Mendapatkan penolakan itu, Bastian sedikit malu tetapi untuk menyembunyikan rasa tersebut, pun pintar beralibi."Ups, sorry, tadi aku kira kamu istriku yang sedang mengantar suaminya berangkat kerja." Ada senyum di wajah, tetapi senyuman itu terkesan dibuat-buat. Sementara Keysha melempar tatapan malas menanggapi alasannya."Ya, sudah, aku berangkat dulu."Bastian kembali masuk ke mobil melalui pintu depan mobil. Tak lama kemudian, mobil menghilang dari pandangan Keysha yang sengaja menunggu sampai mobil menjauh.Diam-diam hatinya seperti tersentil setelah mendengar salah satu kalimat Bastian tadi."Aku kira kamu istriku yang sedang mengantar suaminya berangkat kerja." Kalimat itu kembali terniang dalam benaknya. Dia terlihat senyum-senyum sendiri sembari melangkah masuk ke dalam rumah. Oh, No, Keysha, stop thinking about Bastian. Bastian is not yours. ***"Ma, tadi ngapain Bastian datang?" tanyanya setelah duduk di samping Naila sambil memijat tangan yang sudah mulai berkeriput.
Setelah membantu Naila di dapur dan Gita masih tertidur pulas di kamar, Keysha sudah mulai mencari lowongan kerja yang berhubungan dengan gelar sarjananya di beberapa sosmed. Dia terlalu fokus mencari info tentang pekerjaan yang cocok untuknya."Setidaknya dengan bekal gelar sarjanaku dan surat itikad baik dari ex-perusahaan di mana tempat aku bekerja dulu, aku masih bisa diterima di perusahaan lain, walau umur dan statusku yang sudah bekeluarga. Ya, mudah-mudah diberi kemudahan dan kelancaran. Amin." Keysha berdoa dalam hati.Sore hari saat Elina pulang dari aktifitasnya, Keysha pun pamit pulang ke rumah. Dia berniat akan sampai di rumah terlebih dahulu sebelum Mas Ikbal.Sesampai di rumah, dia mengurus Gita dan memasak beberapa menu untuk disantap bersama dengan keluarga kecilnya. Beruntung Gita termasuk anak yang penurut dan tidak rewel. Bocah berambut tipis itu suka membaca buku cerita bergambar. Keysha memang mendidiknya dengan tanpa ponsel. Selain menjadi anak yang tidak kreatif
Memperhatikan sikapnya yang pasrah, Ikbal pun ikut merebahkan tubuh, mendekat lalu melingkari tangan ke perut Keysha yang kini terbaring membelakanginya."Ngambek, ya?"Keysha menggeliat geli mendengar bisikan dan dibalas dengan gelengan. Ikbal tahu, jika Keysha merasa sesuatu yang tidak mengenakan di hati, dia lebih memilih menghindar dan diam tanpa memberitahu perasaan sesungguhnya."Kalau aku bilang boleh, kamu masih ngambek nggak?"bisiknya lagi.Mendengar kata boleh, seketika membuat mata Keysha berbinar dan tersenyum lebar. Dia mengubah posisi tubuh dan berbalik menghadap suaminya. "Beneran boleh?" Dia memastikan apa yang didengar tadi bukanlah mimpi."Aku nggak bilang boleh. Aku cuma bilang kalau." Ikbal menekan kata kalau."Ih, nge-prank, ya?" Wajah tekuknya dimunculkan lagi sambil mencubit perut Ikbal.Ikbal meringis kesakitan sambil sesekali terkekeh. "Cium dulu dong, nanti aku bolehin." Ikbal mengerlingkan mata dan mengulum senyuman genit.Keysha menangkap tingkah 'nakal' s
Iris mata Keysha bergerak melirik Bastian, tidak memberi tanggapan apa pun lalu kembali menatap ponsel yang ada dalam genggaman. Hatinya bimbang, tidak mungkin menyatakan hal jujur, maksud dia bekerja karena ingin membayar utangnya. Bahkan, dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan Bastian tentangnya. Apa dia malah akan menjengkal Ikbal karena menganggapnya tifak sanggup memberi nafkah kepada keluarga."Ma, Kak Keysha masih ...." Terdengar suara di bibir pintu samar-samar lalu suara itu hilang ketika si pemiliknya melihat Keysha dan Bastian di ruang tamu."Eh, ada Mas Bastian." Elina tersenyum segan."Hai, Lin." Bastian menyapanya."Eh, Kak, bentar, ya, jangan pulang dulu, ini aku mau nge-print di depan." "Ih, besok aja. Ini udah sore." Keysha berdiri dan menghampirinya."Enggak bisa, Kak. Besok dosen pembimbingku mau periksa bahan ini. Bentar aja, kok." "Kenapa tadi nggak sekalian, ini udah jam pulangnya Mas Ikbal. Aku belum masak." Suaranya sengaja dipelankan supaya tak terdengar Ba
