Share

Part 04: Orang Kaya Baru

Penulis: Pemanis Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-31 14:50:42

AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!

Bagian 04: Orang Kaya Baru

Sandy berjalan menuju restaurant yang dijanjikan Fany. Tidak butuh waktu lama, sampai sudah ke restaurant yang dimaksud.

"Ibu, Fany, maafkan aku."

Sandy menarik kursi lalu duduk di depan Fany.

"Sekali lagi aku minta maaf, karena terlambat sedikit."

"Mas! Wajahnya kenapa merah?" tanya Fany. Dia menyuap nasi kebuli ke dalam mulutnya.

"Nggak kenapa-kenapa? Tadi kejedot di rumah. Mas buru-buru, makanya bisa kejedot pintu."

Sandy terpaksa bohong kepada Fany dan ibunya.

"Mas nggak usah bohong, apa jangan-jangan habis berantem sama Mbak Nara?" cecar Fanny sambil meneguk jus terong Belanda.

Sandy mengukir wajah masam. Kedoknya ketahuan sama Fany. Padahal, dia tidak mau kalau ibunya tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Sudah nggak usah dibahas lagi. Sekarang saatnya kita fun, menghabiskan uangnya Nara."

"Ma-maksudnya?" ucap Bu Nanik dan Fany serentak. Nama ibunya Sandy dan Fany Nanik.

Mas Sandy ketawa lepas melihat tingkah ibunya dan  Fany.

"Ini gawainya, ada samaku. Jadi, ibu dan Fany bebas mau pesan makan apa saja. Secara uang Nara ada di telepon seluler ini."

"Tunggu, ibu belum mengerti apa maksud kamu, San?" jawab Bu Nanik dengan menautkan alisnya sebelah ke atas sambil melihat ke arah Fany.

Fany juga bingung dan mengukir wajah heran. Dia tidak mengerti apa maksud Sandy.

"Di gawai ini ada aplikasi M-Banking namanya, Bu! Maka dari itu, aku bisa melakukan transaksi kapan dan di mana saja. Ntar aku transfer semua saldonya Nara ke rekening, Fany."

"Owh ...!" ucap Bu Nanik dan Fany serentak, mulut mereka bulat seperti huruf o.

Fany sibuk membolak-balek buku menu. Walaupun dia sudah pesan makanan. Dia tahan muntah asalkan makanannya gratis. Kesempatan emas bagi dia, bisa makan enak tanpa berpikir berapa harganya.

"Mas! Saya bingung mau mesan yang mana. Semuanya saya pengen icip, maklum jarang-jarang makan enak di restaurant seperti ini."

"Nggak usah bingung. Pesan saja apa maumu! Jangan kelihatan seperti orang susah. Mau makan enak saja mikir," ledek Sandy dengan suara naik satu oktaf dari biasanya.

Sandy mengukir senyum tipis sambil mengotak-atik ponsel yang dia bawa kabur.

"Mas Sandy," tegur Bu Nunik.

"Ya, Bu. Bagaimana?" tanya Sandy. Dia sibuk main game online. Tiada hari yang indah tanpa main game.

Pengunjung restaurant ketawa melihat ulah keluarga Sandy.

"Dasar kampungan ....!" sebuah suara dari meja sebelah.

Sandy langsung naik pitam, ia beranjak berdiri dari tempat duduknya.

"Sandy, mau ke mana?" tanya Bu Nunik sambil menahan langkah anaknya.

Namun, Sandy lebih kuat daripada ibunya.

"Mas nggak mau kalau ada orang lain menghina keluarga kita, Bu!" ucap Sandy dengan wajah merah. Sorot matanya sangat tajam ke arah perempuan yang menghina keluarga Sandy.

"Sudah, nggak usah kamu hiraukan. Lebih baik kita fun menikmati kebahagian ini."

Sandy langsung luluh mendengar nasihat ibunya. Dia langsung duduk kembali. Perlahan emosinya mulai reda.

"Ibu sudah selesai pesan makanannya. Bagaimana dengan kamu, Fan?" celetuk Bu Nunik sambil merapikan make up-nya. Padahal dia sudah tua, masih saja suka bersolek.

