berpikiran bahwa Sasha tidak bahagia dengan pernikahan kami? Padahal aku sangat bahagia memiliki dia yang sudah lama memendam cintanya untukku. Bahkan saat aku berulanag kali menyakitinya entah sengaja atau tidak sengaja sekalipun, Sasha masih menyimpan aku di ruang hatinya. Kini, ketika aku merasakan hatinya telah mati untukku, aku merasa.... menyesal. Hari ini, ketika Sasha sudah dinyatakan stabil kesehatannya, dokter memutuskan memindahkan ia kembali ke kamar rawat inap agar aku bisa menjaganya. Kini, setelah kami sudah tiba di kamarnya, Sasha akhirnya membuka suara. "Dimana anakku, Kian?" Tanyanya dengan suara lirih dan serak. Aku yang sedang membetulkan selimutnya, kemudian beralih menatap kedua bola mata indahnya yang sayu. "Dia di rumah, sama Rado, Mama, dan Mamamu. Tapi aku ada videonya. Mau

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Ketika matanya terbuka

    POV PARALIOSudah dua minggu, istriku dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang sama. Tidak ada perubahan sama sekali dan itu membuatku hampir putus asa. Sebenarnya ada apa dengan Sasha?Mengapa setelah melahirkan, kondisi kesehatannya memburuk seperti ini?Tidak hanya aku dan orang rumah yang sedih melihat keadaan Sasha yang tak kunjung membaik. Tapi, bayi kami pun ikut terdampak. Kata Mama, bayiku sering menangis dan malam harinya rewel hingga pengasuhnya lelah. Karena itu pula, kinerjaku memburuk. Aku bahkan tidak bisa fokus pada pekerjaan saat rapat dengan customer besar yang memintaku secara langsung untuk mengerjakan bestek pesanannya. Melihat perubahanku yang tidak baik, entah angin dari mana Pak Affar dengan baik hatinya menawariku satu solusi demi kesembuhan Sasha. Kami pergi ke salah satu panti asuhan anak yatim piatu lalu mengajak mereka berdoa bersama demi kesembuhan Sasha dan menyantuni mereka dengan beragam kebutuhan yang diperlukan. Dan setelah acara itu, hubunganku

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   First kiss

    POV RADO Apa aku harus mencium kakak iparku sendiri? Padahal aku tidak pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya. Memiliki kekasih saja tidak. Memang, siapa yang sudi mencintai pemuda yang memiliki gangguan mental sepertiku?Begitulah pemikiranku ketika melihat Mbak Sasha yang masih setia terlelap dalam tidurnya di rumah sakit ini. Mataku masih setia menatap wajahnya yang setengah pucat dengan selang makan yang dimasukkan melalui sudut mulutnya. Sedih, kasihan, dan terbayang-bayang dengan bayinya yang berada di rumah tanpa belaian dari Mbak Sasha sebagai ibunya. Tatapanku berpindah ke tangannya yang kugenggam dengan erat karena suhu tubuh Mbak Sasha yang lebih rendah dari tubuh manusia normal. "Mbak, bangun. Bayimu nungguin kamu. Semua yang ada di rumah nunggu kamu sehat lagi. Jangan tidur terus.""Aku tahu kalau kamu kayak gini itu juga ada andil salahku, Mbak. Tapi aku janji bakal berubah. Aku bakal tebus kesalahanku. Aku bakal sayangi kamu sama bayimu, Mbak. Aku janji. Tapi

DMCA.com Protection Status