"Ada apa, Key? Kayaknya ada kabar gembira?" Naila membaca ekspresi riang di rona wajah Keysha."Iya, Ma. Akhirnya ada panggilan interview. Besok." Senyuman terbit di bibir sedari tadi sejak terima kabar dari Linda."Ibu Lita bisa, kan ngasuh Gita?" Keysha mengingatkan Naila."Kemaren dia bilang iya, daripada di rumah nggak ngapa-ngapain." Ibu Lita adalah tetangga berusia 30-an tahun, tetapi belum mempunyai anak. Suaminya meninggal karena kecelakaan. Di rumah, dia tinggal berdua bersama adiknya yang kini jadi buruh cuci komplek sebelah."Ya, sudah, nanti Mama tolong hubungi dia, mastiin lagi, dia mau atau tidak. Aku mau hubungi Mas Ikbal dulu, kasih tahu kabar ini." Baru saja ia hendak mengirim pesan, ada pesan masuk dari Linda. Isinya dia diundang besok pagi jam sembilan untuk mengikuti interview disertai dengan share lokasi. Lalu, Keysha menekan tombol lokasi tersebut."Eh, ini bukannya kantor Mas Ikbal ya?" Keysha membatin, mengernyitkan dahi.***"Key, besok pas diinterview, kamu
"Pak Ikbal, " sapa lelaki berkemeja hitam yang berjalan ke arahnya."Iya, Pak." Refleks Ikbal membalikkan badan dan membalas senyuman lelaki tersebut. Lelaki itu adalah general manager perusahaan."Laporan kemaren yang sudah ditandatangani, boleh dilanjutkan kerjasamanya dengan klien di Bandung karena sudah disetujui atasan." Sang GM menyampaikan maksudnya."Baik, Pak. Nanti segera saya follow up kembali dan lanjutkan proyeknya." ***Butuh satu jam, Keysha menjalankan interview di ruang Linda."Interview kita sampai di sini dulu. Karena Ibu melamar menjadi sekretaris direktur utama di perusahaan kami, jadi Ibu akan kami alihkan ke pak direktur langsung untuk diwawancara lebih lanjut ya, Bu." "Iya, Bu. Kapan saya akan di-interview?" Tangan Keysha terasa dingin, selain karena suhu ruangan itu memang sejuk, juga rasa gugup yang masih menyelimuti hatinya."Sebentar, Bu. Saya coba menghubungi Pak Dirut dulu, kapan beliau bisa melakukan interview kepada Ibu."Linda mengambil gagang telep
Aku, Bastian Prabaswara dijuluki si jenius oleh semua orang yang mengenalku. Gelar sarjana kudapatkan hanya dalam kurun waktu tiga tahun dengan hasil cum laude. Namun sayang, otak encer tidak sebanding dengan kehidupan ekonomi di keluargaku. Aku seorang putra dari ibu seorang pedagang nasi bungkus di pinggir jalan, daerah kampus di mana aku kuliah dulu.Perbedaan status membuatku harus dijengkal oleh orangtua wanita yang aku cintai, terutama Arya Adiwijaya, papa Keysha. Hubungan kami pun ditentang karena status ekonomi.Selain dapat beasiswa di bangku kuliah S1, aku bahkan dapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan S2 di Hitotsubashi University Bussiness School di Jepang. Awalnya, aku menolak tawaran beasiswa tersebut, tetapi keadaan yang memaksaku untuk mengambilnya waktu itu.Dua tahun aku mendapatkan gelar MBA di negara sakura, lalu di sanalah aku bekerja dan bertemu dengan Sir.Hiro, salah satu pembisnis di Jepang. Aku diajak bekerja sama menyalurkan barang elektronik seperti oven,
Bodoh, kenapa aku bisa berpikir dia akan menungguku? Pamit aja, aku enggak. Namun, ini bukan sepenuhnya kesalahanku. Kalau saja kondisi itu tidak terpaksa, aku tidak akan meninggalkan Jakarta.Namun tidak apa, lihat saja, semesta pun seolah memihak kepadaku. Jika tidak dapat info dari Ayu, setidaknya aku bisa mendekati keluarganya. Iya, masih ada Bu Naila dan Elina. Aku jadi tahu alamat rumah setelah aku membantu membawa mamanya ke rumah sakit kala dia pingsan. Namun jujur, bantuan itu ikhlas tanpa pamrih. Bahkan uang perawatan rumah sakit yang sudah aku keluarkan, itu semuanya ikhlas tanpa harus dikembalikan. Aku disambut hangat Bu Naila dan Elina kala aku mengunjunginya. Hidup lebih sederhana dengan rumah yang mereka huni sekarang. Aku masih belum mengetahui keadaan mereka beberapa tahun belakang. Namun, aku sudah tahu kalau papanya sudah meninggal karena sakit.Sampai sore itu, kala aku mengunjungi Bu Naila di rumah sekadar ingin tahu keadaannya, sengaja kubawakan mie ramen untuk
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s