"Saya sudah, Bu," jawab Fany. 

****

Tidak berapa lama, pesanan tiba di meja. Kebiasaan jaman sekarang, kalau makan di restaurant, cafe atau hotel selalu foto buat di upload di sosial media.

"Eh, fhoto dulu! Aku mau buat status di aplikasi hijau mirip gagang telepon dan i***a storie."

Sandy merasa dongkol, padahal dia sudah lapar sekali.

"Betul juga kata kamu, Fan. Yuk, kita groupe."

"Hasilnya bagus, Mas," ucap Fany. 

"Ya baguslah! Secara gawai mahal."

Fany melihat wajah Sandy. Dia ingin sekali memiliki gawai seperti miliknya.

"Kalau begitu aku minta handphone seperti punya kamu, mas sama Mbak Nara."

"Habis dari sini saja kita beli telepon selulernya. Uangnya ada di ponsel ini kok. Kamu tenang saja, ok!"

****

Usai sudah makan malam. Fany dan Bu Nunik sendawa dengan suara kuat sampai terdengar ke meja sebelah. Para pengunjung tertawa tipis. Namun, Fany dan Bu Nunik tidak ada sama sekali peduli.

"Aku sudah kenyang. Sekarang pembayaran. Sesuai janji, Mas Sandy yang bayar 'kan?!" tanya Fany memperjelas ucapan Sandy pas di awal sebelum pesan makanan.

"Oh ya, Fan. Kamu bawa ATM-mu 'kan?" tanya sandy. Raut wajahnya mulai memerah dan panik.

"Bawa Mas, bagaimana?" tanya Fany.

Sandy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia juga tidak tahu harus mulai dari mana.

"Mbak! Billnya," teriak Fany dengan nada kuat. Dia memanggil pelayan dengan gaya sombong seperti orang kaya baru.

Tidak berapa lama pelayan restaurant datang membawa bill. Dia meletakkan nampan di atasnya selembar kertas tagihan semua biaya makanan yang baru saja di makan.

"Dua juta enam ratus tiga puluh satu ribu lima ratus."

Fany terkejut membaca nominal tagihan di bill yang baru saja diberikan pelayan restaurant.

"Kok bisa semahal ini, Mbak?!" tanya Fany dengan wajah pucat pasi.

"Silahkan dicek apakah sesuai dengan menu yang dipesan! Jika tidak sesuai boleh di komplain kok."

"Apa kamu nggak salah lihat, Fan?!" tanya Sandy panik. Dia juga sudah deg-deg kan tidak bisa mengotak-atik ponsel milik istrinya.

"Silahkan dicek kembali, Pak!" seru pelayan restaurant dengan lembut.

Dia mengukir senyum, walaupun rasa dongkol lahir di dalam dirinya. Sudah dua kali dia jelaskan, malah dituduh terus yang tidak-tidak.

"Fan! Kamu ada uang tunai nggak?" bisik Sandy di daun telinganya.

"Ada, buat beli perlengkapan lamaran. Emangnya kenapa?!" tanya Fany spontan.

Sandy merasa malu mendengar ucapan adiknya sendiri.

"Pakai uang itu dulu ya buat bayarnya! Kita ke ATM nanti habis dari sini," jelas Sandy sedikit bingung.

"Enak saja pakai uangku. Nggak mau akh! Pokoknya tadi sebelum pesan mas sudah janji kok. Aku tidak peduli!"

Sandy semakin panik. Semua mata pengunjung sudah melirik ke arah Sandy, Fany dan Bu Nunik.

"Kalau nggak snaggup makan enak dan mahal, nggak usah sok jadi orang kaya! Alasan ada uang di M-Banking. Nyatanya saldonya nol rupiah!" ledek ibu berbaju tunik tepat di samping meja Sandy, Fany dan Bu Nunik.

Cemoohon dan hinaan mulai berdatangan dari pengunjung. Sandy sudah merasa malu karena tidak bisa bayar.

"Fany, ayo dong bayar terlebih dahulu. Aku ganti setelah pulang dari sini. Aku janji, sumpah!" bujuk Sandy.

"Kamu transfer dulu ke rekeningku baru aku mau membayarnya!"

Fany mengancam. Dia tidak mau membayar duluan sebelum ada bukti.

"Mas transfer ke rekeningmu nanti saja. soalnya nggak bisa dari M-Banking ini. Aku yakin Nara sudah mengganti sandi ponsel miliknya."

"Banyak alasan. Aku tidak peduli!"

Fany mengemas barangnya. Dia ingin beranjak dari tempat duduknya.

"Eh kamu mau kemana?!" Selesaikan dulu biaya tagihannya!" rengek Sandy.

"Bukan urusanku!"

Bersambung ....

Next?

Bab terkait

  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Part 05: Saldo Kosong

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 05: Saldo KosongMas Sandy mengotak atik gawai milik istrinya. Tidak bisa sama sekali. Tiba-tiba, wajahnya kecut masam."Kenapa, Mas?!" tanya Fany."Sandinya sudah diganti. Makanya aku harap bayar pakai uangmu terlebih dahulu. Kalau nggak, bisa gawat ini," ucap Sandy dengan panik."Terus kita mau bayar pakai apa?" tanya ibu.Bu Nunik dan Sandy panik tidak karuan. Sementara Fany santai seperti tidak ada beban."Silahkan dibayar, Pak, Bu dan Mbak!""Berapa emangnya?" tanya Bu Nunik.Bu Nunik buka suara. Dia sudah tidak tahan menanggung malu. Semua mata tertuju kepadanya. Ada yang mengarahkan camera."Semua total dua juta enam ratus tiga puluh satu ribu lima ratus."Mata Bu Nunik mau keluar dari sarangnya."Apa?!" ucapnya."Silahkan dibayar sesuai dengan tagihan, Bu!" ucap general manager.Kali ini GM nya turun tangan mengatasi masalah custumer."Kalau memang nggak sanggup makan di restaurant, nggak usah sok sosialita. Giliran bayar semua pada pu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Bagian 01: Dua Puluh Juta

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MASBagian 01: Dua Puluh Juta"Mas! Aku mau berkunjung ke rumah orang tuaku," ujarku kepada Sandy, suamiku."Mas, Nggak salah dengar?" jawabnya dengan santai dan asyik sendiri main game online.Aku duduk di sampingnya sambil memperhatikan dia lagi sibuk main game. Kutunggu beberapa menit, tidak ada juga respon baiknya."Aku sudah kangen sekali sama ibuku, mas! Aku mohon beri izin sekali ini saja.""Argh ....! Sial! Gara-gara kamu nyawaku habis. Bisa nggak sih kalau aku lagi main game, jangan mengganggu konsentrasiku?!" hardiknya dengan melempar ponsel milikku, untung saja aku tidak kena."Mas! Telepon selulerku ...! Kenapa mas semudah itu main lempar? Kalau ponselku rusak, apa ada uangmu buat menggantinya?"Sorot matanya tajam melihatku. Dia seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya."Pakai uangmulah menggantinya! Uangmu itu, uangku juga. Kamu itu masih istriku.""Aku tahu, mas. Maksudku, apakah mas ada uang buat mengganti ponselku kalau rusak?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Bagian 02: I***a Story Adik Iparku

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 02: Insta Story Adik IparkuSandy mencari ponsel di saku dasterku. Dia tidak puas sebelum mendapatkannya."Cepat kamu berikan gawaimu!" amuknya kembali.Dia tidak ada sama sekali mendapatkan ponsel milikku."Ga-gawaiku sudah kugadaikan, mas," jawabku lirih."Banyak sekali alasanmu!"Sandy mendorong tubuhku ke atas ranjang. Dia pergi berlalu meninggalkanku. Tidak tahu kenapa, dia kembali menghampiriku. Dia menampar wajahku membabi buta."Kalau kamu kasih ponselmu, aku tidak akan menamparmu seperti ini!"Aku meringkuk kesakitan. Sudah berulang kali dia main tangan kepadaku. Aku tetap sabar dan bertahan.****"Assalamualaikum."Suara salam terdengar dari depan pagar rumah. 'Siapa lagi yang datang bertamu?' gumamku.Aku lagi menata bunga dan menyiramnya di halaman depan. Sementara, suamiku sedang main game di teras rumah. Perasaannya tidak sempurna dunia ini kalau tidak main game.Aku mau membuka pagar, eh ternyata Sandy berlari menuju pagar. Sand

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Part 03: Tamparan Telak

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 03: Tamparan TelakDarahku mendidih, rasanya ingin kucabik-cabik wajah Fany ke Mall tempat dia shoping. Dia tidak tahu betapa susahnya mencari uang itu. Aku rela begadang sampai mata panas di depan layar ponsel demi mendapat uang.Untung saja gawaiku hanya anti goresnya saja yang pecah. Itu juga sudah dicopot suamiku.Cepat-cepat kuganti sandi M-Banking-ku, aku juga membuat akun cadangan di platform di mana aku bisa mencurahkan halusinasiku. Di samping itu, aku copy paste semua karanganku ke platform lain, agar punya penghasilan lain. Itu enaknya mempunyai cerita dikontrak non eks, jadi bisa mejeng kemana-mana. Kalau tidak seperti ini, mertua dan suamiku pasti meraja lela menguras uangku di ATM.****"Dek! Mas mau keluar sebentar. Minta uang!" ucapnya dengan santai."Uang apalagi, Mas. Semua uang yang di ATM sudah Mas transfer ke Fany. Mas kira aku ini mesin pencetak uang!" jawabku tanpa melihatnya, aku terus berhalusinasi mengarang cerita.Bi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31

Bab terbaru

  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Part 05: Saldo Kosong

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 05: Saldo KosongMas Sandy mengotak atik gawai milik istrinya. Tidak bisa sama sekali. Tiba-tiba, wajahnya kecut masam."Kenapa, Mas?!" tanya Fany."Sandinya sudah diganti. Makanya aku harap bayar pakai uangmu terlebih dahulu. Kalau nggak, bisa gawat ini," ucap Sandy dengan panik."Terus kita mau bayar pakai apa?" tanya ibu.Bu Nunik dan Sandy panik tidak karuan. Sementara Fany santai seperti tidak ada beban."Silahkan dibayar, Pak, Bu dan Mbak!""Berapa emangnya?" tanya Bu Nunik.Bu Nunik buka suara. Dia sudah tidak tahan menanggung malu. Semua mata tertuju kepadanya. Ada yang mengarahkan camera."Semua total dua juta enam ratus tiga puluh satu ribu lima ratus."Mata Bu Nunik mau keluar dari sarangnya."Apa?!" ucapnya."Silahkan dibayar sesuai dengan tagihan, Bu!" ucap general manager.Kali ini GM nya turun tangan mengatasi masalah custumer."Kalau memang nggak sanggup makan di restaurant, nggak usah sok sosialita. Giliran bayar semua pada pu

  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Part 04: Orang Kaya Baru

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 04: Orang Kaya BaruSandy berjalan menuju restaurant yang dijanjikan Fany. Tidak butuh waktu lama, sampai sudah ke restaurant yang dimaksud."Ibu, Fany, maafkan aku."Sandy menarik kursi lalu duduk di depan Fany."Sekali lagi aku minta maaf, karena terlambat sedikit.""Mas! Wajahnya kenapa merah?" tanya Fany. Dia menyuap nasi kebuli ke dalam mulutnya."Nggak kenapa-kenapa? Tadi kejedot di rumah. Mas buru-buru, makanya bisa kejedot pintu."Sandy terpaksa bohong kepada Fany dan ibunya."Mas nggak usah bohong, apa jangan-jangan habis berantem sama Mbak Nara?" cecar Fanny sambil meneguk jus terong Belanda.Sandy mengukir wajah masam. Kedoknya ketahuan sama Fany. Padahal, dia tidak mau kalau ibunya tahu apa yang sebenarnya terjadi."Sudah nggak usah dibahas lagi. Sekarang saatnya kita fun, menghabiskan uangnya Nara.""Ma-maksudnya?" ucap Bu Nanik dan Fany serentak. Nama ibunya Sandy dan Fany Nanik.Mas Sandy ketawa lepas melihat tingkah ibunya dan

  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Part 03: Tamparan Telak

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 03: Tamparan TelakDarahku mendidih, rasanya ingin kucabik-cabik wajah Fany ke Mall tempat dia shoping. Dia tidak tahu betapa susahnya mencari uang itu. Aku rela begadang sampai mata panas di depan layar ponsel demi mendapat uang.Untung saja gawaiku hanya anti goresnya saja yang pecah. Itu juga sudah dicopot suamiku.Cepat-cepat kuganti sandi M-Banking-ku, aku juga membuat akun cadangan di platform di mana aku bisa mencurahkan halusinasiku. Di samping itu, aku copy paste semua karanganku ke platform lain, agar punya penghasilan lain. Itu enaknya mempunyai cerita dikontrak non eks, jadi bisa mejeng kemana-mana. Kalau tidak seperti ini, mertua dan suamiku pasti meraja lela menguras uangku di ATM.****"Dek! Mas mau keluar sebentar. Minta uang!" ucapnya dengan santai."Uang apalagi, Mas. Semua uang yang di ATM sudah Mas transfer ke Fany. Mas kira aku ini mesin pencetak uang!" jawabku tanpa melihatnya, aku terus berhalusinasi mengarang cerita.Bi

  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Bagian 02: I***a Story Adik Iparku

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MAS!Bagian 02: Insta Story Adik IparkuSandy mencari ponsel di saku dasterku. Dia tidak puas sebelum mendapatkannya."Cepat kamu berikan gawaimu!" amuknya kembali.Dia tidak ada sama sekali mendapatkan ponsel milikku."Ga-gawaiku sudah kugadaikan, mas," jawabku lirih."Banyak sekali alasanmu!"Sandy mendorong tubuhku ke atas ranjang. Dia pergi berlalu meninggalkanku. Tidak tahu kenapa, dia kembali menghampiriku. Dia menampar wajahku membabi buta."Kalau kamu kasih ponselmu, aku tidak akan menamparmu seperti ini!"Aku meringkuk kesakitan. Sudah berulang kali dia main tangan kepadaku. Aku tetap sabar dan bertahan.****"Assalamualaikum."Suara salam terdengar dari depan pagar rumah. 'Siapa lagi yang datang bertamu?' gumamku.Aku lagi menata bunga dan menyiramnya di halaman depan. Sementara, suamiku sedang main game di teras rumah. Perasaannya tidak sempurna dunia ini kalau tidak main game.Aku mau membuka pagar, eh ternyata Sandy berlari menuju pagar. Sand

  • Aku Bukan Mesin ATM Pencetak Uang, Mas   Bagian 01: Dua Puluh Juta

    AKU BUKAN MESIN PENCETAK UANG MASBagian 01: Dua Puluh Juta"Mas! Aku mau berkunjung ke rumah orang tuaku," ujarku kepada Sandy, suamiku."Mas, Nggak salah dengar?" jawabnya dengan santai dan asyik sendiri main game online.Aku duduk di sampingnya sambil memperhatikan dia lagi sibuk main game. Kutunggu beberapa menit, tidak ada juga respon baiknya."Aku sudah kangen sekali sama ibuku, mas! Aku mohon beri izin sekali ini saja.""Argh ....! Sial! Gara-gara kamu nyawaku habis. Bisa nggak sih kalau aku lagi main game, jangan mengganggu konsentrasiku?!" hardiknya dengan melempar ponsel milikku, untung saja aku tidak kena."Mas! Telepon selulerku ...! Kenapa mas semudah itu main lempar? Kalau ponselku rusak, apa ada uangmu buat menggantinya?"Sorot matanya tajam melihatku. Dia seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya."Pakai uangmulah menggantinya! Uangmu itu, uangku juga. Kamu itu masih istriku.""Aku tahu, mas. Maksudku, apakah mas ada uang buat mengganti ponselku kalau rusak?"

DMCA.com Protection Status